Title : ~You’re
my oxygen~
Author : Puthrie
Shairis As
Genre : Sad
Romance (?)
Length : Oneshoot
Main Cast : Saeng @Magnae Ttha almighty’Key a.k.a Kang
Hyeo So, Kim Kibum a.k.a Key SHINee
Other Cast : Choi
Minho a.k.a Minho SHINee, Han Hyemi (fiction)
Disclaimer :
This story and the plot is originally mine. So no plagiat and enjoy
it guys
Summary : Kau adalah udaraku,
oksigenku. Jadi, jika kau pergi terlalu jauh, maka aku akan mati, hyeo so-ah!
Taaappp..Taaappp..Taaappp..
Masih dengan langkah yang tertatih-tatih dengan sebuah tongkat di sisi
kiri tangannya yang membantu menompang tubuhnya, Hyeo So berjalan cepat
menyusuri setiap lorong koridor rumah sakit. Kepalanya terus celingak-celinguk
mencari kamar rawatnya.
Hyeo So adalah seorang gadis SMU biasa yang tidak begitu popular di sekolah.
Sudah 2 hari ini ia di rawat rumah sakit Internasional Seoul karena cidera kaki
yang di alaminya. Lagi-lagi, Hyeo So di bully di sekolah, dan kali ini
menciptakan sebuah retakkan kecil di tulang kering kaki kanannya akibat
tendangan keras teman-temannya.
Mungkin Hyeo So adalah seorang gadis yang polos. Selalu menerima
perlakuan buruk teman-temannya tanpa berniat untuk membalas dendam sedikitpun.
Tetapi ia merupakan tipical gadis periang dan bersemangat. Berdiam diri di
kamar rawatnya selama 2 hari bukanlah kesukaannya. Karena bosan, ia nekat
menyelinap keluar dari kamar rawatnya dan berniat untuk berkeliling-keliling sebentar.
Tapi begitu ia bermaksud untuk kembali, ia malah tersesat -.-
“Aisshh… kalau ibu sampai tidak menemukanku di kamar rawat, ia pasti akan
marah besar” celetuk Hyeo So frustasi. Ia masih terus berjalan dan berjalan,
melewati lorong demi lorong koridor rumah sakit. Hingga akhirnya matanya secara
tak sengaja melihat sosok ibunya melintas beberapa meter di depan.
Hyeo So panik. Ia tidak mau ibunya menemukkannya di sana. Hyeo So kembali
mengedarkan pandangannya cepat ke seluruh penjuru koridor rumah sakit.
Tatapannya berhenti begitu di lihatnya sebuah kamar rawat tak jauh dari
tempatnya berdiri. Tanpa banyak berpikir lagi, Hyeo So berjalan menggapai knop
pintu kamar rawat tadi dengan susah payah dan masuk ke dalam untuk bersembunyi.
“Aiisshh… bagaimana ini?” gerutu Hyeo So pelan. Takut-takut ia kembali
mengintip dari celah pintu yang sedikit terbuka, bisa di lihatnya ibunya
berjalan menjauh hingga menghilang di tikungan.
“Hhh…. Nyaris saja” Hyeo So menghela nafas lega. Ia menutup pintu rapat
dan berbalik sembari mengumbar senyum atas keberuntungannya hari ini. Tapi
senyuman itu tak bertahan lama begitu di lihatnya seorang namja seusianya tengah
terduduk lemas di tempat tidurnya dengan punggung yang menyandar ke kepala
tempat tidur. Ternyata namja itu sejak tadi terus memperhatikan Hyeo So yang seenak
jidatnya masuk ke kamar rawatnya.
Hyeo So mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Kamar itu
penuh dengan bau obat yang begitu tajam hingga menusuk indra penciumannya. Hyeo
So mengibas-ngibaskan tangannya di depan hidungnya untuk mengusir bau
obat-obattan tadi.
“kau menghindari seseorang?” tegur namja tadi dengan suara yang begitu
pelan dan terdegar serak. Hyeo So mengangguk kecil, tanpa malu-malu ia berjalan
mendekati tempat tidur namja tadi dan duduk di tepian tempat tidurnya.
Hyeo So kembali mengamati kamar rawat ini. Ruangannya cukup besar dan
luas, kelihatannya ini ruang VIP, buktinya semua fasilitas lengkap ada di dalam
sini. Dari Tv, kulkas dan kamar mandi, semuanya sudah tersedia dengan baik.
Berbeda dengan kamar rawatnya yang kecil dan pengap, di tambah lagi harus
berbagi tempat dengan 3 orang pasien yang lain.
Hyeo So kini beralih memandang namja tadi. Namja itu tampak amat pucat
dan lemah. Pipinya tirus dan tubuhnya terlihat kurus. Berbagai macam selang
yang entah untuk apa itu banyak menempel di kulit tangan dan dadanya. Hyeo So
kembali mengamati wajah namja itu. Bola matanya begitu indah, hidungnya bagus
dan bibirnya begitu kecil dan seksi walaupun terlihat berwarna pink pucat.
Namja ini tampan’ pikir Hyeo So.
“siapa yang kau hindari?” tanya namja itu lagi.
“ibuku. Aku akan di marahi begitu ia tahu aku menyelinap keluar” jawab
Hyeo So yang kini beralih mengamati selang bantu pernafasan namja itu yang
terhubung ke sebuah masin ventilator di dekat tempat tidur.
“Oh” hanya itu kata yang terdengar keluar dari bibir kecilnya.
Hyeo So kembali mengamati namja tadi dari ujung rambut hingga bagian
dadanya. Namja ini benar-benar kasihan. Apa penyakitnya begitu parah?’ tanya
Hyeo So dalam hati.
“Ngomong-ngomong, kamar rawatmu enak ya?! Luas dan hangat. Aku jadi iri”
celetuk Hyeo So tiba-tiba dan kembali memandang ke seluruh penjuru ruangan.
Namja itu tersenyum tipis, “kakimu terluka?” tanyanya tiba-tiba seraya
menunjuk kaki kanan Hyeo So yang di beri gips.
“Ya begitulah. Tapi ini hanya retakkan kecil, sebentar juga pasti sembuh”
Hyeo So menepuk-nepuk gips di kakinya untuk memberi tahu bahwa kakinya tidak lagi
terasa sakit dan akan segera pulih.
“Retakkan kecil? Kau terjatuh?”
Hyeo So menggeleng, “Ani. Ini karena Hyemi dan yang lain menendangi
kakiku karena aku tidak sengaja menginjak jepitannya. Katanya jepitan itu dari
prancis, aku tidak percaya. Dia pasti membual lagi” jawab Hyeo So jujur.
“Hanya karena jepitan?” ulang namja itu kaget. Hyeo So tersenyum
cengegesan dan mengangguk kecil. “Eh! Kau sendiri, apa yang terjadi padamu?”
tunjuk Hyeo So pada semua selang-selang di tubuh namja itu juga selang bantu
pernafasan yang tertancap di saluran pernafasannya.
“Eeh? Ini… kau pasti tidak akan mengerti walaupun aku jelaskan” ucap
namja itu yang terlihat sedikit kaget Hyeo So akan balik bertanya padanya.
“Aku pasti mengerti kok. kau pikir aku sebodoh itu? katakan padaku apa
penyakitmu? Apakah parah?” desak Hyeo So penasaran. Namja itu tampak diam
sejenak, lalu kemudian mengedikkan kedua bahunya.
“Entahlah. Yang aku tau, aku mengidap penyakit GBS, Guillain Barre
Syndrom. Aku dengar ini penyakit langka yang membuat tubuh menjadi lemah,
bahkan terlalu lemah untuk bernafas sendiri” tunjuk namja itu pada selang bantu
pernafasan di hidungnya.
“penyakit ini terjadi hanya satu atau dua kasus per 100 ribu di dunia
setiap tahunnya” lanjut namja itu lagi. Hyeo So mendengarkan dengan sangat
antusias sambil sesekali mangangguk-angguk kecil.
“Kau mengerti.. apa yang aku bicarakan?” tanya namja itu ragu. Mendengar
pertanyaan itu, Hyeo So malah nyengir kuda dan menjawab dengan pelan “tidak,
hehehe”
#Gubrak
Namja itu tampak inconect beberapa detik, lalu di detik selanjutnya ia
malah terbahak dan memukul-mukul pahanya sendiri gemas. “aku pikir kau tau.
Sejak tadi ku lihat kau terus mengangguk” ucap namja tadi di sela-sela tawanya.
Hyeo So kembali menyeringai kecil, “Hehehe… aku memang sering begitu”
balas Hyeo So malu. Tawa namja itu mulai mereda, ia kembali mengamati Hyeo So
penuh rasa penasaran. Ada sesuatu dari dalam diri Hyeo So yang membuatnya
tertarik. Entah apa itu, yang pasti, sudah lama sekali namja ini tidak
merasakan bagaimana rasanya tertawa seperti tadi. Biasanya, ia juga tidak
begitu senang di kunjungi orang asing, tapi kini, kunjungan Hyeo So yang tidak
sengaja justru malah membuatnya merasa benar-benar nyaman dan terhibur.
“Oh~ Kau bilang tadi kau kabur? Waeyo?” tanya namja itu lagi.
“eh~ itu, habisnya aku bosan. Selama dua hari aku hanya boleh duduk dan
tidur. Aku merasa benar-benar seperti di penjara” curhat Hyeo So sebal
mengingat perlakuan eommanya yang terlalu mengekangnya.
“2 hari? Aku saja yang sudah berada di kamar ini hampir selama 4 tahun sudah
berasa seperti di dalam peti mati!” celetuk namja itu lagi yang berhasil
membuat Hyeo So terbelalak kaget.
“Jinjja? 4 tahun?” pekik Hyeo So tak percaya.
Namja itu kembali mengangguk, “aku terpaksa putus sekolah untuk
pengobatan. Aku kan sudah bilang aku tidak bisa bernafas tanpa mesin jelek ini”
tunjuk namja itu lagi pada ventilator di samping tempat tidurnya.
Hyeo So sempat terkekeh geli melihat raut cemberut namja tampan ini. “Kau
pasti kesepian. Baiklah! Aku akan sering-sering mengunjungimu ke sini. Boleh?”
tanya Hyeo So bersemangat.
Namja itu kembali terlihat terkejut. “Be..benarkah? Kau mau datang lagi
untuk mengunjungiku?” tanyanya ragu. Hyeo So kembali mengangguk yakin dan
menepuk pundak namja itu lembut, “Aku, Kang Hyeo So, akan datang lagi besok.
Mungkin akan ada sedikit keributan karena aku harus menyelinap keluar lagi
besok, tapi tenang saja. Aku selalu tepati janjiku”
Namja itu mengangguk kecil dan melemparkan senyuman manisnya pada Hyeo So
senang. “Kim Kibum imnida. Tapi, kau bisa memanggilku Key” ucapnya
memperkenalkan diri.
***
“Ya’!! Kang Hyeo So!! Kau mau kabur lagi?!” teriak eomma Hyeo So kaget begitu
melihat puteri semata wayangnya itu berada di luar kamar rawatnya.
Pagi ini, lagi-lagi Hyeo So berniat untuk kabur. Na’asnya, saat ia baru
saja beberapa langkah meninggalkan kamar rawatnya, eommanya itu berhasil
memergokinya. Karena tidak mau tertangkap, dengan nekat Hyeo So berlari meski
tidak terlalu cepat dan masih tertatih-tatih sembari meyeret tongkat kakinya.
Eomma Hyeo So shock melihat tingkah puterinya yang semakin menggila.
tanpa ba-bi-bu lagi, eomma Hyeo So pun ikut berlari mengejar puterinya itu.
Maka pagi itu, rumah sakit di hebohkan dengan adegan kejar-kejaran Hyeo So dan
Ibunya. Bukannya takut, Hyeo So justru malah terbahak menikmati ‘permainan’
pagi ini. Sesekali di rasakannya nyeri di kaki kanannya, tapi ia tak peduli. Ia
masih saja terus berlari hingga ibunya kualahan dan menyerah.
Hyeo So melambatkan langkahnya. Ia menoleh, ibunya tidak ada. Sekilas ia
tersenyum kecil lalu mengedikkan bahu. Ia kembali berjalan menuju kamar rawat
Key.
Hyeo So baru akan membuka pintu saat di dengarnya suara berisik dan isak
tangis dari dalam ruangan. Gerak Hyeo So berhenti, ia menempelkan telinganya di
pintu dan mulai mempertajam pendengarannya.
“Sudah dok. Cukup! Dia sudah tidak kuat!” ucap seorang wanita paruh baya
di sela isak tangisnya.
“Haahh…Haahhh…ibu.. Engghh…sesak.. Haahh.. Haahh…” kini suara serak Key
yang terdengar. Hyeo So kaget, karena khawatir, pelan-pelan ia mulai membuka
pintu dan mengintip ke dalam.
Matanya terbelalak kaget begitu di lihatnya Key tampak kejang-kejang dan
sesak nafas. Hyeo So awalnya tidak mengerti apa yang terjadi, tapi saat itu
juga ia mulai menyadari selang bantu pernafasan Key di lepas sehingga namja itu
harus berusaha bernafas dengan tenanganya sendiri.
Hyeo So membekap mulutnya agar tak menimbulkan suara. Ia ingat, Key
bilang dia terlalu lemah untuk bernafas tanpa bantuan mesin. Semua orang pasti
tau akan hal ini. Lalu kenapa tak ada satupun orang di dalam ruangan itu yang mau
bergerak untuk membantu Key? Dokter dan suster terlihat hanya diam dan melihat
Key yang sudah hampir mati karena kesulitan bernafas.
“dok, sudah cukup! Kalian bisa terapi Key lagi besokkan? Pasang kembali
ventilatornya! Anakku bisa mati kalau di biarkan seperti ini lebih lama!” desak
wanita paruh baya yang sendari tadi terus menangis melihat kondisi Key.
Hyeo So mengigit bibir cemas. Ia tak bisa berbuat banyak. Ia baru
mengenal Key, mana mungkin tiba-tiba ia melenggang masuk dan ikut campur dengan
masalah ini. Seperti yang di katakan wanita itu tadi, yang mungkin adalah eomma
Key karena tadi dia bilang ‘anakku’, ini adalah terapi. Berarti, ini adalah
tindakkan dokter untuk membantu Key agar lekas sembuh.
“Baiklah. Suster, pasangkan lagi selang oxygennya” putus dokter akhirnya.
Mendengar itu, Hyeo So dan Eomma Key pun bisa menghela nafas lega. Suster
mulai bergerak dan memasang kembali selang bantu pernafasan di hidung Key dengan
hati-hati. Key yang tadinya tampak menggelinjang dan memberontak karena sulit
bernafas, kini sudah mulai tenang.
“Mrs.Kim, untuk lain kali kita harus melakukan terapi ini lebih rutin.
Kita harus melakukan pelepasan ventilator agar puteramu bisa berlatih bernafas
tanpa menggunakan mesin. Ini untuk kebaikkan puteramu sendiri. Jika setiap
terapi kau selalu memohon untuk menghentikan hal ini, akan semakin sulit untuk
puteramu agar terbiasa” jelas dokter tadi panjang lebar.
Eomma Key hanya mengangguk kecil dan menangis. Sementara itu, Hyeo So
yang mendengar itu tampak sangat prihatin. Sekarang ia mengerti kenapa dokter
membiarkan Key seperti tadi. Tapi tetap saja, Hyeo So tidak tega melihat Key
menderita dan merasa sangat tersiksa karena sulit bernafas seperti tadi.
Dokter, suster dan eomma Key mulai berjalan menuju pintu untuk keluar.
Hyeo So yang menyadari itu dengan cepat berjalan menjauh dan bersembunyi.
Begitu eomma Key, dokter dan suster tadi pergi, Hyeo So kembali berjalan
mendekati kamar rawat Key dan melenggang masuk.
Key yang menyadari ke hadiran Hyeo So hanya tersenyum kecil. Dadanya
masih naik turun karena kelelahan, ia terlihat berusaha mengatur nafasnya.
Keringat dingin juga mulai memenuhi kening dan wajahnya. Rasanya Hyeo So ingin
sekali menangis melihat kondisi Key sekarang. kondisinya terlihat semakin memburuk.
“Gwenchana?” tanya Hyeo So khawatir.
“Kau melihatnya ya? Apa aku terlihat sangat memprihatinkan?” canda Key
yang justru membuat Hyeo So semakin berkaca-kaca.
“kau pasti sangat menderita” gumam Hyeo So pelan. Key yang mendengar itu
malah menyeringai kecil dan mulai memejamkan matanya perlahan. “Aku lelah. Aku
akan tidur sebentar, tapi tetaplah di sini sampai aku terbangun nanti Hyeo
So-ssi. Aku tidak suka sendirian” gumam Key sebelum akhirnya benar-benar
tertidur.
Hyeo So akhirnya menangis. Air mata yang sedari tadi memupuk di sudut
matanya itu kini jatuh juga. Hyeo So tetap berusaha untuk tak bersuara. Ia
meraih sebuah sapu tangan di saku jaket yang menutupi pakaian pasiennya dan
mulai menghapus sisa keringat di kening Key lembut.
“aku tidak menyangka hidupmu sesulit ini Key. Kau jauh lebih kuat
daripada apa yang ku bayangkan” bisik Hyeo So pelan di sela tangisnya.
***
“Key, kau tidak mau di terapi lagi?” tanya Hyeo So bingung. Tadi, secara
tidak sengaja Hyeo So mendengar pembicaraan eomma Key dengan dokter yang
bertanggung jawab atas kesehatan Key. Katanya, Key menolak untuk di terapi lagi
hari ini.
Sudah hampir 4 hari belakangan ini Key tidak melakukan terapi. Key selalu
mengeluh sakit dan nyeri menahan sesak nafasnya tiap kali di terapi. Key juga
selalu mengatakan ia tidak suka terapi. Ia tidak mau melakukannya lagi.
“Aku tidak suka” jawab Key dan selalu saja dengan alasan yang sama.
Hyeo So mendesah, apa boleh buat. Dia juga tidak bisa memaksa Key untuk
melakukan terapi. “Kau khawatir padaku?” tanya Key tiba-tiba.
Hyeo So cemberut, “tentu saja! Setiap hari, kau itu selalu membuatku
khawatir!”
“Kenapa?” tanya Key lagi.
“Maksudnya?” Hyeo So balik bertanya.
“Kenapa kau khawatir padaku? Kita baru mengenal satu minggu yang lalu
kan?”
Key memandang Hyeo So dalam. Ada sesuatu jauh di dalam lubuk hatinya yang
ingin sekali mendengar alasan Hyeo So yang sesungguhnya. Selama beberapa tahun
terakhir ini ia selalu merasa sendirian. Ia merasa teman-temannya dulu bahkan
menjauhinya. Tidak ada yang peduli padanya kecuali orang tua dan kerabatnya.
Kini, tiba-tiba seorang yeoja yang bahkan baru mengenalnya sudah memperlakukan
dia dengan begitu baik.
“Teman” jawab Hyeo So mantap.
“Karna kita teman kan?” lanjut Hyeo So lagi sembari mengumbar senyum.
Key sedikit terlihat kecewa. Entah kenapa, bukan jawaban yang seperti ini
yang di harapkannya.Walaupun ia dan Hyeo So baru mengenal, tetapi Key sudah
merasa amat nyaman berada di dekat yeoja ini. Sekarang ini, baginya Hyeo So
sangatlah penting. Yeoja inilah yang memacu semangatnya untuk terus hidup
belakangan ini. Karena yeoja inilah akhirnya ia bisa tertawa lagi, dan karena
yeoja ini jugalah ia bisa merasakan, bagaimana perasaan bahagia dan gembira.
Key tersenyum kecut, “teman ya?” gumamnya pelan.
“Key, kau baik-baik saja?” tanya Hyeo So khawatir begitu melihat Key yang
tampak murung. Key menggeleng cepat, “ani. Aku baik-baik saja” jawabnya sembari
mengumbar senyum.
Apa yang aku harapkan? Bisa
mengenalnya saja sudah sangat beruntung. Aku tidak boleh berharap lebih jauh…’ Pikir Key.
***
“Key,
lihat ini. Kakiku sudah benar-benar sembuh!” pekik Hyeo So girang begitu
berlari masuk ke dalam ruang rawat Key. Kedatangan Hyeo So yang begitu
tiba-tiba mengejutkannya. Key sedikit tersentak kaget hingga menjatuhkan buku
yang sedari tadi di bacanya.
“Ouh,
hehehe. Maaf, aku mengejutkanmu ya?” ucap Hyeo So cengegesan sembari memungut
buku Key yang tadi terjatuh. Key mengikuti setiap gerakkan Hyeo So. Tatapannya
berhenti begitu di lihatnya tidak ada lagi gips yang membalut kaki kecil yeoja
itu. Mungkin Key seharusnya ikut gembira dengan sembuhnya kaki Hyeo So, tapi
entah kenapa ia justru merasa amat sedih dan tidak rela. Ia sudah terbiasa
bersama Hyeo So selama 2 minggu terakhir ini. Jika Hyeo So benar-benar sudah
sembuh, bukankah itu artinya ia sudah bisa meninggalkan rumah sakit?
“Eh--?
Beauty and the beast lagi?” seru Hyeo So begitu membaca judul buku yang sudah
beberapa hari ini terus Key baca berulang-ulang. Hyeo So menyodorkan buku yang
di pungutnya itu pada Key.
“Kenapa
kau selalu membaca buku itu? itu hanya dongeng anak-anak” tunjuk Hyeo So
bingung. Key hanya tersenyum tipis dan menatap judul buku itu menerawang.
“mungkin
karena aku merasa nasib The Beast dalam cerita ini sama denganku. Hanya saja
sedikit di ubah. Jika dalam cerita ini si buruk rupa yang jatuh cinta pada
seorang gadis cantik, maka.. di sini, si namja yang berpenyakitlah yang jatuh
cinta…” gumam Key pelan.
“Mwo?
Kau tadi bilang apa?” tanya Hyeo So yang tidak bisa mendengar jelas kata-kata
Key.
“Ah,
ani. Oh, ngomong-ngomong, kakimu. Selamat ya” Key kembali mengumbar senyum.
Hyeo So balas tersenyum manis, “Gomawo, oh iya. Aku akan pulang sore ini. Ah~
Mianhae Key, aku tidak bisa mengunjungimu lagi” ucap Hyeo So dengan nada
sedikit menyesal.
“Tidak
apa-apa. aku mengerti” Key masih mencoba untuk tersenyum.
“Hmm…
Key, aku harap kita bisa bertemu lagi, tapi… di luar rumah sakit!” seru Hyeo So
yang berhasil membuat Key tersentak kaget untuk yang kedua kalinya. “Di..luar..
rumah sakit?” ulang Key bingung.
Hyeo
So mengangguk mantap, “Ne. jadi, kau harus cepat sembuh, arraseo? Kau harus mau
mengikuti terapi lagi. Mungkin akan sakit sekarang, tapi semakin lama kau akan
terbiasa. Aku yakin kau pasti bisa bernafas dengan paru-parumu sendiri suatu
saat nanti. Dan aku akan menunggumu!”
Key
terdiam sejenak. “benarkah? Saat aku sudah sembuh nanti, kita akan bertemu
lagi? Walaupun butuh waktu lama, kau tidak akan melupakanku?” tanya Key ragu.
Hyeo
So memutar bola matanya gemas. “tentu saja! Aku akan menunggumu. Aku juga pasti
akan merindukanmu Key. Sekali lagi Mianhae, aku tidak bisa mengunjungimu lagi.
Rumahku sangat jauh dari sini. Aku mau saja berlama-lama di rumah sakit, tapi
ibuku bisa mengamuk karena tagihan biaya rumah sakit yang terus menumpuk,
hehehe…”
Key
tersenyum manis, “baiklah. Ee—aku akan mengirimu surat setiap hari!” seru Key.
“Ok!
Aku pasti akan membalas semua surat-suratmu” jawab Hyeo So semangat.
***
“Aaarrggghhh….Aarrgghhh…
Haah…Haahh…Haahh…” Key mengerang kesakitan begitu lagi-lagi ia kesulitan untuk
bernafas. Keringat dingin kembali mengalir lancar keluar dari setiap pori-pori
kulit wajahnya. Bibirnya terasa semakin kering dan pipinya menjadi semakin
tirus.
Beberapa
bulan terakhir sejak kepergian Hyeo So, Key menjadi semakin rajin melakukan
terapi. Meski terasa begitu berat untuknya, tapi ia tak mau menyerah. Ia ingin
sembuh. Ia ingin cepat pergi dari rumah sakit dan menemui Hyeo So. Ia begitu
merindukan sosok yeoja itu. Merindukan tawanya, tingkahnya juga perhatian yang
selalu di berikan yeoja itu padanya. Ia harus tetap berjuang!
“Dokter!
Ini sudah cukup! Pasang lagi ventilatornya!” pekik eomma Key tidak tahan
melihat Key yang terus menggelinjang hebat di tempat tidurnya dan meremas
seprai kuat-kuat hingga hampir tersobek.
“Aku
mengerti. Suster!” Dokter tadi memberi isyarat pada suster di belakangnya untuk
kembali memasangkan selang bantu pernafasan Key. Tapi, baru selangkah suster
itu bergerak, Key mencegahnya.
“Adwae!
Haahh… Haahh.. Haah…”
“Biarkan!..
Hahh.. aku ingin.. Eengghh…terapi lebih lama… Haahhh… aku ingin… lekas sembuh..
Aarrrggghhh…..” pekik Key keras di akhir kalimatnya sebelum akhirnya jatuh
pingsan dengan nafas yang tak beraturan dan denyut jantung yang semakin
melambat.
Eomma
Key menjerit keras melihat puteranya tak sadarkan diri. Dokter mulai bergerak
cepat melakukan tindakkan penyelamatan. Eomma Key menangis semakin keras.
belakangan ini Key menjadi sangat keras kepala. Namja ini terlalu memaksakan
dirinya untuk bernafas tanpa ventilator. Ia juga selalu mengatakan hal yang
sama, ‘aku ingin sembuh’.
***
Hyeo
So berjalan menuju kotak pos di depan rumahnya, di dalam sana, di temukannya
setumpuk surat dan mengambilnya. Sambil berjalan menuju pintu rumah, Hyeo So
melihat-lihat dan memeriksa kalau-kalau ada surat yang menarik. Ada 5 surat
tagihan, satu majalah langganan, satu surat tawaran asuransi jiwa dan…
Langkah
Hyeo So berhenti. Surat terakhir, surat ini dari Key. Hyeo So menjepit
surat-surat dan majalah tadi di bawah ketiak dengan tangan kirinya. Lalu tangan
yang lain bergerak membuka surat dari Key.
Annyeong Kang Hyeo So ^O^V
Hari ini, aku berhasil melakukan
terapi dengan baik lagi.
Benar apa yang kau katakan waktu
itu, sedikit demi sedikit aku mulai bisa terbiasa bernafas tanpa mesin
ventilator jelek itu. Ternyata udara sungguhan jauh lebih baik daripada oxygen dari
mesin. Hehehe…
Hyeo
So terkekeh geli. “dasar bodoh! Tentu saja oxygen dari alam jauh lebih baik!”
gerutunya gemas.
Walaupun sesekali aku masih
merasakan sesak dan sakit di dadaku, tapi aku ingin tetap melanjutkan terapi
agar bisa benar-benar pulih. Ingat janjimu kan? Saat aku sembuh dan bisa keluar
dari rumah sakit nanti, kau adalah orang pertama yang akan ku kunjungi. J
Ah~ Baiklah, sampai di sini dulu
ya. Ibu datang, ibu bilang aku harus istirahat untuk terapi lagi besok. Doakan
aku ya, bye chagi… Hehehe
Hyeo
So kembali melipat surat tadi sambil mengumbar senyum, “benar begitu Key. Kau
harus sembuh, aku akan selalu mendoakanmu dari sini” gumamnya.
***
Beberapa
bulan kemudian. . .
“Key,
kau mau kemana?” tanya eomma Key kaget seraya setengah berlari menghampiri Key
di teras depan rumah megahnya.
Langkah
Key berhenti, ia berbalik memandang eommanya itu dan mengumbar senyum. “Aku mau
pergi sebentar bu. Ada seseorang yang ingin aku temui”
“Aigo..
Key, kau tidak boleh pergi kemana-mana! Kau baru saja pulih. Kau baru saja
keluar dari rumah sakit beberapa jam yang lalu dan sekarang kau sudah mau pergi
sendiri? Bagaimana kalau tiba-tiba penyakitmu kambuh?!” gerutu eomma Key
frustasi.
“Tidak
apa-apa bu. Aku sudah sembuh. Lihat ini, aku benar-benar sehat!” Key mulai
menggerak-gerakkan tubuhnya ke sana kemari. Eommanya kembali mendesah. Ia
mengerti Key sudah berjuang keras agar bisa sembuh, namja ini sudah berusaha
mati-matian melawan semua rasa sakitnya setiap kali di terapi. Tapi tetap saja
ia khawatir, penyakit Key itu bisa kambuh kapan saja.
“Ibu…
aku pergi ya?” tanya Key lagi, membuyarkan semua lamunan ibunya itu.
“Hhh…
baiklah. Tapi ingat, kau tidak boleh berlari ataupun terlalu lelah. Saat kau
merasa ada yang tidak beres dengan kondisimu, segera hubungin ibu! Arraseo?”
tegas eomma Key akhirnya.
***
Key
memarkirkan mobilnya di depan sebuah jalan kecil menuju rumah Hyeo So. Kembali
di amatinya secarik kertas yang sejak tadi terus di bawanya dan menyesuaikan
alamat yang tertulis di sana dengan tempat yang kini ia kunjungi.
Key
keluar dari mobil sport nya dan mulai berjalan memasuki jalan kecil tadi sambil
sesekali mencocokkan nomer rumah-rumah yang di lewatinya. Langkahnya berhenti
begitu di temukannya rumah yang di maksud.
Key
menyeringai lebar. Akhirnya sekarang ia sampai di rumah Hyeo So. Rasanya sudah
tidak sabar lagi untuk bertemu dengan yeoja ini. Key kembali memandangi rumah
kecil Hyeo So. Sepi. Sepertinya tidak ada orang di rumah.
Key
melirik jam tangannya. benar, baru jam 10 pagi. Hyeo So pasti belum pulang dari
sekolah. Key mendesah, ia mulai berpikir. Ia sudah sampai di sana, dia tidak
mau pergi sebelum bertemu dengan Hyeo So! Rasa rindunya sudah tidak bisa di
bendung lagi.
“Baiklah,
aku akan tunggu di sini sampai dia pulang!” putus Key akhirnya.
Key
pun mulai menunggu dan menunggu. Ia menyandarkan pundaknya di pagar tembok
rumah Hyeo So. Detik demi detik, menit demi menit, hingga jam demi jam pun
berlalu.
Key
tidak peduli dengan udara musim dingin yang terus menusuk kulitnya. Ia tak
peduli kakinya yang terasa amat lelah juga kedua telapak tangannya yang sudah
hampir dingin membeku. Key melirik jam tangannya lagi, sudah jam hampir jam 5!
Key mendesah. Iapun mulai bergerak dan berjalan menuju sebuah lampu jalan tak
jauh dari rumah Hyeo So dan mulai duduk berjongkok di sana. Ia memeluk lututnya
erat untuk menghangatkan tubuhnya.
Brrmmm…Brrrmmm…Brrmmm…
Tiba-tiba
terdengar suara deru sebuah sepeda motor tak jauh darinya. Key mendongak, ia
terdiam di tempatnya begitu di lihatnya Hyeo So turun dari boncengan motor
seorang namja tampan yang kelihatannya merupakan teman sekolahnya.
Dari
tempatnya sekarang, bisa di pastikan Hyeo So tak bisa melihat Key. Key terus mengamati Hyeo So dan namja itu
lekat. Mereka berdua terlihat sangat dekat. Di tambah lagi ekspresi wajah Hyeo
So menggambarkan luapan perasaan yang amat senang.
Namja
itu terlihat mengatakkan sesuatu, Key tidak bisa mendengarnya. Tapi kalau di
lihat dari raut wajah Hyeo So, sepertinya itu sesuatu yang menyenangkan. Hyeo
So melepas kepergian namja tadi dengan beribu-ribu guratan kebahagian di
wajahnya dan melambai dengan semangat. Begitu namja itu menghilang di ujung
jalan, Key bisa melihat dengan jelas Hyeo So menjerit keras dan
berjingkrang-jingkrang kesenangan.
“KYaaa…
Dia mengajakku kencan! Seorang Choi Minho mengajakku kencan!!” teriakan Hyeo So
yang begitu keras terdengar jelas di telinga Key. Key mambatu. Ia masih duduk
berjongkok di tempatnya. Ia tak bisa bergerak. Rasanya tenanganya lenyap begitu
saja.
Hatinya
hancur. Matanya masih tak berkedip melihat kegirangan Hyeo So yang akan
berkencan dengan namja lain. Ini adalah hari dimana Key akan menemui Hyeo. Hari
yang begitu ia nanti-nantikan karena pada akhirnya ia bisa keluar dari rumah
sakit. Dan itu semua hanya demi satu orang. Kang Hyeo So.
Yeoja
yang selama ini adalah segala-galanya untuknya. Berharap saat ia bertemu lagi
dengan yeoja ini, ia bisa menjalani hidup dengan normal dan akan membuat yeoja
itu menyukainya. kini impian itu pupus sudah. Hyeo So, yeoja itu.. menyukai
namja lain.
***
Hari ini, Minho mengajakku kencan.
Hieeyyy…
Kau tau bagaimana gembiranya aku
saat mendengar itu Key?
Aku sangat menyukai namja ini.
Awalnya aku benar-benar tidak menyangka seorang CHOI MINHO, namja yang paling
popular di sekolah mau mendekatiku dan mengajakku kencan! Omo.. aku harap ini
bukan mimpi *memang bukan ya? KYaaa….
Ahahaha… maaf aku terlalu
bersemangat. Aku benar-benar tidak sabar dengan kencanku besok. Tapi ada yang
aneh, dia ingin kami bertemu di sebuah restaurant yang jauh. Ah~ tapi tidak
apa-apa, mungkin dia mau mengajakku dinner romantis, hehehe
Tapi bagaimana ini? Aku tidak punya
gaun yang bagus. Aigo… uangku tidak cukup…
Key
melipat surat dari Hyeo So tadi sebelum menyelesaikkan membacanya terlebih
dahulu. Hatinya terlalu sakit untuk melanjutkan membaca lebih jauh. Hyeo So
terlihat sangat gembira. Mungkin, Hyeo So memang akan jauh lebih bahagia bila
bersama namja itu. Choi Minho.
“Hhh…
baiklah. Aku akan membantu mu Hyeo So-ah. Aku akan pastikan kau tampil cantik
di depan namja itu. Anggap saja ini, ucapan terima kasih karena sudah
menyemangatiku untuk sembuh hingga sejauh ini..”gumam Key lirih.
***
Hyeo
So terheran-heran sendiri begitu mendapati beberapa orang ahli rias dan fashion
tiba-tiba datang ke rumahnya dan meng-make over penampilannya. Orang-orang ini
bilang, Hyeo So memenangkan sebuah undian salah satu produk susu dan
mendapatkan pelayanan salon dan butik secara gratis. Awalnya Hyeo So tidak
percaya, tapi pada akhirnya ia menyerah juga. Ia pikir dia benar-benar
beruntung, karena nanti malam ia akan pergi kencan!
“Sudah
selesai nona” tegur salah satu dari orang-orang tadi.
Hyeo
So mengangguk kecil dan beralih menatap pantulan dirinya di cermin. Matanya
terbelalak kaget begitu di lihatnya seorang yeoja cantik dan anggun berada di
sana. “be..benarkah itu aku? Yeoja yang di sana itu.. itu aku?” tanya Hyeo So
terbata.
Rambut
panjang yeoja itu sengaja di gerai dan di buat ikal. Ia menggunakan gaun biru
selutut dan sebuah kalung berlian yang begitu indah. Di saat Hyeo So masih
terbong-bengong dengan perubahan penampilannya, tanpa ia sadari sejak tadi ada
seorang namja yang sudah jauh terpesona lebih dulu.
Sepasang
mata namja itu tak pernah berhenti menatapnya dari celah jendela yang terbuka,
“lebih cantik daripada si beauty dalam cerita” gumamnya pelan sembari tersenyum
tipis.
***
Key
kembali melirik jam tangannya. Sudah hampir jam 9 malam dan Hyeo So masih belum
juga sampai di tempat ia dan Minho akan bertemu. Sejak tadi, Key terus
membuntuti Hyeo So yang pergi naik taksi dari rumahnya sejak pukul 7. Bukan
apa-apa, Key mengikuti Hyeo So hanya karena khawatir jika membiarkan yeoja itu
pergi sendirian malam-malam begini.
“Ah~
dia berhenti!” seru Key tiba-tiba begitu melihat taksi yang Hyeo So tumpangi
akhirnya berhenti jauh beberapa meter di depan. Key segera menepikan mobilnya
dan mulai mengamati Hyeo So dari kejauhan.
Begitu
turun dari taksi, yeoja itu terlihat berjalan kaki menyusuri trotoar jalan.
Tanpa banyak berpikir lagi, Key ikut turun dari mobilnya dan kembali mengikuti
Hyeo So dengan berjalan kaki di depan. Key tetap berusaha menjaga jarak, ia tak
mau Hyeo So melihatnya. Pasalnya sampai saat ini, Hyeo So masih belum tau kalau
ia sudah pulih dan sudah keluar dari rumah sakit. Awalnya Key ingin menjadikan
itu sebuah kejutan, tapi karena kejadian waktu itu, ia jadi enggan untuk
menunjukkan dirinya di depan yeoja itu.
Key
terus berjalan dan berjalan membuntuti Hyeo So. Hingga secara tak sengaja mata
Key menangkap prilaku-prilaku mencurigakan seorang namja yang ternyata juga
sejak tadi terus mengikuti Hyeo So. Key yang jauh di belakang tentu saja bisa
melihat dengan jelas namja mencurigakan tadi dan semua gerak-geriknya. Saat
namja itu mulai mempercepat langkahnya untuk menggapai Hyeo So, Key juga mulaii
mempercepat langkahnya. Key berniat untuk mencegah namja itu namun terlambat!
Namja
tadi dengan cepat menarik tas tangan dan kalung berlian Hyeo So sebelum
akhirnya berbalik dan berlari kencang ke arahnya. Hyeo So terlihat kaget dan
berteriak minta tolong. Key panik, namja penjambret tadi berlari melewatinya.
Key menoleh kea rah Hyeo So sejenak, ia tidak bisa mengejar namja itu. Key
tidak kuat berlari. Ia juga tidak bisa meninggalkan Hyeo So seorang diri jika
ia mengejar namja tadi.
Dengan
gerak cepat Key berlari pelan menghampiri orang-orang yang melintas dan
terlihat kesal karena di tubruk oleh penjambret tadi. Key memberi tahu
orang-orang bahwa namja tadi adalah penjambret. Orang-orang terlihat kaget dan
mulai berlarian mengejar namja itu.
Backsound SHINee, Life
Oh,
when this passing life withers away, you come to me
The
moment I touch your frozen heart, my life begins
Begitu
memastikan namja tadi sudah ada yang mengatasi, Key kembali berlari kecil
melihat Hyeo So. Tetap dengan menjaga jarak, Key bisa melihat Hyeo So terduduk
lemas di trotoar dan menangis. Key melirik highils Hyeo So, haknya patah!
When
you’re tired and having a hard time
Please
let me stay by your side
So
I can give back to you the love I had only received
Before
this life ends
Key
meringis sekilas. Ingin sekali ia menghampiri yeoja itu dan mengajaknya pulang,
tapi tidak bisa. Ia masih belum siap untuk bertatap muka dengan Hyeo So. Ia
takut hatinya akan menjadi semakin terluka dan ia akan berubah pikiran untuk
merelakan yeoja itu pergi.
Hyeo
So kembali bergerak. Yeoja itu berdiri dari duduknya sambil sesekali menyeka
air mata dengan punggung tangannya. Hyeo So melepas kedua sepatunya dan
menjijingnya lalu kembali berjalan lagi. Key kembali mengikuti yeoja itu jauh
di belakang.
When
I get on my knees and cry before the world
When
I stop my tracks inside the storm
If
you alone are standing
I
can handle this much pain and suffering
(If
only you) If only you
(Are
with me) Are with me
Menit
demi menit Hyeo So masih terus berjalan. Hingga tanpa di sadari tetes demi
tetes air hujanpun akhirnya jatuh semakin deras. Key melihat Hyeo So panik dan
berlarian ke halte bus untuk berteduh. Key celingak-celinguk, tak jauh dari
tempatnya berdiri, di belakang ada sebuah supermarket yang menjualkan payung.
When
I get on my knees and cry before the world
When
I stop my tracks inside the storm
If
you alone are standing
I
can suppress whatever pain and tears
(All
I want is you) All I want is you
(Only
one is you) Only one is you in my life
Orang-orang
mulai berlarian menuju supermarket itu untuk berebut payung. Key tidak tingga
diam. Ia memaksakan dirinya untuk berlari cepat sebelum semua payung-payung itu
ludes terjual. Key berdesak-desakkan dengan orang-orang, terus di sodok, di
dorong dan terjepit, ia tak peduli, masih dengan nafas yang mulai melambat ia
terus berusaha mendapatkan payung yang tersisa, hingga akhirnya dengan susah
payah ia bisa mendapatkan satu buah payung. Hanya satu.
I
won’t cry, I won’t cry again
Absolutely
nothing can stop me
But
only one person
You
make me, you perfect me
Oh,
you make me able to breath like this
Key
menatap lurus kearah Hyeo So yang tampak basah di halte. Sebenarnya, Key tidak
bisa terkena hujan, penyakitnya bisa lebih cepat kambuh saat dingin begini.
Tapi ia tak peduli. Dengan setengah berlari Key menuju halte. Tetap dengan
diam-diam dan sembunyi-sembunyi, Key meletakkan payung dan jaket yang di
kenakkannya di kursi halte tak jauh dari tempat Hyeo So duduk.
Key
berdehem keras sebelum akhirnya kembali bersembunyi di balik halte. Hyeo So
yang mendengar deheman Key tadi mendongak. Hyeo So melihat payung dan jaket
yang tergetak tak jauh darinya. Masih sambil menjinjing sepatu haknya, Hyeo So
berjalan mendekat dan meraih payung dan jaket tadi.
“Uhuk..uhuk…”
Key kambali batuk. Kali ini bukan tipuan, Key sudah merasa mengigil karena
hujan dan pakaiannya yang tipis. Nafasnya perlahan-lahan kembali sesak, tapi ia
tetap bertahan. Ia merasakan Hyoe So berjalan mendekatinya.
Key
berbalik dan memunggungi yeoja itu untuk menutupi wajahnya, Ia menunduk dalam
masih sambil sesekali terbatuk-batuk kecil.
“Ee—permisi.
Apa ini milikmu?” tanya Hyeo So seraya menyodorkan payung dan jaket yang ia
temukan tadi. “Kau kedinginan, lebih baik gunakan jaketmu!” kata Hyeo So lagi.
“Ehm!
Ah~ E.. ani. Rumahku dekat dari sini nona, kau kelihatan mengigil. Jadi kau
bisa pakai payung dan jaketku!” Key sedikit membesarkan suaranya agar Hyeo So
tak bisa mengenalinya.
“Eh~?
Ah.. kau tidak perlu melakukan itu! ini milikmu!” Hyeo So kembali menyodorkan
jaket dan payung tadi.
“Sudahlah
ambil saja! Oh, aku pergi sekarang!” Key berlari menjauh dan kembali
bersembunyi di balik sebuah kotak pos besar.
Hyeo
So tampak kaget. Lalu ia berteriak keras “Eh, Ah~ Baiklah! Aku akan
menggunakannya! Gomawo!!” teriak Hyeo So keras agar masih bisa terdengar
walaupun di tengah suara guyuran hujan.
Key
mengintip, Hyeo So mulai menggunakan jaket tadi dan kembali berjalan
menggunakan payungnya. Key sedikit merunduk saat Hyeo So berjalan melewatinya.
Key kembali mengamati Hyeo So, begitu yakin jaraknya sudah aman, masih di bawah
guyuran hujan, Key kambali mengikuti yeoja itu.
Mereka
terus berjalan hingga akhirnya langkah Hyeo So berhenti di sebuah Restauran
yang juga kafe terbuka di tikungan. Key masih terus mengamati gerak Hyeo So
yang berjalan masuk ke dalam restaurant. Mulanya ia masih ingin terus menunggu
di luar sana hingga Hyeo So kembali, tapi kepalanya terasa amat berat. Batuknya
semakin parah dan nafasnya terasa menjadi semakin sesak. Key kembali sulit
untuk bernafas, tatapan matanya memudar, kakinya melemah, tak mampu lagi
menompang berat di tubuhnya hingga akhirnya Key jatuh terkapar di tanah.
“Ah` namja itu pingsan!” celetuk orang-orang
yang melintas.
“Cepat
panggil ambulance!”
Sementara
itu, di dalam restaurant.
Hyeo
So celingak-celinguk mencari sosok Minho. Ia terus berkeliling mencari namja
itu di setiap sudut restaurant. Tapi tidak ada. Tidak ketemu! Reastauran juga
sudah sepi, tampaknya mereka sudah mau tutup.
“Nona,
ada yang bisa saya bantu?” tegur salah satu pelayan di sana.
“Ah!
itu…” kata-kata Hyeo So menggantung. Ia juga bingung harus mengatakkan apa.
Pelayan
itu masih menunggu Hyeo So bicara hingga tiba-tiba ia teringat sesuatu. “Oh!
Apa nama nona Kang Hyeo So?” celetuknya yang berhasil membuat Hyeo So tersentak
kaget.
“Be..benar.
begaimana kau bisa tau? Oh apakah tadi Minho datang?” cecar Hyeo So tiba-tiba.
“Saya
tidak tau pasti, tapi tadi ada sepasang kekasih datang ke sini, lalu saat
mereka mau pulang, mereka bilang akan ada seorang yeoja yang bernama Kang Hyeo
So akan datang. Mereka menitipkan surat ini untukmu nona!” jelas pelayan tadi
seraya menyodorkan sepucuk surat padanya.
Dengan
ragu Hyeo So menyambut surat tadi. Takut-takut ia membuka perlahan.
Dasar yeoja bodoh! Kau pikir aku
mau kencan denganmu? Kalau bukan karena hyemi bilang baru akan mau berkencan
denganku setelah mengerjaimu, aku tidak akan mau dekat-dekat dengan yeoja
sepertimu!
Kencan saja denganku di dalam mimpi
indahmu malam ini, bodoh!
-Choi Minho, dan kekasih barunya,
Han Hyemi~
Lutut
Hyeo So mendadak lemas. Ia jatuh terduduk di lantai.
“a..apa
maksud semua ini? Jadi.. aku hanya di tipu? Aku.. aku hanya di kerjai?” tangis
Hyeo So akhirnya.
***
Backsound Onew, Tha Name I loved
~Key
P.O.V~
Both
hands trembles as I remembered the cold love memories
Now
it is getting weirder, I dont wish to reject you, but I just know that
Apanya
yang salah?
Kenapa
aku merasa hatiku begitu sakit?
No
matter how close we are, I know that I cant love you anymore
I
cant miss you; waiting for you makes me tired
I
cant endure anymore and I cant realize this
The
name I loved once in this life
Aku
hanya mencintai seseorang, mencintai seorang yeoja yang begitu mengerti dan
peduli padaku.
Has
becoming further and further away from me
I
am writing your name on a paper and forever kept it in my heart
From
thatday I only realized that I will only loved you forever
Love
that cant be together can also be known as Love
Aku
ingin sembuh, hanya karena dia.
Aku
ingin terus hidup lebih lama karena dia.
Aku
hanya ingin bersamanya…
Sungguh…
Tapi
itu dulu, sekarang, semuanya sudah berakhir.
I
cant handle the love memories and feelings alone
I
cant start this, I can only miss you secretly in my heart
My
heart only left your body fragrance that I missed and always loved
Tak
ada lagi alasan kenapa aku harus terus hidup.
Aku
tidak bisa terus berharap Hyeo So akan mencintaiku.
Hyeo
So, menyukai namja lain.
Bukan
aku.
Ah
benar, mana mungkin dia menyukai namja penyakitan sepertiku. Ini memalukan.
Aku
yakin sekarang, dia pasti sangat bahagia bersama namja itu, Choi Minho?
The
name I loved once in this life
Has
becoming further and further away from me
I
am writing your name on a paper and forever kept it in my heart
From
that day I only realized that I will only loved you forever
Tapi,
cinta itu tak harus memiliki kan?
Bisa
bertemu dengamu, mengenalmu dan mendapatkan semua perhatianmu sudah lebih dari
cukup untukku.
Love
that cant be together can also be known as Love
Kept
remembering the first time I saw you walking towards me
And
stolen an edge of my heart without noticing
The
name I loved once in this life (Loved once in this life)
Aku
menyesal, aku menyesal tidak sempat mengakui perasaan ini padamu. Aku memang
benar-benar pengecut.
Tapi..
Aku lelah, aku lelah dengan semua ini.
Aku
ingin beristirahat.
Aku
lelah.
~Key
P.OV End~
***
“Dokter!
Bagaimana kondisi Key? Apa yang terjadi padanya?!” desak eomma Key keras di
sela tangisnya.
“Mianhae
Mrs.Kim. Kondisi Key terlalu lemah. Ia tidak bisa melewati masa kritisnya. Tim
kami sudah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelamatkan puteramu. Tapi
takdir berkehendak lain… puteramu, sudah menghembuskan nafas terakhirnya
beberapa menit yang lalu nyonya. Aku menyesal”
“M..mwo?
Kau pasti bercanda! Kau bercanda kan?! Adwae! Adwae! Kau harus selamatkan
puteraku! Kau harus selamatkan dia!”
***
Hyeo
So merebahkan tubuhnya di tempat tidurnya. Matanya bengkak karena sejak tadi
terus menangis. Ia merasa benar-benar bodoh. Ia di bohongi. Ia di tipu!
Harusnya sejak awal dia tau Minho hanya mempermainkannya! Ini benar-benar
memalukkan!
Hyeo
So kembali menangis. Berkali-kali ia mengusap air matanya dengan punggung
tangannya. Sampai akhirnya ia tersadar akan jaket kedodoran yang sedari tadi di
kenakkannya. Hyeo So beralih mengamati jaket ini. Entah firasat atau apa,
tangannya mulai bergerak turun dan merogoh saku jaket dan benar saja, ia
menemukkan sesuatu!
Pelan-pelan
Hyeo So mengeluarkan benda tadi. Ternyata sebuah ponsel! Dengan ragu Hyeo So
mencoba menyalakan ponsel tadi, bisa! Secara refleks Hyeo So mengamati
wallpaper di ponsel itu, matanya terbelalak kaget begitu melihat sebuah foto
seorang yeoja manis dengan senyuman lebar dan tangan yang membentuk huruf V
tengah dan seorang namja tampan namun tampak begitu pucat dengan berbagai macam
selang di kulit tangan dadanya, juga selang bantu pernafasan tengah tersenyum
manis.
Hyeo
So ingat. Ini adalah foto terakhir yang di ambil saat ia hendak pulang dari
rumah sakit waktu itu. Key memaksanya untuk berfoto berdua. Dengan gemetar Hyeo
So mulai mengotak-atik ponsel itu hingga lagi-lagi secara tak sengaja ia
menemukan sebuah putaran video singkat Key.
Di
Video itu Key tampak memegangi selang ventilator di hidungnya dengan wajah
memelas. “Hyeo So-ah.. aku mau mati…” gumamnya pelan. Lalu sedetik kemudian, Ia
bangkit dan duduk tegak lalu menyingkirkan selang ventilator tadi dan tertawa
terbahak, “Kena kau! Ahahaha~ coba tebak, aku sudah sembuh sekarang! Terapiku
ternyata tidak berakhir sia-sia. Hohoho~ Hhh… akhirnya sekarang aku terbebas
dari mesin tua jelek itu! Sesuai janji aku akan menemui nanti siang begitu
sampai di rumah! Ah~ andai saja aku punya nomer ponselmu, aku akan kirimi video
ini untuk mengerjaimu, kekeke~ tapi, ah~ mungkin jadi kejutan lebih baik.
Hehehe… Oke, sampai ketemu nanti chagi”
Key
tampak diam sejenak, lalu ia menunduk dan berkata pelan, “Ee- Sa..sa..
saranghaeyo Hyeo So-ssi, Ah~ ahahaha… benar-benar memalukan!”
Bbiiipp…
Video
itu berakhir.
Air
mata Hyeo So kembali jatuh. Kali ini ia hanya diam terpaku di tempatnya.
Otaknya kembali membawanya pada bayangan namja di halte tadi. Jadi ternyata itu
Key? Key? Sungguh itu Key? Ia benar-benar sudah sembuh?
“Ke..Key..
jadi itu kau? Bodoh! Kenapa tidak menyapaku” gerutu Hyeo So sembari menyeringai
kecil. “baiklah, aku akan mengunjugimu besok!”
Besok? Benar, datanglah di acara
pemakamanku Hyeo So-ssi…’ ucap Key lirih, jauh di atas sana,
yang bahkan hingga kini, tak bisa sedetikpun berhenti mengamatinya.
END