Sabtu, 17 September 2011

[FF] First Love - Oneshoot




Author : Putri Shairis As
Title : First Love
Type : Oneshoot
Genre : Romance
Main Cast : Song Ha Rien a.k.a You (Readers), Kim Kibum a.k.a Key SHINee
Other Cast : Sunny (Fiction), Pak Hosean (Fiction), Penjaga sekolah (Fiction)
Rating : PG-15
Disclaimer : This story and the plot is originally mine. So no plagiat and enjoy it guys.

Mianhae Ha Rien-ssi, tapi… aku tidak bisa pacaran denganmu” jawab namja itu setelah sekian lama berpikir.
“Eh?! Ta..tapi.. kita bisa mencobanya dulu kan? Satu minggu saja, yah? Ayolah, ku mohon” kata Ha Rien lagi tak mau menyerah.
“Ti..tidak bisa, Maaf, aku harus pergi” jawab namja itu cepat seraya setangah berlari pergi meninggalkan Ha Rien.
M..mwo?? Hey!! Tunggu dulu!! Bagaimana kalau 3 hari saja? Kita coba 3 hari saja!!” teriak Ha Rien seraya ikut berlari mengejar namja tadi. Tapi sayangnya, kaki kecil Ha Rien tidak bisa mengikuti langkah besar namja itu. Ha Rien berhenti, di pandanginya punggung namja tadi hingga menghilang di tikungan koridor sekolah.
“Aku… gagal lagi…” gumamnya lemas.
“HIYAAAA!!!!!!! Menyebalkan!!! Ini adalah ke-49 kalinya aku di tolak bulan ini!!! Memangnya apa sih salahku?? Aku hanya ingin punya pacar!!!” teriak Ha Rien frustasi.
Lututnya lemas, ia jatuh terduduk di lantai.
Eomma… kenapa kau melahirkan anak gadis semalang diriku sih? Hhh…” gumamnya tertunduk. Ia menyerah, sudah cukup untuknya. Ini adalah kali terakhirnya menembak cowok. Selama 3 tahun belakangan ini di SMA, ia sudah cukup malu karena selalu di tolak oleh namja yang di tembaknya.
Di awali dengan perasaan irinya pada teman-temannya yang sekarang sudah banyak yang memiliki pacar, Ha Rien pun bersikukuh untuk mendapatkan seorang pacar juga. Di tahun pertamanya di SMA, ia menunggu sampai ada seorang namja yang menyatakan cintanya padanya, tapi tidak berhasil. Tidak ada satu orangpun yang mau menembaknya.
Di tahun kedua, ia mulai tak ingin tinggal diam. Ia mulai nekat menembak namja yang di sukainya, tapi hasilnya? Nihil, dia selalu di tolak. Karena merasa sangat ingin punya pacar, bahkan namja berandalan dan yang tidak di sukainya pun nekat ia tembak, dari yang cupu sampai yang urakan, mereka semua menolaknya ==’.
Dan sekarang, tahun ketiga, tahun terakhir ia duduk di bangku SMA adalah kesempatan terakhirnya untuk punya pacar, tapi malah begini, sama saja, dia selalu di tolak.
“Ha Rien, kau di tolak lagi ya?” tebak Sunny, sahabatnya yang tiba-tiba saja sudah duduk berjongkok di depannya. Ha Rien mengangguk pasrah, “Kenapa mereka semua menolakku? Apa aku begitu jelek? Apa aku sangat bodoh dan tidak seksi?”
 “kau jangan bicara begitu. Baiklah, besok kau bisa mencobanya lagi! Jadi sekarang coba kita pikirkan, siapa namja berikutnya?” kata Sunny berlagak berpikir.
Ha Rien menggeleng, “Tidak. Aku tidak mau lagi. Aku sangat malu, aku selalu di tolak. Sudah cukup 49 namja yang menolakku bulan ini” elak Ha Rien.
“Hey, kau tidak boleh menyerah. Kau ingin merasakan bagaimana rasanya punya pacar kan? Kau harus yakin!! Kan baru di tolak 49 kali, kalau gitu namja yang ke-50 pasti akan menerimamu! Aku yakin 50 adalah angka keberuntunganmu bulan ini!” kata Sunny menyemangati.
Ha Rien mengigir bibir, “tapi… kalau aku di tolak lagi bagaimana?”
“ya itu artinya kau terlahir sebagai perawan tua, ahahaha” tawa Sunny menggema. Ha Rien cemberut, wajahnya tertekuk masam.
“Hiisss… kau menyumpahiku?!” runtuk Ha Rien kesal.
“Hehehe… baiklah, nanti sore, setelah kelas tambahan, kita akan tunggu di sini, dan kau lihat tikungan koridor itu? Nah, namja pertama yang lewat dari sana, kau harus menembaknya!” rencana Sunny asal.
Mwo? Tapi kalau namja itu pak guru bagaimana?! Kau sudah gila??” pekik Ha Rien shock. Sunny hanya mengendikkan bahu, “mana aku tau. Sudahlah kau ikuti saja rencanaku, nanti sepulang sekolah aku akan menemanimu”
******
Ha Rien kesal, dasar Sunny tidak punya perasaan!! Katanya mau menemani, tapi yeoja itu malah pulang duluan dengan alasan ada acara mendadak. Jadilah sekarang Ha Rien sendirian di tempat rencana.
Sudah hampir satu jam, tapi belum ada juga namja yang melewati tikungan itu. Ha Rien melirik jam tangannya, sudah jam 5! Semua orang pasti sudah pulang, tapi entah kenapa dia belum mau pulang, ia masih berharap kata-kata Sunny tadi pagi benar, hari ini adalah hari keberuntungannya. Ia tidak mau kehilangan kesempatan untuk mempunyai pacar.
 “Baiklah, aku tunggu sampai jam 6 !!” gumam Ha Rien mantap.
 Setelah itu ia kembali menunggu, menunggu dan menunggu. Tetap tak ada orang, Ha Rien melirik jam tangannya lagi, sudah jam 05.59, satu menit lagi jam 6.
Ha Rien melirik ke tikungan koridor, detik-detik terakhir, belum ada tanda-tanda akan ada seseorang yang muncul sedangkan matahari sudah hampir terbenam. Ha Rien menyandarkan punggungnya ke dinding, ia mendesah lelah.
“mana mungkin ada orang jam segini di sekolah” gumamnya.
Di saat yang sama, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki. Ha Rien mendongak, di saat itu juga seorang namja tampan muncul dari tikungan tadi dan berjalan ke arahnya. Ha Rien terdiam, namja itu sangat tampan, dia begitu mempesona.
Deg…Deg…Deg…
Jantung Ha Rien berdegup cepat.
Astagah…. Namja ini… benar-benar tampan…’ pikirnya.
Namja itu terus berjalan melewatinya, melewatinya begitu saja, bahkan melirik atau memandangnya pun tidak. Seolah-olah Ha Rien tidak terlihat. Ha Rien masih terpesona oleh ketampanan namja itu saat ia tersadar ia harus menembaknya.
“Tunggu…!!” panggil Ha Rien tiba-tiba.
Langkah kaki namja itu berhenti, ia mendongak dan memandang Ha Rien kaget.
“kau memanggilku?” tanyanya ragu.
“i..iya.. itu… maukah.. kau menjadi pacarku?” tembak Ha Rien langsung.
M..mwo?? pacarmu?” seru namja itu kaget. Ha Rien mengangguk malu-malu, wajahnya merona.
“bagaimana? Aku tau ini terlalu aneh karena kita baru pertama kali bertemu, tapi.. kita bisa mencobanya. 3 hari saja? Yah?..please… mau ya??” mohon Ha Rien memelas.
Namja itu masih tampak kaget dan bingung, ia masih diam beberapa saat dan memandangi Ha Rien dari ujung kaki sampai ujung rambut.
“tapi aku ini….”
“tidak apa-apa, aku di jadikan selingkuhanpun boleh. Yah? Ku mohon.. please…” potong Ha Rien memelas.
Melihat reaksi Ha Rien yang berlebihan, namja itu jadi merasa tak enak. Entah apa yang merasukinya, tiba-tiba saja namja itu mengangguk canggung.
“baiklah, kalau kau memaksa” katanya malu.
“Haa?? Jinjja?? Benarkah?? Hieeee!!!!!” pekik Ha Rien girang.
******
“Benarkah?? Apa dia tampan??” tanya Sunny tak percaya.
“tentu saja. Dia sangat tampan bagaikan malaikat. Aaastaga… aku seperti bermimpi saja bisa mempunyai pacar setampan dia” pekik Ha Rien kegirangan.
“terus siapa namanya? Anak kelas berapa?” desak Sunny penasaran. Ha Rien terdiam, “astagah, aku lupa tanya namanya!!” pekik Ha Rien histeris.
Mwo??? Song Ha Rien!!! Apa kau gila?? Kau bilang dia sekarang pacaramu, tapi kau bahkan tidak tau namanya??”
“hehehe, tapi sungguh, semalam karena terlalu gembira, aku langsung pulang dan lupa menanyakan nama dan kelasnya” jawab Ha Rien polos.
“Astagah… kau ini benar-benar bodoh!” maki Sunny geleng-geleng kepala.
******
Ha Rien menunggu di tempat semalam ia bertemu namja itu. Sudah hampir jam 6 dan namja itu tak muncul-muncul. Ha Rien putus asa, apa benar semalam itu hanya mimpi? Habisnya tadi siang, ia sudah berkeliling ke seluruh penjuru sekolah dari kelas satu sampai kelas tiga, dan dia tidak melihat namja itu di manapun. Padahal ia sangat yakin namja itu mengenakan seragam yang sama dengannya semalam.
“Kau menungguku?” tanya seseorang tiba-tiba.
Ha Rien mendongak. Di lihatnya namja itu kini tengah berdiri di sampingnya sambil menyunggingkan senyuman manis. Ha Rien sedikit terlonjak kaget, tapi setelah itu ia tersenyum malu dengan wajah merona.
“i..iya. aku mencarimu sejak pagi tapi tidak ketemu” kata Ha Rien malu-malu.
Namja itu tampak diam sejenak, tapi sedetik kemudian ia kembali menyunggingkan senyuman manis.
“siapa namamu? Kita belum kenalan” tanyanya tiba-tiba.
“Oh, iya benar. Song Ha Rien imnida, aku anak kelas 3” jawab Ha Rien memperkenalkan diri seraya sedikit menundukkan kepalanya.
“Kim Kibum imnida. Aku… anak kelas khusus, aku ikut kelas malam” jawab namja itu seraya sedikit ragu. “kelas malam? Aku baru mendengarnya?” tanya Ha Rien bingung.
“Ee-itu kelas khusus, semacam kelas untuk anak-anak tertentu yang akan masuk universitas, yaah~ sejenis itulah” jawab Kibum garuk-garuk kepala.
“Oh~ pantas saja aku tidak melihatmu di manapun” jawab Ha Rien mengangguk-angguk kecil.
Maka selama hampir sejam mereka pun saling menceritakan diri satu dan yang lain. Walau baru kenal, Ha Rien dan Kibum sudah menjadi sangat akrab. Mereka berbicara sambil sesekali bercanda. Saat itu, Ha Rien merasa benar-benar bahagia dan beruntung,
“jadi seperti ini ya rasanya punya pacar?” gumam Ha Rien malu-malu.
“Ee-Kibum-ah, semalam kan aku bilang… kalau kita coba dulu selama 3 hari, tapi sejujurnya aku sudah merasa sangat nyaman bersamamu. Bagaimana denganmu? Apa kau.. mau menjadi pacarku? Pacar sungguhan? Aku berjanji akan jadi pacar yang baik” kata Ha Rien takut-takut.
Kibum kelihatan sedikit terkejut dengan pengakuan Ha Rien yang ia pikir terlalu cepat. Ia tampak berpikir, beberapa lama ia masih terus diam sambil sesekali melirik Ha Rien yang memandangnya harap-harap cemas.
“Baiklah, tidak masalah” jawab Kibum akhirnya seraya menyunggingkan senyuman manisnya, dan cukup satu kalimat itu berhasil membuat Ha Rien merasa menjadi gadis paling beruntung di dunia.
******
“Hey, kau curang!! Sudah ku bilang jangan menggelitikku tiba-tiba!!” protes Ha Rien cemberut. Kibum hanya tertawa terbahak melihat yeojachingunya itu cemberut dan manyun.
Kini mereka sudah menjalani masa pacaran hampir 3 bulan, hubungan mereka menjadi semakin dekat. Benih-benih cinta di antara keduanyapun mulai tumbuh dengan mengikuti beriringnya waktu.
Setiap harinya, Ha Rien dan Kibum selalu bertemu di tempat dan waktu yang sama. Mereka menghabiskan waktu bersama-sama, bercanda, berbagi cerita dan kasih sayang. Hingga sekarangpun mereka berdua belum pernah bertengkar. Keduanya berusaha untuk saling mengerti dan memahami keadaan satu sama lainnya, dan dengan prinsip seperti itulah yang membuat keduanya menjadi merasa sangat cocok dan nyaman.
“Ha Rien-ssi, sudah hampir jam 7, sebaiknya kau pulang, aku juga harus masuk kelas nanti” tegur Kibum mengingatkan.
“Ah~ kenapa rasanya cepat sekali. Aku ingin lebih lama bersamamu” rengek Ha Rien manja.
“Aku juga, tapi mau bagaimana lagi. Lagipula ini sudah malam, apa ibumu tidak khawatir? Kau selalu pulang malam karena menungguku kan?”
Ha Rien diam. Saat-saat seperti inilah yang paling ia benci. Harus berpisah dengan Kibum dan besok baru bisa bertemu lagi. Menurutnya waktu mereka untuk berduaan terasa sangat sempit. Kibum baru muncul kalau sudah jam 6, dan sebelum jam 7 dia sudah harus pulang. Untuknya itu menyebalkan.
“Jangan memasang wajah sedih seperti itu di depanku. Aku jadi khawatir” ucap Kibum lembut.
“Habis, waktu kita bertemu sangat sempit, aku belum ingin pergi dari sini” rengek Ha Rien lagi. Kibum tersenyum gemas, “kan masih ada besok?? Ayo sana cepat pulang, aku janji kita akan bertemu setiap hari sampai kau merasa bosan” janji Kibum yang berhasil membuat Ha Rien terbahak.
“Aku tidak akan pernah bosan” katanya malu.
******
“Ha Rien, kau baik-baik saja?” tanya Kibum cemas.
Hari ini seperti biasa mereka bertemu. Tapi ada yang aneh, Ha Rien kelihatan pucat dan tak bersemangat.
“Aku tidak apa-apa, aku hanya merasa sedikit pusing” jawab Ha Rien pelan, nyaris berbisik.
“Kau yakin? Coba aku lihat” Kibum menyentuh kening Ha Rien dengan telapak tangannya. matanya terbelalak kaget, kulit Ha Rien terasa sangat panas seakan ingin membakar tangannya. Dia demam!!
Omo… kau sakit!! Kenapa tidak langsung pulang? Kenapa malah datang ke sini!! Dasar bodoh!!!” maki Kibum kesal.
“Aku tidak apa-apa sungguh” elak Ha Rien ngotot.
“Kau ini!! Sudahlah, cepat pulang dan istirahat. Sebentar lagi kau ujian, nanti kalau sakitmu semakin parah kan bahaya” desak Kibum seraya membantu Ha Rien berdiri dan membimbingnya menuju pintu kelas.
“Tidak. Aku masih mau tinggal di sini bersamamu. Kalau tadi aku pulang duluan, aku takut tidak bisa bertemu denganmu. Bagiku sehari saja, itu sangat berarti. Aku ingin di dekatmu setiap hari..” berontak Ha Rien seraya mendorong Kibum agar membiarkannya tetap di sana.
Kibum terdiam. Ia memandangi Ha Rien cemas namun penuh sayang. Jadi yeoja itu sengaja tidak pulang hanya untuk bertemu dengannya??
“Kau ini, benar-benar bodoh” bisik Kibum seraya menarik Ha Rien ke dalam pelukkannya. Ia mendekap Ha Rien erat, kemudian ia mengecup pucuk kepala Ha Rien lembut.
“aku tidak percaya kalau aku benar-benar jatuh cinta padamu” bisiknya lagi.
Hening.
Kening Kibum berkerut. Ha Rien tak bersuara. Ia melepaskan pelukannya pelan, Ha Rien tertidur, dan demamnya semakin tinggi.
Kibum memandangi yeoja itu lekat. Tatapan matanya berubah sendu. Beribu-ribu rasa bersalah menggerogoti hatinya. Ha Rien pasti sakit karena selalu pulang malam dan kedinginan, di tambah lagi ia harus tidur larut malam karena begadang belajar untuk ujian kelulusan.
“aku tidak ingin melihatmu sakit seperti ini. Aku juga tidak ingin kau gagal di ujian nanti karena terus sakit dan memaksakan diri belajar larut karena selalu pulang malam. Mungkin, untuk sementara… kita tidak usah bertemu…”
******
“nomor yang anda tuju tidak dapat di hubungi…”
“Ah, kenapa  nomernya nggak aktif sih? Dia juga nggak pernah muncul untuk menemuiku lagi!! Padahal aku selalu menunggunya di tempat yang sama!! Apa dia sengaja menghindariku??” runtuk Ha Rien kesal.
Sudah sebulan sejak terakhir kali ia dan Kibum bertemu. Saat itu, eomma Ha Rien bilang kalau malam itu Ha Rien di antarkan oleh penjaga sekolah ke rumah. Ha Rien sempat bingung, dia pikir Kibum yang mengantarnya. Dan sejak itu pula ia dan Kibum tidak pernah bertemu lagi.
“Yaaa’!! Ha Rien-ssi, kau tidak belajar? Lusa kita ujian loh!!” tegur Sunny yang heran melihat sahabatnya itu selalu sibuk dengan ponselnya sepanjang hari.
“Hhh… aku tidak bisa menghubunginya. Kibum. Dia menghindariku! Aku sangat merindukannya, lama sekali aku tidak melihatnya. Kalau dia marah, aku bahkan tidak ingat pernah melakukan kesalahan” cerita Ha Rien panjang lebar.
“Kibum? Mungkin dia sibuk” jawab Sunny enteng.
Ha Rien kembali diam. Ia tampak berpikir. Kalau Kibum tidak datang menemuinya, kenapa tidak dia saja yang datang menemui Kibum? Bukankah dia ikut kelas malam? Kalau begitu datang saja langsung ke kelasnya.
“Eh, Sunny, kau tau kelas malam di mana? Sekolah kita kan sangat besar, tidak mungkin aku mengecek semua kelas satu per satu nanti malam!” tanya Ha Rien tiba-tiba.
Kening Sunny berkerut, “kelas malam? Kau bercanda? mana ada yang namanya kelas malam di sekolah kita!” jawab Sunny heran. Kini giliran Ha Rien yang tampak bingung, memang selama ini, dia tidak pernah cerita pada Sunny kalau Kibum ikut kelas malam, karena menurutnya itu tidaklah terlalu penting tapi kan, kalau memang kelas malam itu ada, paling tidak Sunny atau siapapun di sekolah itu tau.
“masa sih nggak ada? Ada kok! Kibum bilang dia ikut kelas malam” jelas Ha Rien heran.
“coba kau tanya pak guru. Tapi kalau menurutku sih, mana ada yang namanya kelas malam” saran Sunny.
*******
“kelas malam? Kau ini bicara apa? di sekolah kita tidak ada yang namanya kelas malam!” jawab pak Hosean, wali kelas Ha Rien tegas.
“Bapak yakin tidak ada? Tapi katanya….”
“tidak ada! Kepala sekolah tidak mengijinkan ada kegiatan malam hari di sekolah. Sudahlah, lebih baik kau belajar, sebentar lagi ujian. Sana balik ke kelasmu!” tegas pak Hosean.
Mau tidak mau Ha Rien pergi meninggalkan ruang guru. Tapi dia masih bingung, ini benar-benar aneh. Apa benar kelas malam itu tidak ada? Jadi… apa itu artinya Kibum berbohong?
Saat hendak kembali menuju kelas, tiba-tiba saja secara tak sengaja Ha Rien berpapasan dengan penjaga sekolah yang kalau siang hari merangkap sebagai petugas bersih-bersih. Langkah Ha Rien berhenti, ia mendapatkan sebuah ide. Kalau penjaga sekolah, pasti tau kalau ada kelas malam. Begitu pemikiran Ha Rien.
“Pak..pak.. permisi sebentar!” tegur Ha Rien.
“Iya? “ jawabnya.
“bapak tau sesuatu tentang kelas malam?” tanya Ha Rien langsung.
“Kelas malam? Tidak ada yang namanya kelas malam” jawabnya.
Ha Rien terdiam. Lagi-lagi jawaban yang sama!
“Umm… lalu, waktu bapak mengantarkanku ke rumah? Waktu itu? Bapak melihat seseorang yang bersamaku?” tanya Ha Rien lagi.
“seseorang? Tidak, waktu itu bapak menemukan kamu pingsan di koridor”
DEG.
Entah kenapa mendengar itu mendadak Ha Rien mendapatkan firasat buruk. Ia mengigit bibir, bagaimana ini? Kenapa semuanya jadi aneh? Kibum… sebenarnya kau dimana? Apa yang kau rahasiakan dariku??’ pikir Ha Rien lemas.
******
“Huaaahahahaha… kita lulus!!! Kita lulus!!!” pekik Sunny girang seraya berhambur memeluk Ha Rien. “akhirnya, kita bisa ke universitas!! Hieeeyy!!!!” pekik Sunny lagi seraya berlari dan memeluk teman-teman yang lain.
Ha Rien hanya tersenyum tipis lalu kembali menunduk. Kalau di hitung-hitung, sudah hampir 2 bulan, ia dan Kibum tidak pernah bertemu lagi. Ia merasa sangat sedih, ingin sekali rasanya ia bicara dan bertemu dengan namja itu, paling tidak berbagi kesenangan perihal kelulusannya.
Ha Rien tidak tau apapun tentang Kibum. Dimana rumahnya, siapa dia sebenarnya, semuanya, semua tentang dirinya. Hal itu membuat Ha Rien menjadi semakin terpuruk, ia manjadi semakin sulit untuk mencari Kibum. Apalagi waktunya semakin sempit, dia akan pergi meninggalkan sekolah. Sedangkan satu-satunya harapan dan cara untuk bertemu Kibum adalah tetap menunggu hingga Kibum muncul di koridor tempat pertama kali mereka bertemu.
Ha Rien berjalan lamat menuju tempat itu, tempat diamana ia dan Kibum biasanya menghabiskan waktu bersama. Begitu sampai di sana, Ha Rien menyandarkan punggungnya di dinding, tetapi matanya terus menatap lurus ke arah tikungan koridor dimana biasanya Kibum datang.
Ini harapan terakhirnya, mulai besok dia tidak akan datang ke sekolah lagi. Tidak akan ada kesempatan lagi. Memikirkan itu rasanya Ha Rien ingin menangis. Kibum adalah cinta pertamanya, baru kali ini ia merasa benar-benar mencintai seorang namja dan selalu ingin berada di sampingnya.
Ha Rien terus menunggu di tempat itu, menunggu dan menunggu hingga tak terasa hari sudah mulai malam. Ia melirik jam tangannya, sudah jam 7 dan tidak ada tanda-tanda akan kedatangan Kibum. Ha Rien mengigit bibir menahan tangis, tidak mau, tidak mau, dia tidak mau berakhir seperti ini. Ini terlalu menyakitkan untuknya. Ia hanya ingin bertemu namja itu, Kibum, dia sangat merindukannya.
“Kibum… hiks… kau jahat sekali padaku…” isak Ha Rien akhirnya.
Ia menangis, menangis tersedu-sedu. Lututnya mulai terasa lemas dan lelah, perlahan ia mulai oleng, kakinya mulai tak bisa lagi menompang berat tubuhnya. Ha Rien hampir saja jatuh menghantam lantai saat tiba-tiba seseorang menahan tangannya.
“harusnya kau sudah pulang”
DEG.
Suara itu. Mendengar suara itu mendadak membuat jantung Ha Rien berdegup lebih cepat. Ia mendongak, air matanya malah mengalir keluar dari pelopak matanya semakin deras.
“Kibum…” panggil Ha Rien dan kembali menangis semakin keras.
Kibum menariknya ke dalam pelukannya. Ia mendekap yeoja itu hangat dan penuh sayang. Melampiaskan semua perasaan rindu di dadanya.
“kau jahat… kau meninggalkanku… kau menghindariku… aku selalu menunggumu di sini… tapi kau tak pernah datang…” isak Ha Rien di sela tangisnya dan memeluk Kibum semakin erat seakan-akan tidak ingin membiarkan namja itu pergi lagi, tidak akan pernah.
Mianhae… Ha Rien-ssi…” jawab Kibum lirih.
“jangan tinggalkan aku lagi, jangan… jangan sekalipun…” lanjut Ha Rien tanpa melepaskan pelukannya sedikitpun. Kibum mengigit bibir, matanya mulai memanas, rasanya ia juga ingin menangis, ia tak sanggup lagi, jujur sedikitpun ia tak ingin meninggalkan yeoja ini. Yeoja yang benar-benar telah berhasil mengisi ruang di hatinya selama ini, sebenarnya ia sempat berpikir semua kejadian dan saat-saat ia bersama Ha Rien bagaikan mimpi. Otaknya tak bisa menerima, semua itu benar-benar tidak masuk akal.
Mianhae Ha Rien-ssi, jeongmall Mianhae, tapi kita tidak mungkin bersama” bisik Kibum pelan, mendengar itu sontak Ha Rien mendongak.
“A..apa maksudmu? Kau… ingin kita putus? Kenapa?? Apa sudah ada wanita lain? Apa karena aku menyebalkan?? Ku mohon… jangan tinggalkan aku lagi, aku mencintaimu… ku mohon…” desak Ha Rien panik.
“Bukan begitu… kalau boleh memilih aku juga ingin selalu bersamamu, tapi… itu tidak mungkin, dunia kita… berbeda…”
******
Ha Rien terus diam sambil terus memandangi sebuah makam seorang namja muda di depannya. Kini ia sedang berada di sebuah area pemakaman. Awalnya ia shock dan tidak percaya, dia pikir itu hanya alasan Kibum untuk meninggalkannya. Tapi begitu ia cari tau semuanya…. Ternyata itu benar.
Ha Rien tersenyum kecut begitu melihat nama ‘Kim Kibum’ di makam itu. Ternyata benar, Kibum yang bersamanya selama ini bukanlah manusia, melainkan hanya Roh dari seorang namja yang mati muda dan kesepian.
Hari itu, Kibum mengatakan padanya bahwa dia sudah mati. Kibum juga bilang awalnya dia kaget saat tau Ha Rien bisa melihatnya, di tambah lagi hanya Ha Rien yang bisa menyentuhnya secara utuh.
Saat Ha Rien mencari tau tentang Kibum, ternyata namja itu sudah meninggal 4 tahun yang lalu. Dulunya dia juga murid di sekolah yang sama dengan Ha Rien, tapi karena penyakitnya yang semakin parah, akhirnya ia meninggal di sekolah saat jam pelajaran. Karena itulah roh Kibum terjebak di sekolah, tapi sekarang dia bilang, dia bisa pergi, pergi ke tempat dimana dia seharusnya.
‘selama ini aku tidak pernah meninggalkanmu sedetikpun, aku selalu mengawasimu, aku selalu menjagamu. Hatiku sakit saat ku lihat kau terus menungguku dan menangis, tapi kau harus tau.. aku melakukan itu semua untuk kebaikanmu, juga aku. Kau harus terbiasa tanpa aku Ha Rien-ssi, aku yakin, suatu hari nanti kau akan bertemu, dengan namja yang benar-benar akan mencintaimu lebih dari aku mencintaimu’
Kata-kata Kibum waktu itu kembali terngiang-ngiang di telinga Ha Rien. Ia tersenyum kecut, “rasanya ini semua seperti mimpi, pertemuan kita, kebersamaan sampai saat perpisahan kita” ucap Ha Rien menahan tangis.
“aku… tidak akan melupakanmu Kibum. Kau cinta pertamaku.. kau pacar pertamaku… kau namja pertama yang mau menerimaku…” tangis Ha Rien.
“kau jahat… kau meninggalkanku… kau kejam…” lanjutnya sambil terisak. Di depan makam Kibum, Ha Rien terus menangis dan menangis. Ia tak rela, ia tak terima, ini semua benar-benar membuat dadanya terasa amat sesak dan sakit.
“Siapa kau? Kenapa kau bisa sampai di makam Kibum hyung?” tegur seseorang tiba-tiba. Ha Rien sedikit terlonjak kaget, dengan cepat di hapusnya air matanya. Ia berbalik, didapatinya seorang namja muda tengah memandangnya bingung.
Ha Rien terdiam. Jantungnya berdegup cepat, rasanya seperti mimpi. Namja yang tengah berdiri di depannya kini terlihat sangat mirip dengan Kibum. Bahkan seperti kembar, kembar yang sangat identik. Semuanya, mereka berdua terlihat sama.
“Kibum…” panggil Ha Rien refleks.
“Bukan, kami memang kembar tapi….” Kata-kata namja muda itu menggantung, ia membatu, tiba-tiba saja di lihatnya bayangan hyung nya itu tengah berdiri di belakang Ha Rien dan tersenyum manis.
“Jaga dia untukku” namja muda itu membaca gerakan bibir hyungnya, dan sedetik setelah itu, bayangan itu menghilang bersamaan dengan bertiupnya angin.
~END~

2 komentar:

  1. waaa, sudah menduga pasti key itu makhlus haluk, kekekeke..

    BalasHapus
  2. Whehehe.. hebat donk >,<d

    Gomawo udah mau tinggalin komentar :D

    BalasHapus