Minggu, 18 Desember 2011

[FF] STEP - Part 3

HuaaAnnyeong readers :D
Hari minggu *lirik kalender*
Sesuai jadwal, yah walaupun agak malam, hehehe...
Aku posting next partnya, Whehehe....

Nggak udah banyak cing cong deh ya, langsung aja ---->




Title : STEP
Author : Puthrie Shairis As
Genre : Romance, Friendship
Lenght : Chaptered
Main cast :  SHINee, Choi Eun Ji, Shin Soo Hyo, Yoo Shin Yeong, Goo Hye Sun, Nam Sang-mi
Support Cast : Park Hyung Seok, Kang Eun Bi
Disclaimer : This story and the plot ia originally mine. This story is a FICTION , just my IMAGINARY and the cast is NOT REAL. No bashing, No plagiant and just enjoy it guys ^^V

Part 3

“Jadi kau orangnya? Yang selama ini membuntuti kami dan menyebar luaskan foto-foto itu?” terdengar suara berat Jonghyun.
Tenggorokkan Soo Hyo tercekat. Dalam hati ia terus saja meruntukki dirinya sendiri. Ia benar-benar ceroboh. Bagaimana ini? Jonghyun memergokinya dan yang lebih parah lagi, Jonghyun benar-benar berpikir bahwa dialah yang menyebarkan foto-foto itu! Baru saja Soo Hyo bergerak, bermaksud untuk berbalik menatap Jonghyun, tiba-tiba...
Cepret..cepret...
Kilatan cahaya dari kamera foto mulai bermunculan dari banyak sudut. Soo Hyo shock setengah mati, sementara Jonghyun, yang sepertinya sudah mempunyai banyak pengalaman dengan paparazi dengan gerak cepat dan refleks menarik Soo Hyo menghadap dada bidangnya dan menunduk. Hal pertama yang harus di lakukan adalah, jangan sampai orang-orang itu mendapatkan foto wajah Soo Hyo.
Jantung Soo Hyo berdegup sangat cepat. Omo. Ia belum pernah mengalami pengalaman segila ini di tengah-tengah paparazi. Tapi bukan itu masalahnya, sekarang Jonghyun berada begitu dekat dengannya. Lengan Jonghyun menahan punggungnya agar tetap bersembunyi, hidungnya kini berhadapan tepat dengan pundak Jonghyun saat ia menunduk. Mereka begitu dekat, bahkan Soo Hyo bisa mencium wangi parfum namja itu.
“Sial!” umpat Jonghyun kesal.
Tidak ada waktu lagi, Jonghyun bergerak cepat. Dalam hitungan detik ia sudah melepaskan mantel hitamnya lalu menyibaknya dan menutupi kepala Soo Hyo dengan mantel tadi. Jonghyun menggenggam jemari-jemari tangan Soo Hyo erat lalu menariknya agar berlari.
Soo Hyo bingung. Saat ia ingin mengangkat wajahnya, tiba-tiba tangan Jonghyun menahannya. Sekilas Soo Hyo melirik Jonghyun, namja itu tampak serius. Soo Hyo hanya bisa menurut saat Jonghyun memintanya untuk berlari lebih cepat untuk menghindari kejaran paparazi-paparazi itu.
Di sisi lain, seorang wanita yang juga berada di sana kini balik menjadi incaran paparazi tadi. Yeoja itu terlihat kaget dan ketakutan, ia ingin berlari, tetapi matanya terus saja menatap punggung Jonghyun dan Soo Hyo yang berlari menjauh. Manik matanya berhasil menangkap basah jemari-jemari tangan mereka yang saling bergandengan. Mata yeoja itu memanas, ia sudah hampir menangis karena kesal. Tapi tidak ada waktu, yeoja itu dengan cepat berbalik dan berlari menuju sebuah mobil marsedes hitamnya yang terparkir tak begitu jauh.
“Kim Jonghyun! Kau meninggalkanku?!” umpatnya.
***
“Hosh..hosh..hosh....” nafas Soo Hyo benar-benar menjadi tak beraturan. Ia sudah tak sanggup lagi untuk berlari lebih jauh. Kakinya terasa sangat letih. Ia membungkuk, menahan kedua tangannya pada lututnya agar bisa tetap berdiri. Keringat sudah mengalir deras dari setiap pori-pori kulit wajahnya.
“Gwenchana?” tanya Jonghyun tiba-tiba.
Soo Hyo mengangkat kepalanya melihat Jonghyun. Namja itu sama kualahannya sepertinya. Dada bidangnya naik turun tak beraturan, ia tampak berkeringat tapi tetap berusaha terlihat tenang.
Soo Hyo tak sanggup lagi untuk bicara. Ia hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya. “Oh. Mianhae. Sepertinya aku salah tentangmu. Aku pikir..kau..orang-orang itu...” ucap Jonghyun ngos-ngosan.
“Ani. Tidak apa-apa...” jawab Soo Hyo seraya menegakkan tubuhnya lalu mengambil alih mantel hangat Jonghyun di kepalanya. “Ini milikmu..” Soo Hyo menyerahkan mantel tadi pada Jonghyun.
Bukannya mengambil mantel itu, Jonghyun justru terlihat sibuk memandang berkeliling. Geraknya terhenti saat matanya secara tak snegaja menemukan semua minimarket kecil di sudut jalan. Ia memberi tanda pada Soo Hyo agar mampir ke sana. Berlarian tadi benar-benar membuat tenggorokkannya kering.
Soo Hyo kembali menurut. Ia mengekor di belakang Jonghyun saat namja itu membeli minuman kaleng di minimarket tadi lalu kembali keluar dan menyusulnya yang duduk meringkuk di trotoar jalan menahan angin dingin malam itu.
“Ini.. minumlah” Jonghyun menyodorkan sekaleng kopi hangat padanya.
Soo Hyo menyambutnya dengan senang hati. Sementara Jonghyun terlihat ikut duduk berjongkok tepat di sampingnya. Soo Hyo melirik namja itu lagi, ia hanya menggunakan kaos oblong berwarna hitam. Di cuaca sedingin ini, namja ini pasti bisa mati kedinginan bila terus berpakaian seperti itu.
“Ini.. mantelmu. Pakailah, kau pasti kedinginan” Soo Hyo kembali menyodorkan mantel Jonghyun tadi. Jonghyun terlihat ragu, tapi akhirnya namja itu menyambutnya dan tersenyum manis sebagai ungkapan terima kasih.
Soo Hyo yang melihat itu dengan cepat membuang muka, wajahnya memanas. Senyuman Jonghyun tadi benar-benar terlihat sangat manis.... Bisa ia rasakan wajahnya merona.
Sraakk..
“Eh?!” Soo Hyo menoleh.
Jonghyun menyibak mantel hangatnya tadi lalu menyelimutkannya di punggung Soo Hyo. Soo Hyo mengerjap-ngerjapkan matanya berkali-kali, ia memandang Jonghyun bingung.
“Aku tidak apa-apa. Kau wanita, biasanya kalian lebih sensitif dengan dingin” jelasnya lalu kembali melemparkan pandangannya pada jalan raya yang terlihat semakin sepi dan menyeruput kopinya.
Soo Hyo tatp tak bergeming. Ia terus saja memandangi Jonghyun yang tampak sedikit sendu. Kelihatannya namja itu memikirkan sesuatu. Bisa Soo Hyo lihat tatapan mata Jonghyun berubah keruh, entah apa yang namja itu pikirkan saat ini. Tapi Soo Hyo merasa itu pasti ada kaitannya dengan yeoja yang tadi bersamanya.
“Oh benar! Yeoja itu, bagimana dengannya?” seru Soo Hyo saat teringat yeoja tadi.
Jonghyun melirik Soo Hyo sekilas, ia tersenyum tipis lalu kembali melemparkan pandangannya ke penjuru jalan. “Dia pasti sangat kesal sekarang” jawab jonghyun pelan, bahkan terdengar seperti bicara pada dirinya sendiri.
Soo Hyo bisa merasakan suasana hati Jonghyun yang tampak buruk saat ia menyinggung tentang yeoja itu. Ia terlihat sangat menyesal. Jonghyun yang menyadari ketidak nyamanan Soo Hyo mendadak menoleh, ia menyeringai lebar melihat raut wajah penuh rasa bersalah yeoja cantik itu.
“A..apa yang kau lihat? Apa yang kau tertawakan?” tanya Soo Hyo panik sata mengetahui Jonghyun kini tengah memperhatikannya.
“Wajahmu. Coba kau lihat bagaimana ekspresimu itu. Benar-benar lucu..” jawab Jonghyun menahan tawa.
“Mmwo??” seru Soo Hyo kaget.
“Hehehe.. Oh kau, apa yang kau lakukan malam-malam begini sendirian? Kau kabur dari rumah?” tanya Jonghyun tiba-tiba.
“Hah? Ka..bur?” ulang Soo Hyo bingung. Ia masih tak mengerti, ia tampak berpikir. Lalu sedetik kemudian tiba-tiba ia berdiri. “Omo! Ah gawat! Sudah nyaris jam 12! Oh.. Ottokhae? Ottokhae?” serunya panik.
Jonghyun masih duduk berjongkok di tempatnya saat tiba-tiba Soo Hyo menyodorkan mantelnya, “Aku harus kembali. Oh.. aku harus cepat. Mianhamnida atas ketidaknyamanan tadi dan Ghamsahamnida untuk kopinya. Aku pergi. Annyeong!” pamit Soo Hyo pergi dan berlari menjauh meninggalkan Jonghyun begitu saja.
Jonghyun tak sempat berkata satu patah katapun, yeoja itu sudah berlalu pergi. Sepeninggal Soo Hyo, raut wajah Jonghyun berubah sendu. Senyum tadi hanya kebohongan. Jauh di dalam lubuk hatinya ia benar-benar merasa gelisah. Banyak sekali masalah yang harus ia hadapi akhir-akhir ini.
“Sekyung-ah...” gumamnya pelan sebelum akhirnya menenggelamkan wajahnya di antara kedua tekuk lututnya. Menyimpan sendiri semua masalahnya di tengah kesunyian Seoul malam itu.
***
“Ya’ Eun Bi-ssi, kau sudah dengar? Katanya Jonghyun oppa dan Sekyung unnie putus pagi ini!” bisik Jinna , salah satu trainee wanita junior di sana serius.
“Mwoya?! Jonghyun putus? Waeyo? Apa terjadi sesuatu?” seru Eun Bi kaget.
Soo Hyo yang mendengar itu mendadak bungkam. Tiba-tiba saja ingatannya membawanya pada kenangan tadi malam. Yeoja itu... Ah benar! Jangan-jangan yeoja yang bersama Jonghyun oppa semalam... Shin Sekyung unnie! Omo... lalu, mereka putus...’ Soo Hyo mengigit bibir.
Apa karena semalam? Aigo~ Dasar Soo Hyo Pabo! Pabo!’ lanjutnya meruntukki dirinya sendiri. Soo Hyo memukul-mukul kepalanya sendiri kesal, Eun Bi yang melihat tingkah aneh teman sekamarnya itu tentu saja merasa aneh.
“Apa yang kau lakukan?! Soo Hyo-ah, apa kau tau sesuatu?” tanya Eun Bi penuh selidik.
“Mwo? Anio.. Ani. Tentu saja tidak!” elak Soo Hyo cepat. Eun Bi menyipitkan matanya, tubuhnya bergerak mendekati Soo Hyo dengan penuh rasa ingin tau. “Jeongmall?” tanya lagi.
“Oh, tapi... dimana Hye Sun?” alih Soo Hyo tiba-tiba.
“Ah~ anak itu. Entahlah. Tadi pagi-pagi sekali ia di panggil ke ruangan Mr.Cho, kepala pengurus trainee baru. Mungkin ia di minta melakukan sesuatu” jawab Eun Bi seraya kembali menarik tubuhnya menjauhi Soo Hyo.
Soo Hyo menghela nafas lega. Untunglah ada hal lain yang bisa di jadikan bahan pembicaraan. Ia sama sekali tak ingin ada yang tau tentang kejadian tadi malam. Cukup ia dan Jonghyun saja yang tau.
“Huffttt... tapi, bagaimana dengannya? Putus? Ia pasti terluka” gumam Soo Hyo cemas.
***
Entah untuk yang keberapa kalinya hari ini Minho kembali melirik Hye Sun yang tampak diam saat ia di make up. Minho bisa merasakan jantungnya berdegup cepat tak beraturan. Berkali-kali ia terus menghela nafas untuk menteralkan rasa gugupnya.
Ia benar-benar tak percaya akan bertemu lagi dengan yeoja ini dalam situasi seperti ini. Pagi ini, tiba-tiba Mr.Cho memanggilnya. Saat tiba di ruangan itu, Minho sudah di kejutkan dengan kehadiran Hye Sun di sana. Tetapi hal yang lebih membuatnya kaget adalah saat Mr.Cho bilang Hye Sun akan mengikuti pemotretan majalah bersamanya.
“Hye Sun sangat cantik. Tubuhnya juga sangat ideal. Kita beruntung karena dia mau bergabung di managemen. Seperti yang sudah kami pikirkan sebelumnya, sebelum debut, kami ingin Hye Sun lebih dulu di kenal oleh publik, dan kebetulan kau ada pemotretan majalah olahraga minggu ini, maka dari itu kami sudah membicarakannya dengan sutradar yang mengurus pemotretanmu. Nona Hye Sun akan menjadi pasanganmu. Kalian harus kompak. Ini salah satu pemasaran yang bagus” begitulah penjelasan Mr.Cho tentang masalah ini.
Maka dari itu, di sinilah mereka sekarang. Keduanya sudah stand by di studio pemotretan. Seharusnya pemotretan inti bisa menjadi sangat mudah untuknya kalau saja buakn Hye Sun yang menjadi pasangannya. Entah kenapa, di dekat yeoja ini ia justru merasa gugup.
“Ya, baiklah. Scene pertama. Pemotretan solo masing-masing model. Di mulai dari anda, nona Goo Hye Sun. Kali ini olah raga tennis” sutradara mulai mengarahkan.
Minho kembali mengalihkan pandangannya pada Hye Sun. Yeoja itu berdiri dari duduknya. Ia menggunakan pakaian layaknya atlet tennis berwarna pink ketat. Rambur panjangnya di ikat satu ekor kuda di pucuk kepalanya.
Minho terus mengikuti gerak yeoja itu. Mulai dari pose memukul, menyambut sampai yang hanya sekedar duduk. Minho terkesiap. Pesona yeoja itu benar-benar berhasil menghipnotisnya. Terutama saat bagian yeoja itu di haruskan untuk tersenyum yang teramat manis. Pelan-pelan Minho meraba dadanya, ia bisa merasakan jantungnya kembali memberontak, berdegup cepat di luar kendali.
“Ya selasai. Kau bisa mengganti kostummu sekarang sementara Minho melakukan pemotretan” sutradara kembali memberi intruksi. Minho bangkit dari duduknya dan berjalan menuju lokasi pemotretan, di saat yang sama ia dan Hye Sun pun berpapasan. Tatapan mereka bertemu, Minho tersenyum canggung dan Hye Sun balas tersenyum tipis sebelum akhirnya benar-benar pergi.
“Huufftt.. wow.. itu cute..” gumam Minho nyengir.
***
“Baiklah. Scene berikutnya! Couple. Minho-ah, Hye Sun-ssi, bergegaslah” ucap Sutradara memberikan tanda.
“Ne....” jawab Hye Sun dan Minho bersamaan. Kali ini adalah scene untuk baseball. Hye Sun benar-benar tampak cantik dengan pakaian atlet baseballnya, rompi dan rok mini berwarna merah dan putih juga topi dengan rambut yang di kuncir dua di antara kedua sisi kepalanya. Sementara Minho, tentu saja ia juga terlihat sangat berkharisma dengan celana merah ketat dan atasan putih bercorak merah baseballnya juga topi. Mereka terlihat begitu kompak.
“Baiklah. Minho, kau bawa bolanya seperti ini. Begini” Sutradara memberikan contoh pada Minho dari belakang area kamera. Minho mengangguk-angguk kecil dan mulai memperagakan.
“Iya benar begitu. Ah~ kau memang benar-benar profesional” puji sutradara.
“Ghamsahamnida” Minho sedikit membungkuk, mengucapkan terima kasih atas pujiannya. Kini sutradara balik menatap Hye Sun, yeoja itu terlihat menunggu intruksi. Sutradara yang seakan mengerti mulai memperagakan bagiannya.
“Pegang seperti ini. Ah~ anio. Bukan. Bukan seperti itu. Tapi seperti ini. Kau lihat?” Hye Sun terlihat kebingungan. “Bukan. Pegang di bagian ujungnya seperti ini!” jelas sutradara lagi.
Hye Sun kembali mencobanya, tapi gagal. Bukan seperti itu yang sutradara maksudkan. “Aigo~ waktu kita terbatas. Ini scene terakhir. Kau, Minho-ah, jangan diam saja! Bantu Hye Sun. Kau tau bagaimana yang benar!” tegur sutradara yang kini balik menatap Minho.
Minho sedikit tersentak kaget. Sekilas ia melirik Hye Sun, yeoja itu tampak ikut menatap kearahnya. Minho berjalan mendekat sambil sesekali menggaruk-garuk kepalanya, ia terlihat merasa sedikit canggung.
“Palli-ya!” tegur sutradara lagi.
“Oh-ne..” jawab Minho lagi. Minho pun berdiri di belakang Hye Sun.
“Tegakkan tubuhmu sedikit” bisik Minho gugup. Ia menekan sedikit punggung Hye Sun untuk membenarkan posisinya.
“Dan.. kau pengang pemukul ini seperti ini” Minho memeluk Hye Sun dari belakang agar bisa mencontohkan cara memegang pemukul baseball yang benar.
“Lihatlah ini, bukankah mereka serasi?” tawa sutradara menggema.
“Ahahaha, ne sutradara. Anda benar” jawab salah satu kru di sana.
“Tunggu apa lagi?! Cepat foto! Yang alami seperti ini akan terlihat lebih baik” perintah sutradara lagi yang diikuti dengan ancungan jempol fotografernya. Beberapa foto berhasil di ambil dengan hasil yang sangat memuaskan. Berakhir sudah scene terakhir. Pemotretan selesai dan semua orang kini bisa beristirahat dan kembali pulang.
“Ghamsahamnida...” Minho dan Hye Sun sedikit membungkuk pada semua kru dan sutradara di studio setelah selesai ganti pakaian sebelum akhirnya melenggang pergi meninggalkan gedung.
Hye Sun dan Minho memasuki lift. Suasana hening. Di sana hanya ada mereka berdua dan tak ada satupun dari mereka yang mau memulai pembicaraan. Minho melirik Hye Sun, yeoja itu tampak sangat tenang. Jujur saja, bahkan hingga sejauh ini mereka bahkan belum resmi berkenalan dan Minho ingin itu terjadi.
“Ehm... Aku, Minho. Choi Minho” Minho memperkenalkan dirinya tiba-tiba seraya menyodorkan tangannya untuk bersalaman. Hye Sun menoleh, ragu-ragu ia menyambut tangan Minho dan balas memperkenalkan diri.
“Hye Sun. Goo Hye Sun” jawabnya.
Minho dan Hye Sun kembali menarik tangan mereka masing-masing. Suasana pun kembali hening. Minho terlihat diam dan berpura-pura menyibukkan diri melihat-lihat sekeliling lift. Tapi tetap saja, seperti magnet, matanya terus saja mengambil kesempatan untuk melirik yeoja cantik di sampingnya.
“Jadi.. setelah ini kau mau kemana? Kembali ke gedung SMent?” mulai Minho lagi. Hye Sun hanya mengangguk kecil sebagai jawabannya.
“Ee-kalau begitu.. kita bisa jalan bersama. Aku juga akan kembali ke sana. Bolehkah?” usul Minho. Hye Sun kembali menoleh “Ba..iklah” balasnya yang berhasil membuat Minho lagi-lagi tersenyum manis karenanya.
***
“Shin Yeong-ah, kau tidak mau mencari namja itu? Kau harus minta maaf atas kejadian kemarin. Ingat?” tegur Soo Hyo mengingatkan.
Shin Yeong yang tadinya sedang asik dengan i-podnya mendadak diam. Keningnya berkerut, “Nugu? Namja yang mana?” tanya bingung.
“Benar. Memangnya ada apa semalam?” sambung Sang-mi penasaran.
Eun Ji dan Soo Hyo saling bertukar pandang. Keduanya tampak saling memberikan tanda pada yang lain untuk menjelaskan. Menjelaskan untuk Sang-mi mungkin masuk akal, yeoja itu tak ada di sana kemarin, tapi kalau menjelaskan pada Shin Yeong?
Soo Hyo mendengus, “Namja itu.. Key! Ingat?”
“Key? Ouh.. Key oppa? Anggota SHINee? Benarkah?” tanya Sang-mi lagi.
“Ne. Unnie mu ini semalam begitu ceroboh” tunjuk Soo Hyo pada Shin Yeong. Shin Yeong yang gemas bermaksud untuk mengigit kuku jari Soo Hyo yang menujuk tepat ke arahnya, tapi seakan bisa membaca gerakan Shin Yeong, dengan cepat Soo Hyo menarik kembali tangannya.
“Ck.. Unnie, lihatlah yeodongsaengmu yang satu ini” tuding Soo Hyo pada Eun Ji. Eun Ji hanya tersenyum kecil, “Dia memang seperti itu sejak dulu”
“Aisshh.. kau ini. Cobalah rubah sikap kekanak-kanakkanmu. Sikap Sang-mi bahkan terlihat lebih baik darimu” kata Soo Hyo jujur.
“Ya’! Shin Soo Hyo! Kau ini cerewet. Kenapa semakin lama kau semakin suka menyindirku seperti si Eun Bi itu?!” gerutu Shin Yeong kesal karena terus di pojokkan.
“Hey! Sudah ku bilang panggil aku unnie!” Soo Hyo kembali menjitak kepala Shin Yeong gemas. Shin Yeong baru akan membalas kalau saja Sang-mi tak segera menahannya. “Unnie..sudahlah. Jangan bertengkar” lerainya.
Shin Yeong melirik Eun Ji yang juga memberikan isyarat padanya untuk diam. Ia menghela nafas panjang dan kembali menyandarkan punggungnya di kursi. “Jadi... haruskah aku minta maaf?” tanya Shin Yeong lagi.
Soo Hyo memutar matanya gemas. “Tentu saja!” ucapnya, dan kali ini berbarengan dengan Eun Ji. Shin Yeong mendesah, “Ne... aku akan minta maaf” jawabnya setengah hati.
***
“Hyung, kau sudah menceritakan itu pada kami sejak kemarin” tegur Taemin yang lama-lama merasa semakin bosan mendengar Key mengoceh tentang insident kopi yang tumpah di jaket barunya kemarin.
“Tapi kau lihat sendiri noda kopi itu tidak bisa hilang! Haaiisss... ini semua karena yeoja itu! Bagaimana ia bisa begitu ceroboh?!” runtuk Key yang masih juga merasa sebal.
Kini ia, Jonghyun, Onew dan Taemin tengah asik duduk bersantai di halaman belakang gedung SMent yang merupakan taman terbuka dan sengaja di buat untuk tempat para artis-artis di bawah naungannya bersantai di saat ada jadwal kosong seperti mereka kali ini.
Onew duduk di paling pojok sambil asik memainkan rubiknya, Jonghyun sibuk dengan ponselnya dan Taemin gerah mendengarkan omelan hyungnya. Sepanjang siang itu Key terus saja ngedumel kesal, membuat Taemin hampir putus asa di buatnya.
“Aku baru saja membeli jaket itu dua hari yang lalu. Tapi yeoja itu sudah mengacaukan semuanya. Dia benar-benar menyebalkan. Di tambah lagi, yang satu lagi bilang yeoja itu ingin melempar ke arahnya. Bagaimana bisa yeoja anarkis seperti itu ada di menagemen kita?!” cerita Key menggebu-gebu.
Jonghyun beralih melirik Key, namja itu masih terlihat mengoceh. Jonghyun hanya bisa nyengir terlebih lagi saat melihat Taemin yang tampaknya tetap berusaha untuk menjadi dongsaeng yang baik dengan mendengarkan semua curahan hati hyungnya itu. Tapi manik mata Jonghyun secara tak sengaja menangkap sosok seorang yeoja yang tengah diam berdiri beberapa meter di belakang Key.
Yeoja itu terlihat shock mendengar semua runtukkan Key. Jonghyun melirik Key dan yeoja itu bergantian. Ia meringis pelan. “Key...” panggil Jonghyun.
“Tapi aku tidak mengerti, aku sudah mencuci dengan sangat teliti dan noda kopi itu tetap tidak mau hilang....” omel Key.
“Key...” panggil Jonghyun lagi saat nelihat yeoja di belakang Key tadi semakin terlihat sebal.
“Aku berpikir jangan-jangan itu bukan kopi biasa. Apa yeoja itu meminum kopi dengan di campurkan beberapa pewarna beracun atau apa...” Key tak menghiraukan panggilan Jonghyun. Ia terus saja mengomel panjang lebar.
“Ya’! Key!” panggil Jonghyun yang kini menegakkan tubuhnya.
Akhirnya Key diam, ia memandang Jonghyun tak sabar. “Apa?!”
Jonghyun melirik yeoja tadi lagi, “Apa yeoja yang kau maksud itu berambut ikal panjang?” tanya Jonghyun memastikan.
“O-o ne. Tubuhnya sedikit kurus seperti orang yang kekurangan gizi. Lalu wajahnya terlihat sengat bodoh dan....”
“Ya’!!! Siapa yang kau bilang BODOH!!” teriak yeoja di belakang Key tadi tiba-tiba. Teriakan begitu keras sehingga membuat Key kaget setengah mati hingga jatuh terjungkal dari kursinya sementara Taemin, Onew dan Jonghyun dengan gerak cepat menutup kedua telinganya rapat-rapat.
Key mendongak, wajahanya berubah pucat pasi begitu melihat Shin Yeong berjalan mendekat kearahnya dengan raut wajah murka dan kesal sampai ke ubun-ubun. Jonghyun, Onew dan Taemin meringis pelan. Ketiganya saling bertukar pandang dan saling melemparkan kode untuk segera pergi dari sana. Sepertinya akan terjadi perang dunia ketiga setelah ini.
“Aisshh... sepertinya aku salah! Sudah ku duga datang untuk meminta maaf padamu hanya akan menjadi masalah!” runtuk Shin Yeong keki.
“O-oh! Jadi kau mau minta maaf?!” ulang Key seraya bangkit berdiri dan berlagak merapikan pakaiannya. “Geurae. Aku dengarkan. Cepat katakan!” tantang Key lagi.
Shin Yeong menatap Key sinis. “Lupakan saja! Aku mau pulang!” gertak Shin Yeong sebal seraya beralih dan beranjak pergi. Tapi baru satu langkah ia bergerak, tiba-tiba Soo Hyo dan Sang-mi yang ternyata sejak tadi membuntutinya dan bersembunyi di antara semak-semak dengan cepat memberikan tanda padanya untuk berhenti.
“Anio! Jangan! Jangan pergi! Cepat minta maaf!” seru Soo Hyo sepelan mungkin, agar tak sampai terdengar di telinga Key.
“M..mwo?” seru Shin Yeong kaget.
“Unnie kembali! Huss..huss... cepat minta maaf...” sambung Sang-mi lagi.
Shin Yeong menggeleng cepat. Ia membuat tanda X dengan kedua tangannya. “Tidak mau!” jawabnya tagas. Soo Hyo menepuk keningnya gemas, “Dasar bodoh! Poinmu! Ingat poinmu! Nilaimu akan di kurangi!” mulai Soo Hyo lagi, tentu saja masih dengan volume suara yang ekstra di perkecil.
DEG
Skak mate. Shin Yeong tak bisa membantah saat Soo Hyo menyinggung tentang poin nya yang terancam akan benar-benar di kurangi jika tidak segera menyelesaikan masalah ini. Shin Yeong mengigit bibir, raut wajahnya masih menunjukkan rasa ketidak relaan.
Sementara itu Key terlihat semakin bingung, Shin Yeong memunggunginya tetapi yaoja itu terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya sendiri tanpa alasan yang jelas.
“Ya’!! Apa yang kau lakukan? Berubah pikiran?!” sindir Key sinis.
Shin Yeong menoleh, sekali lagi ia sedikit melirik ke belakang, Soo Hyo dan Sang-mi semakin gila mendesaknya. “Hhh.....” Shin Yeong mendesah. Kemudian ia beralih memandang Key dan berusaha meredam amarahnya.
“Ne ahjussi. Mianhamnida atas kecerobohanku kemarin” Shin Yeong sedikit membungkukkan punggungnya. Sementara Key justru terlihat shock, “Ahjussi? Ah~ ahjussi?” ulang Key tak percaya.
“Kau tidak suka?” tanya Shin Yeong berlagak polos, tetapi tatapan matanya mengartikan yang sebaliknya. “Kalau begitu lupakan!” Key yang sudah kesal setengah mati mendadak berbalik pergi begitu saja.
Shin Yeong panik, ia kembali menoleh ke belakang, Soo Hyo dan Sang-mi terlihat sama paniknya sepertinya. Shin Yeong kembali mengamati Key, ia mengigit bibir. “Aisshh...” gumamnya meruntukki dirinya sendiri.
“O-oo ma..maafkan aku. Tadi aku hanya bercanda. Kali ini aku bersungguh-sungguh. Maafkan aku sunbae. Jeongmall Mianhamnida” Shin Yeong cepat-cepat meralat ucapannya barusan. Langkah Key berhenti, kini ia berbalik  memandang Shin Yeong.
“Apa? Aku tidak dengar?” Key mengangkat satu alisnya.
“Hah?” Shin Yeong menganga. “Tidak dengar? Ya’! Kau mempermainkanku?!” sembur Shin Yeong yang mendadak kembali emosi.
“Aku minta maaf dan kau harus memaafkanku! Kau pasti sudah dengar!” lanjutnya. Key mengangkat satu alisnya.“Berikan satu alasan kenapa aku harus memaafkanmu?” tantang Key jutek.
Shin Yeong merengut, “Pokoknya kau harus memaafkanku! Aku tidak mau point ku di kurangi!” tuding Shin Yeong ngotot.
“Hisss... Apa seperti ini sebuah permintaan maaf? Lagipula mau point mu di kurangi atau tidak, itu bukan urusanku!”
“Hiiaaaa... Kenapa bisa ada namja sepertimu?! Maafkan aku atau...” Shin Yeong berjalan cepat mendekati Key, ia menarik tangan Key kasar lalu...
“Huaaa.... apa yang kau lakukan?!” pekik Key shock sat tiba-tiba Shin Yeong mengigit tangannya. Bukan hanya Key yang terkejut, bahkan Soo Hyo dan Sang-mi yang mengamati dari kejauhan pun hampir di buat mati jantungan karenanya.
mamaka kaku matau tadaka lapapas... (maafkan aku atau tidak akan ku lepas)” ancam Shin Yeong serius masih sambil terus mengigit lengan Key keras.
Key memberontak, ia mendorong bahkan menginjak kaki Shin Yeong sebagai bentuk perlawanan, tapi percuma. Yeoja terlihat lebih kuat daripada dugaannya. Key meringis kesakitan, ia benar-benar sudah tidak tahan dengan yeoja gila ini.
“Baiklah..baiklah.. aku akan memaafkanmu. Tapi lepaskan! Cepat!!!” ucap Key menyerah akhirnya. Shin Yeong melirik Key tajam, “Aku akan tepati janjiku! Jadi lepaskan!” jawab Key seakan mengerti apa yang ada di dalam pikiran yeoja itu.
Setelah menimbang-nimbang, akhirnya Shin Yeongpun melepaskan gigitannya. Yeoja itu tersenyum senang penuh kemenangan. “Kalau kau mengatakan itu sejak awal, aku tidak akan melakukan itu” tunjuknya pada gigitannya yang terlihat berbekas di lengan kiri Key.
Key masih meringis kesakitan saat tiba-tiba Shin Yeong meletakkan sebuah tas kertas di kursi di dekat ia dan Key berdiri. “Gunakan itu untuk membersihkan noda kopi di jaketmu oppa. Neee??? Sekarang urusanku sudah selesai. Jangan lupa janjimu. Arraseo?” ejek Shin Yeong yang kemudian melenggang pergi begitu saja.
“Aishh... Dasar kanibal!” runtuk Key keki.
“Aigo~ ini sakit sekali” lanjutnya meringis kesakitan.
***
Sang-mi masih cengar-cengir cengegesan jika mengingat kehebohan yang telah di perbuat Shin Yeong tadi siang. Kini ia beranjak menuju ruang koreo untuk kembali berlatih seperti biasa. Ia membuka pintu, langkahnya berhenti saat tiba-tiba di lihatnya seorang namja muda tengah terlihat asik melakukan beberapa gerakkan dance dengan sangat lincah dan cepat.
Sang-mi terkesiap di buatnya. Semua gerakkannya benar-benar keren. Lekuk tubuhnya sangat lentur dan hebat. Sang-mi sampai harus berkali-kali mengerjap-ngerjapkan matanya untuk meyakinkan yang ia lihat benar-benar seorang remaja seusianya. Bukan seorang pelatih koreogarfi profesional.
“Sang-mi? Nam Sang-mi, benarkan?” seru namja tadi tiba-tiba.
Sang-mi tersadar dari lamunannya. Ia menggeleng-gelenggkan kepalanya kecil agar kembali bangun. “Oo-Ne dan kau....” Sang-mi terlihat sedikit ragu. Namja itu berjalan mendekat dan mengumbar senyum. “Aku Park Hyung Seok. Masih ingat?”
“Ah~ benar. Hyung Seok. Pantas saja terlihat tidak asing” jawab Sang-mi malu.
“Jadi kau mau latihan?” tanya Hyung Seok lagi.
“Iya tapi kalau kau mau berlatih aku akan pergi, aku bisa berlatih lagi besok” jawab Sang-mi tak nyaman karena telah menganggu kegiatan namja ini tadi.
“Ani. Tidak apa-apa. Akulah yang seharusnya pergi. Ini ruangan untuk kalian para trainee... tak seharusnya aku di sini” balas Hyung Seok lagi.
“Oh. Anio. Tidak apa-apa. Ah~ kita bisa berbagi ruangan. Bagaimana?” tawar Sang-mi kemudian. Hyung Seok tampak berpikir, “Bolehkah? Kau tidak akan merasa terganggu?”
Sang-mi menggeleng, “Tidak. Lagipula tempat ini bukan milikku. Hehehe... Oh, bagaimana kalau kau mengajariku beberapa gerakkan yang kau lakukan tadi? Itu sangat hebat!” usul Sang-mi tiba-tiba.
“Mwo?!” seru Hyung Seok kaget.
“Ne. Maukan? Please...” Mohon Sang-mi memelas. Hyung Seok menggaruk tekuknya bingung, “A-aa baiklah jika kau memaksa” putus Hyung Seok akhirnya.
***
Taemin berjalan lambat mengikuti ke-4 hyung nya yang lain menuju lift. Sekarang malam, sudah saat nya untuk mereka kembali ke dorm. Saat hampir mencapai pintu lift, tiba-tiba mata Taemin secara tak sengaja melihat pintu ruang koreo para trainee beberapa meter di kiri dari tempatnya berdiri. Refleks langkahnya berhenti.
“Taemin, apa yang kau lakukan? Cepat masuk” tegur Onew.
Taemin kembali beralih memandangi ke-4 hyung nya yang sudah masuk ke dalam lift dan pintu ruang koreo itu bergantian. “Ee-hyung, kalian duluan saja. Aku akan menyusul nanti” putus Taemin akhirnya.
“Waeyo? Apa ada yang tertinggal?” tanya Minho bingung.
“Ah~ benar. Aku rasa aku meninggalkan ponselku saat ke toilet tadi. Hehehe” jawab Taemin bohong. “Ck.. Aigo~ lihatlah bocah ini. Kebiasaan burukmu itu harus cepat-cepat di musnahkan” ucap Key geleng-geleng kepala.

“ah~ sudahlah Key. Kau juga, bagaimana bisa bertengkar dengan wanita sampai di gigit dan masih berbekas seperti itu?” tunjuk Onew pada lengan kiri Key yang sejak tadi terus Key pegangi demi menutupi luka.
“Ya hyung! Kau tidak tau wanita seperti apa dia! Dia itu kanibal!”  Key membela diri. Minho melambai pada Taemin saat tiba-tiba pintu lift tertutup. Taemin mengangguk kecil. Begitu yakin ke-4 hyung nya itu sudah berlalu, Taeminpun beralih berjalan menuju ruang koreo.
“Apa yang ku lakukan? Mana mungkin dia berlatih malam-malam begini” gumam Taemin sembari menggaruk-garuk kepalanya gaje. Taemin baru saja memutuskan untuk segera kembali dan menyusul hyung-hyung nya tadi saat tiba-tiba di dengarnya suara derap langkah dan beberapa kali riuh tawa dari dalam ruang koreo tadi.
Langkah Taemin berhenti. Ia mendongak. Keningnya berkerut. “Ada orang?” gumamnya. Taeminpun kembali memutar tubuhnya dan berjalan mendekati pintu. Ragu-ragu ia mendorong pintu hingga terbuka sedikit celah untuknya mengintip.
Di dalam terlihat seorang yeoja dan seorang namja tengah asyik mempraktekkan beberapa gerakkan dance bersama. Di saat si yeoja melakukan kesalahan, yeoja itu terlihat beberapa kali tertawa dan memukul lengan namja yang sejak tadi bersamanya.
“Hey. Kenapa kau selalu memukulku?” tegur namja itu berlagak serius.
“Hehehe... Mianhae. Baiklah, ayo kita mulai lagi” yeoja tadi memulai kembali gerakkannya, di saat itulah Taemin menyadari bahwa sang yeoja adalah Sang-mi. Ia bisa melihat wajah yeoja itu saat terkena bias cahaya lampu yang hanya menyala di sudut ruangan yang satu lagi. Taemin baru akan melenggang masuk menghampiri yeoja itu saat tiba-tiba tumpuan kaki Sang-mi yang saat itu baru memulai gerakkannya mendadak tak seimbang hingga tubuhnya menjadi oleng, nyaris saja Sang-mi  jatuh sempurna menghantam lantai kalau saja namja di dekatnya tak bergerak cepat menahan punggungnya dengan kedua tangannya sementara sang yeoja reflek melingkarkan tangannya di leher namja tadi.
“Ooh~~ Kau menyelamatkanku!” Sang-mi menepuk punggung lengan namja itu penuh syukur.
Lagi-lagi langkah Taemin tertahan. Ia terdiam di tempatnya berdiri. Matanya menatap lurus pemandangan romantis di depan matanya yang membuatnya tiba-tiba saja merasa amat sangat gerah.
Selama beberapa menit terus begitu, Taemin yang tak melihat adanya tanda-tanda perubahan posisi di antara Sang-mi dan namja itu mendadak kesal.
“Ehm!” Taemin berdehem keras agar kedua orang itu bisa menyadari keberadaan. Dan benar saja, Sang-mi dan namja itu menoleh, mereka terlihat sedikit terkejut dan bangkit berdiri lalu memisahkan diri.
“Ouh.. oppa... kau ada di sini?” sapa Sang-mi kaget. Taemin balas tersenyum tipis, dan kini ia balik menatap namja tadi menyelidik.
“Kau masih di sini Sang mi-ah? Ku pikir kau sudah kembali ke asrama” mulai Taemin tanpa melepaskan pandangannya dari namja tadi sedetikpun.
“Belum. Aku memutuskan untuk berlatih sedikit lalu bertemu dengannya. Kami berbagi ruangan dan berlatih bersama” jelas Sang-mi yang merasa ada yang aneh dengan tatapan Taemin pada Hyung Seok.
Taemin menatap namja itu tak senang. Entah kenapa melihat ia dan Sang-mi melakukan latihan dance berduaan di ruang koreo malam-malam begini membuatnya gerah.
Bukankah  dia salah satu dari dancer tambahan kami? Dance ku bahkan lebih baik, kenapa harus dia yang menemani Sang-mi berlatih?
***
Taemin dan Sang-mi hanya duduk diam di pojokkan sementara Hyung Seok terlihat kembali berlatih dance. Beberapa kali Sang-mi bertepuk tangan dan menatap Hyung Seok penuh rasa kagum. Taemin melirik Sang-mi yang tampak sangat antusias mengamati Hyung Seok di depan.
Sang mi-ah, aku bahkan bisa lebih baik darinya’ pikir Taemin yang kini ikut memperhatikan setiap gerak Hyung Seok.
“Wow! Itu keren sekali Hyung Seok-ah!” puji Sang-mi saat Hyung Seok mengakhiri gerakkan terakhirnya. Sementara Hyung Seok hanya melemparkan senyuman manisnya pada Sang-mi dan Taemin.
Taemin kembali melirik Sang-mi sekilas, yeoja itu terlihat balas melemparkan senyum. Taemin mendadak cemberut, ia kembali beralih memandang Hyung Seok tak senang.
“Hyung Seok-ah, kau hebat juga” puji Taemin seraya berdiri dari duduknya dan berjalan mendekati hyung Seok. “Jadi... bagaimana kalau kita melakukan battle?” tantang Taemin kemudian.
“Mwo?!” pekik Sang-mi dan Hyung Seok bersamaan.
TBC

Trailers for next part
“Aku ingin tau siapa di antara kita yang lebih hebat. Sang mi-ah, kau mau menjadi jurinya?” Taemin beralih memandang Sang-mi.
“Eh?! A..aku?!” seru Sang-mi kaget.
“Tapi... bagaimana bisa kau memilih di antara kalian berdua?”
<skip>
“Jadi kau menyukai Onew? Ah~ ini akan sangat menarik” ucap Eun Bi nyengir.
“Kebetulan sekali, aku punya kejutan untukmu di kelas vokal nanti” sambungnya sembari menyunggingkan senyuman evilnya.
<skip>
“Dasar yeoja sial! Rasakan ini!”
“Ini! Rasakan ini!”
Hye Sun menunduk dan memejamkan matanya untuk menghindari lemparan yeoja-yeoja tadi lagi. Tapi tidak terjadi apapun. Aneh. Pelan-pelan Hye Sun membuka matanya. Seseorang melindunginya. Namja itu memeluknya agar ia terhindar dari lemparan batu yeoja-yeoja tadi. Hye Sun mengangkat kepalanya, berusaha melihat siapa gerangan namja ini.
“Untunglah aku datang lebih cepat” ucap namja itu nyengir.
<skip>
“Puahahaha~ Lihatlah yeoja itu. Bukankah dia benar-benar bodoh? Bahkan ia tidak bisa membedakan mana tanda untuk nada tinggi dan mana untuk yang lebih rendah” Key terbahak keras hingga semua mata kini beralih menatap ke arahnya.
“Omo... Key, sepertinya kau membuatnya menangis” tegur Onew nyaris berbisik.
Trailers End

Tidak ada komentar:

Posting Komentar