Kamis, 29 September 2011

[FF] You're My Oxygen - Special Key Birthday - Oneshoot



Title : ~You’re my oxygen~
Author : Puthrie Shairis As
Genre : Sad Romance (?)
Length : Oneshoot
Main Cast : Saeng @Magnae Ttha almighty’Key a.k.a Kang Hyeo So, Kim Kibum a.k.a Key SHINee
Other Cast : Choi Minho a.k.a Minho SHINee, Han Hyemi (fiction)
Disclaimer : This story and the plot is originally mine. So no plagiat and enjoy it guys
Summary : Kau adalah udaraku, oksigenku. Jadi, jika kau pergi terlalu jauh, maka aku akan mati, hyeo so-ah!

Taaappp..Taaappp..Taaappp..
Masih dengan langkah yang tertatih-tatih dengan sebuah tongkat di sisi kiri tangannya yang membantu menompang tubuhnya, Hyeo So berjalan cepat menyusuri setiap lorong koridor rumah sakit. Kepalanya terus celingak-celinguk mencari kamar rawatnya.
Hyeo So adalah seorang gadis SMU biasa yang tidak begitu popular di sekolah. Sudah 2 hari ini ia di rawat rumah sakit Internasional Seoul karena cidera kaki yang di alaminya. Lagi-lagi, Hyeo So di bully di sekolah, dan kali ini menciptakan sebuah retakkan kecil di tulang kering kaki kanannya akibat tendangan keras teman-temannya.
Mungkin Hyeo So adalah seorang gadis yang polos. Selalu menerima perlakuan buruk teman-temannya tanpa berniat untuk membalas dendam sedikitpun. Tetapi ia merupakan tipical gadis periang dan bersemangat. Berdiam diri di kamar rawatnya selama 2 hari bukanlah kesukaannya. Karena bosan, ia nekat menyelinap keluar dari kamar rawatnya dan berniat untuk berkeliling-keliling sebentar. Tapi begitu ia bermaksud untuk kembali, ia malah tersesat -.-
“Aisshh… kalau ibu sampai tidak menemukanku di kamar rawat, ia pasti akan marah besar” celetuk Hyeo So frustasi. Ia masih terus berjalan dan berjalan, melewati lorong demi lorong koridor rumah sakit. Hingga akhirnya matanya secara tak sengaja melihat sosok ibunya melintas beberapa meter di depan.
Hyeo So panik. Ia tidak mau ibunya menemukkannya di sana. Hyeo So kembali mengedarkan pandangannya cepat ke seluruh penjuru koridor rumah sakit. Tatapannya berhenti begitu di lihatnya sebuah kamar rawat tak jauh dari tempatnya berdiri. Tanpa banyak berpikir lagi, Hyeo So berjalan menggapai knop pintu kamar rawat tadi dengan susah payah dan masuk ke dalam untuk bersembunyi.
“Aiisshh… bagaimana ini?” gerutu Hyeo So pelan. Takut-takut ia kembali mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, bisa di lihatnya ibunya berjalan menjauh hingga menghilang di tikungan.
“Hhh…. Nyaris saja” Hyeo So menghela nafas lega. Ia menutup pintu rapat dan berbalik sembari mengumbar senyum atas keberuntungannya hari ini. Tapi senyuman itu tak bertahan lama begitu di lihatnya seorang namja seusianya tengah terduduk lemas di tempat tidurnya dengan punggung yang menyandar ke kepala tempat tidur. Ternyata namja itu sejak tadi terus memperhatikan Hyeo So yang seenak jidatnya masuk ke kamar rawatnya.
Hyeo So mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Kamar itu penuh dengan bau obat yang begitu tajam hingga menusuk indra penciumannya. Hyeo So mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidungnya untuk mengusir bau obat-obattan tadi.
“kau menghindari seseorang?” tegur namja tadi dengan suara yang begitu pelan dan terdegar serak. Hyeo So mengangguk kecil, tanpa malu-malu ia berjalan mendekati tempat tidur namja tadi dan duduk di tepian tempat tidurnya.
Hyeo So kembali mengamati kamar rawat ini. Ruangannya cukup besar dan luas, kelihatannya ini ruang VIP, buktinya semua fasilitas lengkap ada di dalam sini. Dari Tv, kulkas dan kamar mandi, semuanya sudah tersedia dengan baik. Berbeda dengan kamar rawatnya yang kecil dan pengap, di tambah lagi harus berbagi tempat dengan 3 orang pasien yang lain.
Hyeo So kini beralih memandang namja tadi. Namja itu tampak amat pucat dan lemah. Pipinya tirus dan tubuhnya terlihat kurus. Berbagai macam selang yang entah untuk apa itu banyak menempel di kulit tangan dan dadanya. Hyeo So kembali mengamati wajah namja itu. Bola matanya begitu indah, hidungnya bagus dan bibirnya begitu kecil dan seksi walaupun terlihat berwarna pink pucat.
Namja ini tampan’ pikir Hyeo So.
“siapa yang kau hindari?” tanya namja itu lagi.
“ibuku. Aku akan di marahi begitu ia tahu aku menyelinap keluar” jawab Hyeo So yang kini beralih mengamati selang bantu pernafasan namja itu yang terhubung ke sebuah masin ventilator di dekat tempat tidur.
“Oh” hanya itu kata yang terdengar keluar dari bibir kecilnya.
Hyeo So kembali mengamati namja tadi dari ujung rambut hingga bagian dadanya. Namja ini benar-benar kasihan. Apa penyakitnya begitu parah?’ tanya Hyeo So dalam hati.
“Ngomong-ngomong, kamar rawatmu enak ya?! Luas dan hangat. Aku jadi iri” celetuk Hyeo So tiba-tiba dan kembali memandang ke seluruh penjuru ruangan.
Namja itu tersenyum tipis, “kakimu terluka?” tanyanya tiba-tiba seraya menunjuk kaki kanan Hyeo So yang di beri gips.
“Ya begitulah. Tapi ini hanya retakkan kecil, sebentar juga pasti sembuh” Hyeo So menepuk-nepuk gips di kakinya untuk memberi tahu bahwa kakinya tidak lagi terasa sakit dan akan segera pulih.
“Retakkan kecil? Kau terjatuh?”
Hyeo So menggeleng, “Ani. Ini karena Hyemi dan yang lain menendangi kakiku karena aku tidak sengaja menginjak jepitannya. Katanya jepitan itu dari prancis, aku tidak percaya. Dia pasti membual lagi” jawab Hyeo So jujur.
“Hanya karena jepitan?” ulang namja itu kaget. Hyeo So tersenyum cengegesan dan mengangguk kecil. “Eh! Kau sendiri, apa yang terjadi padamu?” tunjuk Hyeo So pada semua selang-selang di tubuh namja itu juga selang bantu pernafasan yang tertancap di saluran pernafasannya.
“Eeh? Ini… kau pasti tidak akan mengerti walaupun aku jelaskan” ucap namja itu yang terlihat sedikit kaget Hyeo So akan balik bertanya padanya.
“Aku pasti mengerti kok. kau pikir aku sebodoh itu? katakan padaku apa penyakitmu? Apakah parah?” desak Hyeo So penasaran. Namja itu tampak diam sejenak, lalu kemudian mengedikkan kedua bahunya.
“Entahlah. Yang aku tau, aku mengidap penyakit GBS, Guillain Barre Syndrom. Aku dengar ini penyakit langka yang membuat tubuh menjadi lemah, bahkan terlalu lemah untuk bernafas sendiri” tunjuk namja itu pada selang bantu pernafasan di hidungnya.
“penyakit ini terjadi hanya satu atau dua kasus per 100 ribu di dunia setiap tahunnya” lanjut namja itu lagi. Hyeo So mendengarkan dengan sangat antusias sambil sesekali mangangguk-angguk kecil.
“Kau mengerti.. apa yang aku bicarakan?” tanya namja itu ragu. Mendengar pertanyaan itu, Hyeo So malah nyengir kuda dan menjawab dengan pelan “tidak, hehehe”
#Gubrak
Namja itu tampak inconect beberapa detik, lalu di detik selanjutnya ia malah terbahak dan memukul-mukul pahanya sendiri gemas. “aku pikir kau tau. Sejak tadi ku lihat kau terus mengangguk” ucap namja tadi di sela-sela tawanya.
Hyeo So kembali menyeringai kecil, “Hehehe… aku memang sering begitu” balas Hyeo So malu. Tawa namja itu mulai mereda, ia kembali mengamati Hyeo So penuh rasa penasaran. Ada sesuatu dari dalam diri Hyeo So yang membuatnya tertarik. Entah apa itu, yang pasti, sudah lama sekali namja ini tidak merasakan bagaimana rasanya tertawa seperti tadi. Biasanya, ia juga tidak begitu senang di kunjungi orang asing, tapi kini, kunjungan Hyeo So yang tidak sengaja justru malah membuatnya merasa benar-benar nyaman dan terhibur.
“Oh~ Kau bilang tadi kau kabur? Waeyo?” tanya namja itu lagi.
“eh~ itu, habisnya aku bosan. Selama dua hari aku hanya boleh duduk dan tidur. Aku merasa benar-benar seperti di penjara” curhat Hyeo So sebal mengingat perlakuan eommanya yang terlalu mengekangnya.
“2 hari? Aku saja yang sudah berada di kamar ini hampir selama 4 tahun sudah berasa seperti di dalam peti mati!” celetuk namja itu lagi yang berhasil membuat Hyeo So terbelalak kaget.
“Jinjja? 4 tahun?” pekik Hyeo So tak percaya.
Namja itu kembali mengangguk, “aku terpaksa putus sekolah untuk pengobatan. Aku kan sudah bilang aku tidak bisa bernafas tanpa mesin jelek ini” tunjuk namja itu lagi pada ventilator di samping tempat tidurnya.
Hyeo So sempat terkekeh geli melihat raut cemberut namja tampan ini. “Kau pasti kesepian. Baiklah! Aku akan sering-sering mengunjungimu ke sini. Boleh?” tanya Hyeo So bersemangat.
Namja itu kembali terlihat terkejut. “Be..benarkah? Kau mau datang lagi untuk mengunjungiku?” tanyanya ragu. Hyeo So kembali mengangguk yakin dan menepuk pundak namja itu lembut, “Aku, Kang Hyeo So, akan datang lagi besok. Mungkin akan ada sedikit keributan karena aku harus menyelinap keluar lagi besok, tapi tenang saja. Aku selalu tepati janjiku”
Namja itu mengangguk kecil dan melemparkan senyuman manisnya pada Hyeo So senang. “Kim Kibum imnida. Tapi, kau bisa memanggilku Key” ucapnya memperkenalkan diri.
***
“Ya’!! Kang Hyeo So!! Kau mau kabur lagi?!” teriak eomma Hyeo So kaget begitu melihat puteri semata wayangnya itu berada di luar kamar rawatnya.
Pagi ini, lagi-lagi Hyeo So berniat untuk kabur. Na’asnya, saat ia baru saja beberapa langkah meninggalkan kamar rawatnya, eommanya itu berhasil memergokinya. Karena tidak mau tertangkap, dengan nekat Hyeo So berlari meski tidak terlalu cepat dan masih tertatih-tatih sembari meyeret tongkat kakinya.
Eomma Hyeo So shock melihat tingkah puterinya yang semakin menggila. tanpa ba-bi-bu lagi, eomma Hyeo So pun ikut berlari mengejar puterinya itu. Maka pagi itu, rumah sakit di hebohkan dengan adegan kejar-kejaran Hyeo So dan Ibunya. Bukannya takut, Hyeo So justru malah terbahak menikmati ‘permainan’ pagi ini. Sesekali di rasakannya nyeri di kaki kanannya, tapi ia tak peduli. Ia masih saja terus berlari hingga ibunya kualahan dan menyerah.
Hyeo So melambatkan langkahnya. Ia menoleh, ibunya tidak ada. Sekilas ia tersenyum kecil lalu mengedikkan bahu. Ia kembali berjalan menuju kamar rawat Key.
Hyeo So baru akan membuka pintu saat di dengarnya suara berisik dan isak tangis dari dalam ruangan. Gerak Hyeo So berhenti, ia menempelkan telinganya di pintu dan mulai mempertajam pendengarannya.
“Sudah dok. Cukup! Dia sudah tidak kuat!” ucap seorang wanita paruh baya di sela isak tangisnya.
“Haahh…Haahhh…ibu.. Engghh…sesak.. Haahh.. Haahh…” kini suara serak Key yang terdengar. Hyeo So kaget, karena khawatir, pelan-pelan ia mulai membuka pintu dan mengintip ke dalam.
Matanya terbelalak kaget begitu di lihatnya Key tampak kejang-kejang dan sesak nafas. Hyeo So awalnya tidak mengerti apa yang terjadi, tapi saat itu juga ia mulai menyadari selang bantu pernafasan Key di lepas sehingga namja itu harus berusaha bernafas dengan tenanganya sendiri.
Hyeo So membekap mulutnya agar tak menimbulkan suara. Ia ingat, Key bilang dia terlalu lemah untuk bernafas tanpa bantuan mesin. Semua orang pasti tau akan hal ini. Lalu kenapa tak ada satupun orang di dalam ruangan itu yang mau bergerak untuk membantu Key? Dokter dan suster terlihat hanya diam dan melihat Key yang sudah hampir mati karena kesulitan bernafas.
“dok, sudah cukup! Kalian bisa terapi Key lagi besokkan? Pasang kembali ventilatornya! Anakku bisa mati kalau di biarkan seperti ini lebih lama!” desak wanita paruh baya yang sendari tadi terus menangis melihat kondisi Key.
Hyeo So mengigit bibir cemas. Ia tak bisa berbuat banyak. Ia baru mengenal Key, mana mungkin tiba-tiba ia melenggang masuk dan ikut campur dengan masalah ini. Seperti yang di katakan wanita itu tadi, yang mungkin adalah eomma Key karena tadi dia bilang ‘anakku’, ini adalah terapi. Berarti, ini adalah tindakkan dokter untuk membantu Key agar lekas sembuh.
“Baiklah. Suster, pasangkan lagi selang oxygennya” putus dokter akhirnya.
Mendengar itu, Hyeo So dan Eomma Key pun bisa menghela nafas lega. Suster mulai bergerak dan memasang kembali selang bantu pernafasan di hidung Key dengan hati-hati. Key yang tadinya tampak menggelinjang dan memberontak karena sulit bernafas, kini sudah mulai tenang.
“Mrs.Kim, untuk lain kali kita harus melakukan terapi ini lebih rutin. Kita harus melakukan pelepasan ventilator agar puteramu bisa berlatih bernafas tanpa menggunakan mesin. Ini untuk kebaikkan puteramu sendiri. Jika setiap terapi kau selalu memohon untuk menghentikan hal ini, akan semakin sulit untuk puteramu agar terbiasa” jelas dokter tadi panjang lebar.
Eomma Key hanya mengangguk kecil dan menangis. Sementara itu, Hyeo So yang mendengar itu tampak sangat prihatin. Sekarang ia mengerti kenapa dokter membiarkan Key seperti tadi. Tapi tetap saja, Hyeo So tidak tega melihat Key menderita dan merasa sangat tersiksa karena sulit bernafas seperti tadi.
Dokter, suster dan eomma Key mulai berjalan menuju pintu untuk keluar. Hyeo So yang menyadari itu dengan cepat berjalan menjauh dan bersembunyi. Begitu eomma Key, dokter dan suster tadi pergi, Hyeo So kembali berjalan mendekati kamar rawat Key dan melenggang masuk.
Key yang menyadari ke hadiran Hyeo So hanya tersenyum kecil. Dadanya masih naik turun karena kelelahan, ia terlihat berusaha mengatur nafasnya. Keringat dingin juga mulai memenuhi kening dan wajahnya. Rasanya Hyeo So ingin sekali menangis melihat kondisi Key sekarang. kondisinya terlihat semakin memburuk.
“Gwenchana?” tanya Hyeo So khawatir.
“Kau melihatnya ya? Apa aku terlihat sangat memprihatinkan?” canda Key yang justru membuat Hyeo So semakin berkaca-kaca.
“kau pasti sangat menderita” gumam Hyeo So pelan. Key yang mendengar itu malah menyeringai kecil dan mulai memejamkan matanya perlahan. “Aku lelah. Aku akan tidur sebentar, tapi tetaplah di sini sampai aku terbangun nanti Hyeo So-ssi. Aku tidak suka sendirian” gumam Key sebelum akhirnya benar-benar tertidur.
Hyeo So akhirnya menangis. Air mata yang sedari tadi memupuk di sudut matanya itu kini jatuh juga. Hyeo So tetap berusaha untuk tak bersuara. Ia meraih sebuah sapu tangan di saku jaket yang menutupi pakaian pasiennya dan mulai menghapus sisa keringat di kening Key lembut.
“aku tidak menyangka hidupmu sesulit ini Key. Kau jauh lebih kuat daripada apa yang ku bayangkan” bisik Hyeo So pelan di sela tangisnya.
***
“Key, kau tidak mau di terapi lagi?” tanya Hyeo So bingung. Tadi, secara tidak sengaja Hyeo So mendengar pembicaraan eomma Key dengan dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan Key. Katanya, Key menolak untuk di terapi lagi hari ini.
Sudah hampir 4 hari belakangan ini Key tidak melakukan terapi. Key selalu mengeluh sakit dan nyeri menahan sesak nafasnya tiap kali di terapi. Key juga selalu mengatakan ia tidak suka terapi. Ia tidak mau melakukannya lagi.
“Aku tidak suka” jawab Key dan selalu saja dengan alasan yang sama.
Hyeo So mendesah, apa boleh buat. Dia juga tidak bisa memaksa Key untuk melakukan terapi. “Kau khawatir padaku?” tanya Key tiba-tiba.
Hyeo So cemberut, “tentu saja! Setiap hari, kau itu selalu membuatku khawatir!”
“Kenapa?” tanya Key lagi.
“Maksudnya?” Hyeo So balik bertanya.
“Kenapa kau khawatir padaku? Kita baru mengenal satu minggu yang lalu kan?”
Key memandang Hyeo So dalam. Ada sesuatu jauh di dalam lubuk hatinya yang ingin sekali mendengar alasan Hyeo So yang sesungguhnya. Selama beberapa tahun terakhir ini ia selalu merasa sendirian. Ia merasa teman-temannya dulu bahkan menjauhinya. Tidak ada yang peduli padanya kecuali orang tua dan kerabatnya. Kini, tiba-tiba seorang yeoja yang bahkan baru mengenalnya sudah memperlakukan dia dengan begitu baik.
“Teman” jawab Hyeo So mantap.
“Karna kita teman kan?” lanjut Hyeo So lagi sembari mengumbar senyum.
Key sedikit terlihat kecewa. Entah kenapa, bukan jawaban yang seperti ini yang di harapkannya.Walaupun ia dan Hyeo So baru mengenal, tetapi Key sudah merasa amat nyaman berada di dekat yeoja ini. Sekarang ini, baginya Hyeo So sangatlah penting. Yeoja inilah yang memacu semangatnya untuk terus hidup belakangan ini. Karena yeoja inilah akhirnya ia bisa tertawa lagi, dan karena yeoja ini jugalah ia bisa merasakan, bagaimana perasaan bahagia dan gembira.
Key tersenyum kecut, “teman ya?” gumamnya pelan.
“Key, kau baik-baik saja?” tanya Hyeo So khawatir begitu melihat Key yang tampak murung. Key menggeleng cepat, “ani. Aku baik-baik saja” jawabnya sembari mengumbar senyum.
Apa yang aku harapkan? Bisa mengenalnya saja sudah sangat beruntung. Aku tidak boleh berharap lebih jauh…’ Pikir Key.
***
“Key, lihat ini. Kakiku sudah benar-benar sembuh!” pekik Hyeo So girang begitu berlari masuk ke dalam ruang rawat Key. Kedatangan Hyeo So yang begitu tiba-tiba mengejutkannya. Key sedikit tersentak kaget hingga menjatuhkan buku yang sedari tadi di bacanya.
“Ouh, hehehe. Maaf, aku mengejutkanmu ya?” ucap Hyeo So cengegesan sembari memungut buku Key yang tadi terjatuh. Key mengikuti setiap gerakkan Hyeo So. Tatapannya berhenti begitu di lihatnya tidak ada lagi gips yang membalut kaki kecil yeoja itu. Mungkin Key seharusnya ikut gembira dengan sembuhnya kaki Hyeo So, tapi entah kenapa ia justru merasa amat sedih dan tidak rela. Ia sudah terbiasa bersama Hyeo So selama 2 minggu terakhir ini. Jika Hyeo So benar-benar sudah sembuh, bukankah itu artinya ia sudah bisa meninggalkan rumah sakit?
“Eh--? Beauty and the beast lagi?” seru Hyeo So begitu membaca judul buku yang sudah beberapa hari ini terus Key baca berulang-ulang. Hyeo So menyodorkan buku yang di pungutnya itu pada Key.
“Kenapa kau selalu membaca buku itu? itu hanya dongeng anak-anak” tunjuk Hyeo So bingung. Key hanya tersenyum tipis dan menatap judul buku itu menerawang.
“mungkin karena aku merasa nasib The Beast dalam cerita ini sama denganku. Hanya saja sedikit di ubah. Jika dalam cerita ini si buruk rupa yang jatuh cinta pada seorang gadis cantik, maka.. di sini, si namja yang berpenyakitlah yang jatuh cinta…” gumam Key pelan.
“Mwo? Kau tadi bilang apa?” tanya Hyeo So yang tidak bisa mendengar jelas kata-kata Key.
“Ah, ani. Oh, ngomong-ngomong, kakimu. Selamat ya” Key kembali mengumbar senyum. Hyeo So balas tersenyum manis, “Gomawo, oh iya. Aku akan pulang sore ini. Ah~ Mianhae Key, aku tidak bisa mengunjungimu lagi” ucap Hyeo So dengan nada sedikit menyesal.
“Tidak apa-apa. aku mengerti” Key masih mencoba untuk tersenyum.
“Hmm… Key, aku harap kita bisa bertemu lagi, tapi… di luar rumah sakit!” seru Hyeo So yang berhasil membuat Key tersentak kaget untuk yang kedua kalinya. “Di..luar.. rumah sakit?” ulang Key bingung.
Hyeo So mengangguk mantap, “Ne. jadi, kau harus cepat sembuh, arraseo? Kau harus mau mengikuti terapi lagi. Mungkin akan sakit sekarang, tapi semakin lama kau akan terbiasa. Aku yakin kau pasti bisa bernafas dengan paru-parumu sendiri suatu saat nanti. Dan aku akan menunggumu!”
Key terdiam sejenak. “benarkah? Saat aku sudah sembuh nanti, kita akan bertemu lagi? Walaupun butuh waktu lama, kau tidak akan melupakanku?” tanya Key ragu.
Hyeo So memutar bola matanya gemas. “tentu saja! Aku akan menunggumu. Aku juga pasti akan merindukanmu Key. Sekali lagi Mianhae, aku tidak bisa mengunjungimu lagi. Rumahku sangat jauh dari sini. Aku mau saja berlama-lama di rumah sakit, tapi ibuku bisa mengamuk karena tagihan biaya rumah sakit yang terus menumpuk, hehehe…”
Key tersenyum manis, “baiklah. Ee—aku akan mengirimu surat setiap hari!” seru Key.
“Ok! Aku pasti akan membalas semua surat-suratmu” jawab Hyeo So semangat.
***
“Aaarrggghhh….Aarrgghhh… Haah…Haahh…Haahh…” Key mengerang kesakitan begitu lagi-lagi ia kesulitan untuk bernafas. Keringat dingin kembali mengalir lancar keluar dari setiap pori-pori kulit wajahnya. Bibirnya terasa semakin kering dan pipinya menjadi semakin tirus.
Beberapa bulan terakhir sejak kepergian Hyeo So, Key menjadi semakin rajin melakukan terapi. Meski terasa begitu berat untuknya, tapi ia tak mau menyerah. Ia ingin sembuh. Ia ingin cepat pergi dari rumah sakit dan menemui Hyeo So. Ia begitu merindukan sosok yeoja itu. Merindukan tawanya, tingkahnya juga perhatian yang selalu di berikan yeoja itu padanya. Ia harus tetap berjuang!
“Dokter! Ini sudah cukup! Pasang lagi ventilatornya!” pekik eomma Key tidak tahan melihat Key yang terus menggelinjang hebat di tempat tidurnya dan meremas seprai kuat-kuat hingga hampir tersobek.
“Aku mengerti. Suster!” Dokter tadi memberi isyarat pada suster di belakangnya untuk kembali memasangkan selang bantu pernafasan Key. Tapi, baru selangkah suster itu bergerak, Key mencegahnya.
“Adwae! Haahh… Haahh.. Haah…”
“Biarkan!.. Hahh.. aku ingin.. Eengghh…terapi lebih lama… Haahhh… aku ingin… lekas sembuh.. Aarrrggghhh…..” pekik Key keras di akhir kalimatnya sebelum akhirnya jatuh pingsan dengan nafas yang tak beraturan dan denyut jantung yang semakin melambat.
Eomma Key menjerit keras melihat puteranya tak sadarkan diri. Dokter mulai bergerak cepat melakukan tindakkan penyelamatan. Eomma Key menangis semakin keras. belakangan ini Key menjadi sangat keras kepala. Namja ini terlalu memaksakan dirinya untuk bernafas tanpa ventilator. Ia juga selalu mengatakan hal yang sama, ‘aku ingin sembuh’.
***
Hyeo So berjalan menuju kotak pos di depan rumahnya, di dalam sana, di temukannya setumpuk surat dan mengambilnya. Sambil berjalan menuju pintu rumah, Hyeo So melihat-lihat dan memeriksa kalau-kalau ada surat yang menarik. Ada 5 surat tagihan, satu majalah langganan, satu surat tawaran asuransi jiwa dan…
Langkah Hyeo So berhenti. Surat terakhir, surat ini dari Key. Hyeo So menjepit surat-surat dan majalah tadi di bawah ketiak dengan tangan kirinya. Lalu tangan yang lain bergerak membuka surat dari Key.
Annyeong Kang Hyeo So ^O^V
Hari ini, aku berhasil melakukan terapi dengan baik lagi.
Benar apa yang kau katakan waktu itu, sedikit demi sedikit aku mulai bisa terbiasa bernafas tanpa mesin ventilator jelek itu. Ternyata udara sungguhan jauh lebih baik daripada oxygen dari mesin. Hehehe…
Hyeo So terkekeh geli. “dasar bodoh! Tentu saja oxygen dari alam jauh lebih baik!” gerutunya gemas.
Walaupun sesekali aku masih merasakan sesak dan sakit di dadaku, tapi aku ingin tetap melanjutkan terapi agar bisa benar-benar pulih. Ingat janjimu kan? Saat aku sembuh dan bisa keluar dari rumah sakit nanti, kau adalah orang pertama yang akan ku kunjungi. J
Ah~ Baiklah, sampai di sini dulu ya. Ibu datang, ibu bilang aku harus istirahat untuk terapi lagi besok. Doakan aku ya, bye chagi… Hehehe
Hyeo So kembali melipat surat tadi sambil mengumbar senyum, “benar begitu Key. Kau harus sembuh, aku akan selalu mendoakanmu dari sini” gumamnya.
***
Beberapa bulan kemudian. . .
“Key, kau mau kemana?” tanya eomma Key kaget seraya setengah berlari menghampiri Key di teras depan rumah megahnya.
Langkah Key berhenti, ia berbalik memandang eommanya itu dan mengumbar senyum. “Aku mau pergi sebentar bu. Ada seseorang yang ingin aku temui”
“Aigo.. Key, kau tidak boleh pergi kemana-mana! Kau baru saja pulih. Kau baru saja keluar dari rumah sakit beberapa jam yang lalu dan sekarang kau sudah mau pergi sendiri? Bagaimana kalau tiba-tiba penyakitmu kambuh?!” gerutu eomma Key frustasi.
“Tidak apa-apa bu. Aku sudah sembuh. Lihat ini, aku benar-benar sehat!” Key mulai menggerak-gerakkan tubuhnya ke sana kemari. Eommanya kembali mendesah. Ia mengerti Key sudah berjuang keras agar bisa sembuh, namja ini sudah berusaha mati-matian melawan semua rasa sakitnya setiap kali di terapi. Tapi tetap saja ia khawatir, penyakit Key itu bisa kambuh kapan saja.
“Ibu… aku pergi ya?” tanya Key lagi, membuyarkan semua lamunan ibunya itu.
“Hhh… baiklah. Tapi ingat, kau tidak boleh berlari ataupun terlalu lelah. Saat kau merasa ada yang tidak beres dengan kondisimu, segera hubungin ibu! Arraseo?” tegas eomma Key akhirnya.
***
Key memarkirkan mobilnya di depan sebuah jalan kecil menuju rumah Hyeo So. Kembali di amatinya secarik kertas yang sejak tadi terus di bawanya dan menyesuaikan alamat yang tertulis di sana dengan tempat yang kini ia kunjungi.
Key keluar dari mobil sport nya dan mulai berjalan memasuki jalan kecil tadi sambil sesekali mencocokkan nomer rumah-rumah yang di lewatinya. Langkahnya berhenti begitu di temukannya rumah yang di maksud.
Key menyeringai lebar. Akhirnya sekarang ia sampai di rumah Hyeo So. Rasanya sudah tidak sabar lagi untuk bertemu dengan yeoja ini. Key kembali memandangi rumah kecil Hyeo So. Sepi. Sepertinya tidak ada orang di rumah.
Key melirik jam tangannya. benar, baru jam 10 pagi. Hyeo So pasti belum pulang dari sekolah. Key mendesah, ia mulai berpikir. Ia sudah sampai di sana, dia tidak mau pergi sebelum bertemu dengan Hyeo So! Rasa rindunya sudah tidak bisa di bendung lagi.
“Baiklah, aku akan tunggu di sini sampai dia pulang!” putus Key akhirnya.
Key pun mulai menunggu dan menunggu. Ia menyandarkan pundaknya di pagar tembok rumah Hyeo So. Detik demi detik, menit demi menit, hingga jam demi jam pun berlalu.
Key tidak peduli dengan udara musim dingin yang terus menusuk kulitnya. Ia tak peduli kakinya yang terasa amat lelah juga kedua telapak tangannya yang sudah hampir dingin membeku. Key melirik jam tangannya lagi, sudah jam hampir jam 5! Key mendesah. Iapun mulai bergerak dan berjalan menuju sebuah lampu jalan tak jauh dari rumah Hyeo So dan mulai duduk berjongkok di sana. Ia memeluk lututnya erat untuk menghangatkan tubuhnya.
Brrmmm…Brrrmmm…Brrmmm…
Tiba-tiba terdengar suara deru sebuah sepeda motor tak jauh darinya. Key mendongak, ia terdiam di tempatnya begitu di lihatnya Hyeo So turun dari boncengan motor seorang namja tampan yang kelihatannya merupakan teman sekolahnya.
Dari tempatnya sekarang, bisa di pastikan Hyeo So tak bisa melihat Key.  Key terus mengamati Hyeo So dan namja itu lekat. Mereka berdua terlihat sangat dekat. Di tambah lagi ekspresi wajah Hyeo So menggambarkan luapan perasaan yang amat senang.
Namja itu terlihat mengatakkan sesuatu, Key tidak bisa mendengarnya. Tapi kalau di lihat dari raut wajah Hyeo So, sepertinya itu sesuatu yang menyenangkan. Hyeo So melepas kepergian namja tadi dengan beribu-ribu guratan kebahagian di wajahnya dan melambai dengan semangat. Begitu namja itu menghilang di ujung jalan, Key bisa melihat dengan jelas Hyeo So menjerit keras dan berjingkrang-jingkrang kesenangan.
“KYaaa… Dia mengajakku kencan! Seorang Choi Minho mengajakku kencan!!” teriakan Hyeo So yang begitu keras terdengar jelas di telinga Key. Key mambatu. Ia masih duduk berjongkok di tempatnya. Ia tak bisa bergerak. Rasanya tenanganya lenyap begitu saja.
Hatinya hancur. Matanya masih tak berkedip melihat kegirangan Hyeo So yang akan berkencan dengan namja lain. Ini adalah hari dimana Key akan menemui Hyeo. Hari yang begitu ia nanti-nantikan karena pada akhirnya ia bisa keluar dari rumah sakit. Dan itu semua hanya demi satu orang. Kang Hyeo So.
Yeoja yang selama ini adalah segala-galanya untuknya. Berharap saat ia bertemu lagi dengan yeoja ini, ia bisa menjalani hidup dengan normal dan akan membuat yeoja itu menyukainya. kini impian itu pupus sudah. Hyeo So, yeoja itu.. menyukai namja lain.
***
Hari ini, Minho mengajakku kencan. Hieeyyy…
Kau tau bagaimana gembiranya aku saat mendengar itu Key?
Aku sangat menyukai namja ini. Awalnya aku benar-benar tidak menyangka seorang CHOI MINHO, namja yang paling popular di sekolah mau mendekatiku dan mengajakku kencan! Omo.. aku harap ini bukan mimpi *memang bukan ya? KYaaa….
Ahahaha… maaf aku terlalu bersemangat. Aku benar-benar tidak sabar dengan kencanku besok. Tapi ada yang aneh, dia ingin kami bertemu di sebuah restaurant yang jauh. Ah~ tapi tidak apa-apa, mungkin dia mau mengajakku dinner romantis, hehehe
Tapi bagaimana ini? Aku tidak punya gaun yang bagus. Aigo… uangku tidak cukup…
Key melipat surat dari Hyeo So tadi sebelum menyelesaikkan membacanya terlebih dahulu. Hatinya terlalu sakit untuk melanjutkan membaca lebih jauh. Hyeo So terlihat sangat gembira. Mungkin, Hyeo So memang akan jauh lebih bahagia bila bersama namja itu. Choi Minho.
“Hhh… baiklah. Aku akan membantu mu Hyeo So-ah. Aku akan pastikan kau tampil cantik di depan namja itu. Anggap saja ini, ucapan terima kasih karena sudah menyemangatiku untuk sembuh hingga sejauh ini..”gumam Key lirih.
***
Hyeo So terheran-heran sendiri begitu mendapati beberapa orang ahli rias dan fashion tiba-tiba datang ke rumahnya dan meng-make over penampilannya. Orang-orang ini bilang, Hyeo So memenangkan sebuah undian salah satu produk susu dan mendapatkan pelayanan salon dan butik secara gratis. Awalnya Hyeo So tidak percaya, tapi pada akhirnya ia menyerah juga. Ia pikir dia benar-benar beruntung, karena nanti malam ia akan pergi kencan!
“Sudah selesai nona” tegur salah satu dari orang-orang tadi.
Hyeo So mengangguk kecil dan beralih menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya terbelalak kaget begitu di lihatnya seorang yeoja cantik dan anggun berada di sana. “be..benarkah itu aku? Yeoja yang di sana itu.. itu aku?” tanya Hyeo So terbata.
Rambut panjang yeoja itu sengaja di gerai dan di buat ikal. Ia menggunakan gaun biru selutut dan sebuah kalung berlian yang begitu indah. Di saat Hyeo So masih terbong-bengong dengan perubahan penampilannya, tanpa ia sadari sejak tadi ada seorang namja yang sudah jauh terpesona lebih dulu.
Sepasang mata namja itu tak pernah berhenti menatapnya dari celah jendela yang terbuka, “lebih cantik daripada si beauty dalam cerita” gumamnya pelan sembari tersenyum tipis.
***
Key kembali melirik jam tangannya. Sudah hampir jam 9 malam dan Hyeo So masih belum juga sampai di tempat ia dan Minho akan bertemu. Sejak tadi, Key terus membuntuti Hyeo So yang pergi naik taksi dari rumahnya sejak pukul 7. Bukan apa-apa, Key mengikuti Hyeo So hanya karena khawatir jika membiarkan yeoja itu pergi sendirian malam-malam begini.
“Ah~ dia berhenti!” seru Key tiba-tiba begitu melihat taksi yang Hyeo So tumpangi akhirnya berhenti jauh beberapa meter di depan. Key segera menepikan mobilnya dan mulai mengamati Hyeo So dari kejauhan.
Begitu turun dari taksi, yeoja itu terlihat berjalan kaki menyusuri trotoar jalan. Tanpa banyak berpikir lagi, Key ikut turun dari mobilnya dan kembali mengikuti Hyeo So dengan berjalan kaki di depan. Key tetap berusaha menjaga jarak, ia tak mau Hyeo So melihatnya. Pasalnya sampai saat ini, Hyeo So masih belum tau kalau ia sudah pulih dan sudah keluar dari rumah sakit. Awalnya Key ingin menjadikan itu sebuah kejutan, tapi karena kejadian waktu itu, ia jadi enggan untuk menunjukkan dirinya di depan yeoja itu.
Key terus berjalan dan berjalan membuntuti Hyeo So. Hingga secara tak sengaja mata Key menangkap prilaku-prilaku mencurigakan seorang namja yang ternyata juga sejak tadi terus mengikuti Hyeo So. Key yang jauh di belakang tentu saja bisa melihat dengan jelas namja mencurigakan tadi dan semua gerak-geriknya. Saat namja itu mulai mempercepat langkahnya untuk menggapai Hyeo So, Key juga mulaii mempercepat langkahnya. Key berniat untuk mencegah namja itu namun terlambat!
Namja tadi dengan cepat menarik tas tangan dan kalung berlian Hyeo So sebelum akhirnya berbalik dan berlari kencang ke arahnya. Hyeo So terlihat kaget dan berteriak minta tolong. Key panik, namja penjambret tadi berlari melewatinya. Key menoleh kea rah Hyeo So sejenak, ia tidak bisa mengejar namja itu. Key tidak kuat berlari. Ia juga tidak bisa meninggalkan Hyeo So seorang diri jika ia mengejar namja tadi.
Dengan gerak cepat Key berlari pelan menghampiri orang-orang yang melintas dan terlihat kesal karena di tubruk oleh penjambret tadi. Key memberi tahu orang-orang bahwa namja tadi adalah penjambret. Orang-orang terlihat kaget dan mulai berlarian mengejar namja itu.
Backsound SHINee, Life
Oh, when this passing life withers away, you come to me
The moment I touch your frozen heart, my life begins
Begitu memastikan namja tadi sudah ada yang mengatasi, Key kembali berlari kecil melihat Hyeo So. Tetap dengan menjaga jarak, Key bisa melihat Hyeo So terduduk lemas di trotoar dan menangis. Key melirik highils Hyeo So, haknya patah!
When you’re tired and having a hard time
Please let me stay by your side
So I can give back to you the love I had only received
Before this life ends
Key meringis sekilas. Ingin sekali ia menghampiri yeoja itu dan mengajaknya pulang, tapi tidak bisa. Ia masih belum siap untuk bertatap muka dengan Hyeo So. Ia takut hatinya akan menjadi semakin terluka dan ia akan berubah pikiran untuk merelakan yeoja itu pergi.
Hyeo So kembali bergerak. Yeoja itu berdiri dari duduknya sambil sesekali menyeka air mata dengan punggung tangannya. Hyeo So melepas kedua sepatunya dan menjijingnya lalu kembali berjalan lagi. Key kembali mengikuti yeoja itu jauh di belakang.
When I get on my knees and cry before the world
When I stop my tracks inside the storm
If you alone are standing
I can handle this much pain and suffering
(If only you) If only you
(Are with me) Are with me
Menit demi menit Hyeo So masih terus berjalan. Hingga tanpa di sadari tetes demi tetes air hujanpun akhirnya jatuh semakin deras. Key melihat Hyeo So panik dan berlarian ke halte bus untuk berteduh. Key celingak-celinguk, tak jauh dari tempatnya berdiri, di belakang ada sebuah supermarket yang menjualkan payung.
When I get on my knees and cry before the world
When I stop my tracks inside the storm
If you alone are standing
I can suppress whatever pain and tears
(All I want is you) All I want is you
(Only one is you) Only one is you in my life
Orang-orang mulai berlarian menuju supermarket itu untuk berebut payung. Key tidak tingga diam. Ia memaksakan dirinya untuk berlari cepat sebelum semua payung-payung itu ludes terjual. Key berdesak-desakkan dengan orang-orang, terus di sodok, di dorong dan terjepit, ia tak peduli, masih dengan nafas yang mulai melambat ia terus berusaha mendapatkan payung yang tersisa, hingga akhirnya dengan susah payah ia bisa mendapatkan satu buah payung. Hanya satu.
I won’t cry, I won’t cry again
Absolutely nothing can stop me
But only one person
You make me, you perfect me
Oh, you make me able to breath like this
Key menatap lurus kearah Hyeo So yang tampak basah di halte. Sebenarnya, Key tidak bisa terkena hujan, penyakitnya bisa lebih cepat kambuh saat dingin begini. Tapi ia tak peduli. Dengan setengah berlari Key menuju halte. Tetap dengan diam-diam dan sembunyi-sembunyi, Key meletakkan payung dan jaket yang di kenakkannya di kursi halte tak jauh dari tempat Hyeo So duduk.
Key berdehem keras sebelum akhirnya kembali bersembunyi di balik halte. Hyeo So yang mendengar deheman Key tadi mendongak. Hyeo So melihat payung dan jaket yang tergetak tak jauh darinya. Masih sambil menjinjing sepatu haknya, Hyeo So berjalan mendekat dan meraih payung dan jaket tadi.
“Uhuk..uhuk…” Key kambali batuk. Kali ini bukan tipuan, Key sudah merasa mengigil karena hujan dan pakaiannya yang tipis. Nafasnya perlahan-lahan kembali sesak, tapi ia tetap bertahan. Ia merasakan Hyoe So berjalan mendekatinya.
Key berbalik dan memunggungi yeoja itu untuk menutupi wajahnya, Ia menunduk dalam masih sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
“Ee—permisi. Apa ini milikmu?” tanya Hyeo So seraya menyodorkan payung dan jaket yang ia temukan tadi. “Kau kedinginan, lebih baik gunakan jaketmu!” kata Hyeo So lagi.
“Ehm! Ah~ E.. ani. Rumahku dekat dari sini nona, kau kelihatan mengigil. Jadi kau bisa pakai payung dan jaketku!” Key sedikit membesarkan suaranya agar Hyeo So tak bisa mengenalinya.
“Eh~? Ah.. kau tidak perlu melakukan itu! ini milikmu!” Hyeo So kembali menyodorkan jaket dan payung tadi.
“Sudahlah ambil saja! Oh, aku pergi sekarang!” Key berlari menjauh dan kembali bersembunyi di balik sebuah kotak pos besar.
Hyeo So tampak kaget. Lalu ia berteriak keras “Eh, Ah~ Baiklah! Aku akan menggunakannya! Gomawo!!” teriak Hyeo So keras agar masih bisa terdengar walaupun di tengah suara guyuran hujan.
Key mengintip, Hyeo So mulai menggunakan jaket tadi dan kembali berjalan menggunakan payungnya. Key sedikit merunduk saat Hyeo So berjalan melewatinya. Key kembali mengamati Hyeo So, begitu yakin jaraknya sudah aman, masih di bawah guyuran hujan, Key kambali mengikuti yeoja itu.
Mereka terus berjalan hingga akhirnya langkah Hyeo So berhenti di sebuah Restauran yang juga kafe terbuka di tikungan. Key masih terus mengamati gerak Hyeo So yang berjalan masuk ke dalam restaurant. Mulanya ia masih ingin terus menunggu di luar sana hingga Hyeo So kembali, tapi kepalanya terasa amat berat. Batuknya semakin parah dan nafasnya terasa menjadi semakin sesak. Key kembali sulit untuk bernafas, tatapan matanya memudar, kakinya melemah, tak mampu lagi menompang berat di tubuhnya hingga akhirnya Key jatuh terkapar di tanah.
 “Ah` namja itu pingsan!” celetuk orang-orang yang melintas.
“Cepat panggil ambulance!”
Sementara itu, di dalam restaurant.
Hyeo So celingak-celinguk mencari sosok Minho. Ia terus berkeliling mencari namja itu di setiap sudut restaurant. Tapi tidak ada. Tidak ketemu! Reastauran juga sudah sepi, tampaknya mereka sudah mau tutup.
“Nona, ada yang bisa saya bantu?” tegur salah satu pelayan di sana.
“Ah! itu…” kata-kata Hyeo So menggantung. Ia juga bingung harus mengatakkan apa.
Pelayan itu masih menunggu Hyeo So bicara hingga tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Oh! Apa nama nona Kang Hyeo So?” celetuknya yang berhasil membuat Hyeo So tersentak kaget.
“Be..benar. begaimana kau bisa tau? Oh apakah tadi Minho datang?” cecar Hyeo So tiba-tiba.
“Saya tidak tau pasti, tapi tadi ada sepasang kekasih datang ke sini, lalu saat mereka mau pulang, mereka bilang akan ada seorang yeoja yang bernama Kang Hyeo So akan datang. Mereka menitipkan surat ini untukmu nona!” jelas pelayan tadi seraya menyodorkan sepucuk surat padanya.
Dengan ragu Hyeo So menyambut surat tadi. Takut-takut ia membuka perlahan.
Dasar yeoja bodoh! Kau pikir aku mau kencan denganmu? Kalau bukan karena hyemi bilang baru akan mau berkencan denganku setelah mengerjaimu, aku tidak akan mau dekat-dekat dengan yeoja sepertimu!
Kencan saja denganku di dalam mimpi indahmu malam ini, bodoh!
-Choi Minho, dan kekasih barunya, Han Hyemi~
Lutut Hyeo So mendadak lemas. Ia jatuh terduduk di lantai.
“a..apa maksud semua ini? Jadi.. aku hanya di tipu? Aku.. aku hanya di kerjai?” tangis Hyeo So akhirnya.
***
Backsound Onew, Tha Name I loved
~Key P.O.V~
Both hands trembles as I remembered the cold love memories
Now it is getting weirder, I dont wish to reject you, but I just know that
Apanya yang salah?
Kenapa aku merasa hatiku begitu sakit?
No matter how close we are, I know that I cant love you anymore
I cant miss you; waiting for you makes me tired
I cant endure anymore and I cant realize this
The name I loved once in this life
Aku hanya mencintai seseorang, mencintai seorang yeoja yang begitu mengerti dan peduli padaku.
Has becoming further and further away from me
I am writing your name on a paper and forever kept it in my heart
From thatday I only realized that I will only loved you forever
Love that cant be together can also be known as Love
Aku ingin sembuh, hanya karena dia.
Aku ingin terus hidup lebih lama karena dia.
Aku hanya ingin bersamanya…
Sungguh…
Tapi itu dulu, sekarang, semuanya sudah berakhir.
I cant handle the love memories and feelings alone
I cant start this, I can only miss you secretly in my heart
My heart only left your body fragrance that I missed and always loved
Tak ada lagi alasan kenapa aku harus terus hidup.
Aku tidak bisa terus berharap Hyeo So akan mencintaiku.
Hyeo So, menyukai namja lain.
Bukan aku.
Ah benar, mana mungkin dia menyukai namja penyakitan sepertiku. Ini memalukan.
Aku yakin sekarang, dia pasti sangat bahagia bersama namja itu, Choi Minho?
The name I loved once in this life
Has becoming further and further away from me
I am writing your name on a paper and forever kept it in my heart
From that day I only realized that I will only loved you forever
Tapi, cinta itu tak harus memiliki kan?
Bisa bertemu dengamu, mengenalmu dan mendapatkan semua perhatianmu sudah lebih dari cukup untukku.
Love that cant be together can also be known as Love
Kept remembering the first time I saw you walking towards me
And stolen an edge of my heart without noticing
The name I loved once in this life (Loved once in this life)
Aku menyesal, aku menyesal tidak sempat mengakui perasaan ini padamu. Aku memang benar-benar pengecut.
Tapi.. Aku lelah, aku lelah dengan semua ini.
Aku ingin beristirahat.
Aku lelah.
~Key P.OV End~
***
“Dokter! Bagaimana kondisi Key? Apa yang terjadi padanya?!” desak eomma Key keras di sela tangisnya.
“Mianhae Mrs.Kim. Kondisi Key terlalu lemah. Ia tidak bisa melewati masa kritisnya. Tim kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan puteramu. Tapi takdir berkehendak lain… puteramu, sudah menghembuskan nafas terakhirnya beberapa menit yang lalu nyonya. Aku menyesal”
“M..mwo? Kau pasti bercanda! Kau bercanda kan?! Adwae! Adwae! Kau harus selamatkan puteraku! Kau harus selamatkan dia!”
***
Hyeo So merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Matanya bengkak karena sejak tadi terus menangis. Ia merasa benar-benar bodoh. Ia di bohongi. Ia di tipu! Harusnya sejak awal dia tau Minho hanya mempermainkannya! Ini benar-benar memalukkan!
Hyeo So kembali menangis. Berkali-kali ia mengusap air matanya dengan punggung tangannya. Sampai akhirnya ia tersadar akan jaket kedodoran yang sedari tadi di kenakkannya. Hyeo So beralih mengamati jaket ini. Entah firasat atau apa, tangannya mulai bergerak turun dan merogoh saku jaket dan benar saja, ia menemukkan sesuatu!
Pelan-pelan Hyeo So mengeluarkan benda tadi. Ternyata sebuah ponsel! Dengan ragu Hyeo So mencoba menyalakan ponsel tadi, bisa! Secara refleks Hyeo So mengamati wallpaper di ponsel itu, matanya terbelalak kaget begitu melihat sebuah foto seorang yeoja manis dengan senyuman lebar dan tangan yang membentuk huruf V tengah dan seorang namja tampan namun tampak begitu pucat dengan berbagai macam selang di kulit tangan dadanya, juga selang bantu pernafasan tengah tersenyum manis.
Hyeo So ingat. Ini adalah foto terakhir yang di ambil saat ia hendak pulang dari rumah sakit waktu itu. Key memaksanya untuk berfoto berdua. Dengan gemetar Hyeo So mulai mengotak-atik ponsel itu hingga lagi-lagi secara tak sengaja ia menemukan sebuah putaran video singkat Key.
Di Video itu Key tampak memegangi selang ventilator di hidungnya dengan wajah memelas. “Hyeo So-ah.. aku mau mati…” gumamnya pelan. Lalu sedetik kemudian, Ia bangkit dan duduk tegak lalu menyingkirkan selang ventilator tadi dan tertawa terbahak, “Kena kau! Ahahaha~ coba tebak, aku sudah sembuh sekarang! Terapiku ternyata tidak berakhir sia-sia. Hohoho~ Hhh… akhirnya sekarang aku terbebas dari mesin tua jelek itu! Sesuai janji aku akan menemui nanti siang begitu sampai di rumah! Ah~ andai saja aku punya nomer ponselmu, aku akan kirimi video ini untuk mengerjaimu, kekeke~ tapi, ah~ mungkin jadi kejutan lebih baik. Hehehe… Oke, sampai ketemu nanti chagi”
Key tampak diam sejenak, lalu ia menunduk dan berkata pelan, “Ee- Sa..sa.. saranghaeyo Hyeo So-ssi, Ah~ ahahaha… benar-benar memalukan!”
Bbiiipp…
Video itu berakhir.
Air mata Hyeo So kembali jatuh. Kali ini ia hanya diam terpaku di tempatnya. Otaknya kembali membawanya pada bayangan namja di halte tadi. Jadi ternyata itu Key? Key? Sungguh itu Key? Ia benar-benar sudah sembuh?
“Ke..Key.. jadi itu kau? Bodoh! Kenapa tidak menyapaku” gerutu Hyeo So sembari menyeringai kecil. “baiklah, aku akan mengunjugimu besok!”
Besok? Benar, datanglah di acara pemakamanku Hyeo So-ssi…’ ucap Key lirih, jauh di atas sana, yang bahkan hingga kini, tak bisa sedetikpun berhenti mengamatinya.

END