Kamis, 22 Desember 2011

[FF] BELIEVE - Oneshoot

Akhirnya....
Saiia posting juga ini FF setelah sekian tahun vakum *gubrak
Moga nggak mengecewakan...
Happy Reading ^^


Title : Believe
Author : Puthrie Shairis As
Main Cast : Shin Soo Hyo a.k.a You (Readers), Kim Jonghyun a.k.a Jonghyun SHINee
Genre : Sad romance, Angst
Lenght : Oneshoot
Disclaimer : This story and the plot is originally Mine. This is just a FICTION so enjoy it guys.

“Sayang, makanlah yang banyak. Ibu tidak mau kau sakit” ucap Umma Soo Hyo lembut dan penuh sayang. Soo Hyo yang tadinya sedang sibuk dengan lamunannya pun tersadar. Ia menoleh, di lihatnya Umma nya itu tengah meletakkan sebuah nampan berisi makanan dan segelas susu hangat di meja dekat tempat tidurnya.
Yeoja itu terus saja diam dan memandangi ibunya yang kini beralih menghampirinya dan mengumbar senyuman manis. “Ibu masih berusaha untuk menemukan seseorang yang rela mendonorkan pita suaranya untukmu. Ibu tidak akan menyerah sampai kita menemukannya. Ibu ingin kau bisa bicara seperti gadis kebanyakkan. Jadi tetap semangat sayang. Jangan putus asa. Arraseo?”
Soo Hyo tetap tak bergeming. Ia bahkan tak balas tersenyum walau hanya untuk sekedar merespon. Ia kembali membuang pandangannya keluar jendela kamar. Raut wajahnya tampak sangat sedih dan kacau.
Shin Soo Hyo namanya. Yeoja ini benar-benar mengalami masa-masa yang sulit selama hampir 9 tahun kehidupannya belakangan ini. Benar, ia tak bisa berbicara. Ia seorang gadis bisu.
Dulu ia adalah seorang anak yang normal, sangat lincah dan bersemangat. Tetapi saat usianya menginjak usia 8 tahun, ia mengalami keracunan makanan yang nyaris merengut nyawanya. Ia berhasil di selamatkan, tetapi tidak dengan pita suaranya, maka sejak itulah ia berubah menjadi seorang gadis yang selalu murung dan menyendiri.
Kehilangan pita suara bagaikan kehilangan separuh dari jiwanya. Ia sangat menyukai menyanyi. Sejak dulu ia selalu berpikir akan menjadi seorang penyanyi yang hebat kelak, tapi semuanya kandas bahkan sebelum ia memulainya. Karena tidak bisa berbicara, ia terpaksa keluar dari sekolah vokalnya. Semua kenyataan pahit itu benar-benar membuatnya terpukul.
Semua orang mengasihinya. Tidak ada satupun dari mereka yang meninggalkannya. Keluarganya selalu ada di sisinya untuk mendukungnya, seharusnya Soo Hyo merasa aman. Semestinya ia merasa nyaman dan senang atas kehadiran orang-orang ini. Tapi ia tidak begitu. Ia sama sekali tak senang. Ia sama sekali tak merasa nyaman.
Semua perhatian itu kebohongan. Semuanya hanya sandiwara. Soo Hyo tau bahkan saat ia harus menjadi tuli sekalipun ia tetap saja bisa mengetahui orang-orang itu berbohong. Selama ia bisa melihat, ia bisa mengetahui segalanya.
Ini sebuah keajaiban. Tak ada satu orangpun yang tau, tapi sejak Soo Hyo kehilangan pita suaranya, entah bagaimana ia bisa membaca pikiran orang lain hanya dengan melihatnya. Awalnya Soo Hyo sempat merasa ketakutan karena kemampuan aneh yang tiba-tiba saja di milikinya. Ia tidak suka bisa mengetahui apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Ia tidak mau mengetahui bahwa selama ini ibunya berbohong, tapi  tidak bisa. Semua itu terbaca begitu saja olehnya.
‘Benar-benar membuatku lelah. Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk  pengobatannya, tapi tidak pernah ada yang membuahkan hasil. Kalau saja aku bukan ibunya, aku pasti sudah menggunakan uang-uang itu untuk pergi berbelanja dan liburan keluar negeri’ begitulah pikiran Umma-nya. Selalu sama, dan selalu terbaca olehnya.
‘Aku juga... seandainya bisa memilih. Aku tidak ingin menjadi bisu Umma. Ini benar-benar berat untukku, tapi aku tidak tau bahwa aku jauh lebih memberatkanmu. Mianhae...’ ucap Soo Hyo lirih jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam.
***
Soo Hyo duduk termenung di salah satu kursi istirahat di sudut taman. Ini adalah tempat favoritnya. Saat merasa lelah dan tak nyaman, Soo Hyo selalu pergi ke tempat ini, taman kota yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari rumahnya.
Soo Hyo memandangi langit sore itu yang tampak kosong. Rasanya ia ingin sekali menangis. Ia merasa hidupnya benar-benar berantakkan. Ia merasa semua ini tak adil untuknya. Tapi percuma, apapun pendapatnya, tetap saja tak akan pernah bisa merubah apapun. Tetap saja ia adalah seorang gadis bisu.
“Ehm... bolehkah aku duduk di sini?” tegur seseorang tiba-tiba.
Soo Hyo menoleh. Tepat di sampingnya kini terlihat seorang namja tampan tengah tersenyum ramah padanya.  Soo Hyo mengamati namja itu sejenak, kulitnya putih bersih, matanya bagus dan penampilannya terbilang cukup rapi. Saat Soo Hyo sedang sibuk mengamati namja itu, lagi-lagi tanpa ia kehendaki pikiran namja itu dengan mudah terbaca olehnya.
‘Sedekat ini ia terlihat semakin cantik...’
Soo Hyo membuang muka. Ia melemparkan pandangannya ke sembarang arah agar menghentikan ‘kemampuan anehnya’ itu yang terus saja mencoba membaca pikiran namja tadi.
“Eh?! Apa aku menganggumu? Mianhae...” sesal namja tadi lagi.
Sepertinya namja ini salah mengartikan gerakkan membuang muka Soo Hyo barusan. Sementara itu Soo Hyo kini balik merasa tak nyaman. Bukan seperti itu maksudnya.
Ia ingin sekali bicara dan mengelak, tapi ia tak bisa. Soo Hyo kembali memandang namja tadi dan menggeleng kecil. Sebagai bentuk ramahnya, Soo Hyo sedikit tersenyum kecil dan berhasil membuat namja itu kembali menyeringai lebar.
“Oh syukurlah. Jadi.. boleh aku duduk di sini?” tunjuk namja tadi pada sisi kursi kosong di samping Soo Hyo. Soo Hyo mengangguk kecil dan kembali melemparkan pandangannya ke lain arah untuk menghindari lagi kegiatan ‘membaca pikiran’nya.
Bisa Soo Hyo rasakan namja itu kini mengambil posisi duduk di sampingnya. Untuk beberapa saat suasana hening. Soo Hyo tampak menyibukkan diri dengan memandang taman berkeliling. Melihat orang-orang yang berlalu lalang, bermain sepeda, sampai yang hanya sekedar jalan keluar untuk mengajak anjing piaraannya jalan-jalan.
Sementara itu, namja tadi justru terlihat beberapa kali melirik dan memperhatikan Soo Hyo. Namja itu terlihat sangat penasaran dan ingin sekali mengajak yeoja itu berbicara. Tapi ia merasa malu dan enggan.
“Kau selalu datang ke sini” tegur namja itu tiba-tiba dengan sedikit memberanikan diri. Kelihatannya ia sudah tidak tahan hanya berdiam diri dan memperhatikan. Soo Hyo melirik sekilas, “Aku selalu melihatmu. Kau selalu datang ke sini, di tempat duduk yang sama. Kau berjalan dari ujung jalan sana dan memasuki taman tepat jam 4. Aku memperhatikanmu” lanjutnya.
Soo Hyo hanya tersenyum tipis. Ia sudah tau itu. Ia bisa membacanya beberapa detik lebih cepat sebelum namja itu mengatakannya tadi.
“Ah! Tapi.. aku bukan.. maksudku aku bukan penguntit atau apa. Hanya saja.. itu kebetulan. Aku juga sering datang ke sini, aku selalu duduk di sana. Kau lihat? Dari sana aku bisa melihatmu di sini dengan sangat jelas. Jadi... bukan karena apa-apa” sambung namja tadi lagi menjelaskan alasannya.
‘Gawat.. Sepertinya aku gugup --‘
Soo Hyo kembali tersenyum kecil. Namja ini lucu, pikirnya.
“Oh, aku.. Jonghyun. Kim Jonghyun” tiba-tiba namja itu memperkenalkan dirinya dan menyodorkan tangannya untuk mengajak Soo Hyo bersalaman.
Soo Hyo hanya diam dan memandangi tangan besar namja itu selama beberapa detik. Ia bingung, haruskah ia menyambutnya? Tapi.. bagaimana caranya balas memperkenalkan diri? Ia.. tidak bisa bicara.
Jonghyun mengangkat satu aslinya. Ia memandang Soo Hyo bingung. Yeoja itu tampak tak berniat untuk membalas jabatan tangannya. Jonghyun tampak sedikit kecewa, tapi baru saja ia ingin menarik kembali tangannya, tiba-tiba Soo Hyo bergerak dan menyambutnya sembari melemparkan senyuman manisnya. Jonghyun sedikit tertegun di buatnya. Yeoja ini benar-benar cantik.
Jonghyun masih menunggu Soo Hyo bicara, tapi yeoja itu tetap saja diam dan tersenyum. Soo Hyo menarik lagi tangannya dan memandang berkeliling. Kelihatannya ia mencari sesuatu.
“Kau.. apa yang kau cari?” tanya Jonghyun bingung.
“Dan kau belum memperkenalkan dirimu” lanjutnya tak sabar.
Soo Hyo tak merespon, yeoja itu terus saja memandang berkeliling. Ah, ketemu! Soo Hyo memungut sebuah ranting, lalu bangkit dari duduknya dan berjalan mendekat ke area berpasir di sisi kiri. Jonghyun tampak semakin bingung, tapi entah kenapa, seakan mengerti, Jonghyun ikut bangkit dari duduknya dan mengikuti gerak Soo Hyo.
Soo Hyo berjongkok dan menuliskan sesuatu di tanah, “Shin.. Soo.. Hyo..” Jonghyun membaca tulisan tadi. Kening Jonghyun berkerut, ia kembali melirik Soo Hyo. Yeoja itu tampak murung dan memandangi tulisannya di tanah. Jonghyun tampak berpikir, cukup lama untuknya agar mengerti. Jonghyun sedikit tersentak kaget saat ia menemukan titik temu itu, jawaban dari kebingungannya. Ia tak yakin tapi...  ia kembali melirik Soo Hyo.
Pelan-pelan Jonghyun ikut duduk berjongkok, ia memandangi Soo Hyo yang tampak menyembunyikan wajahnya di antara kedua tekuk lututnya. “Kau... tidak bisa bicara?” tanya Jonghyun hati-hati.
Soo Hyo semakin membenamkan wajahnya. Jonghyun tampak sedikit kaget bahwa ternyata dugaannya benar. Sesaat Jonghyun juga ikut diam, tapi sedetik setelah itu ia kembali tersenyum manis, “Tak apa. Itu bukan sesuatu yang pantas membuatmu malu. Aku ingin menjadi temanmu, bolehkah?” tanyanya yang berhasil membuat Soo Hyo mengangkat kepalanya dan menoleh memandangnya.
Soo Hyo bisa melihat ketulusan di sana. Saat yeoja itu mencoba untuk membaca apa yang namja itu pikirkan, Soo Hyo tampak sedikit terkejut. Tapi setelah itu ia malah menyunggingkan senyuman kecil dan mengangguk.
‘Aku ingin mengenalnya.. lebih jauh. Apakah kami bisa berteman?’
***
Lagi.
Lagi-lagi hari ini Soo Hyo menemukan Jonghyun sudah duduk manis di tempat favoritnya. Soo Hyo tampak diam. Ia terlihat sangat ragu untuk duduk di sana hari ini. Tapi ia yang pertama kali menemukan kursi istirahat itu. Bukankah Jonghyun bilang ia selalu duduk di sana? Tepat di sebrang tempat duduk di mana biasanya Soo Hyo menyendiri. Lalu kenapa namja itu kini beralih ke tempatnya?
Apa aku harus mencari tempat lain?’ pikirnya.
Soo Hyo memandang berkeliling, taman sudah tampak ramai. Tidak ada tempat lain. Ia terlihat semakin gelisah. Soo Hyo masih saja tetap berdiam diri di tempatnya dan memainkan jemari-jemari tangannya. Soo Hyo sudah hampir menyerah saat tiba-tiba Jonghyun tak sengaja menoleh dan menemukan sosoknya.
Jonghyun terlihat menyunggingkan senyuman lebarnya dan melambai. “Hey, Soo Hyo-ah! Di sini!” serunya ramah. Soo Hyo menoleh, yeoja itu tampak diam sejenak.
Syukurlah dia datang. Jadi aku bisa melihatnya lagi hari ini’
Soo Hyo menggeleng-geleng cepat. Ia benar-benar tidak suka. Ia tidak pernah ingin membaca pikiran orang lain. Itu terdengar sangat picik. Tapi itu semua terjadi begitu saja. Ia sama sekali tak bisa menolak.
Sementara itu Jonghyun malah tampak kebingungan. Soo Hyo menggeleng cepat. Namja itu berdiri dari duduknya dan berjalan menghapirinya. “Gwenchana? Apa kau sakit?” tanya Jonghyun khwatir.
Soo Hyo hanya menunduk dalam dan menggeleng. Jonghyun semakin heran, ia sedikit membungkuk agar bisa melihat wajah yeoja itu, tapi kelihatannya Soo Hyo mengetahui maksudnya, tepat sebelum Jonghyun bisa melihat wajahnya, dengan cepat Soo Hyo membuang pandangannya ke sembarang arah. Jonghyun tampak sedikit terkejut di buatnya.
“Oh—ah...” Jonghyun menggaruk-garuk kepalanya bingung.
“Apa aku menganggumu?” lanjutnya ragu.
Soo Hyo mengigit bibir. Ah~ semua kemampuan aneh ini benar-benar membuatnya lelah. Bahkan untuk memandang orang lainpun ia harus berpikir dua kali. Soo Hyo melirik Jonghyun yang tampak kecewa karena tak mendapat tanggapan darinya. Yeoja itu jadi merasa bersalah di buatnya.
“Ah baiklah. Kalau begitu... aku akan pergi. Maaf jika aku mempersulitmu” ucap Jonghyun tiba-tiba. Soo Hyo tersentak kaget, saat Jonghyun hendak berbalik pergi, dengan cepat ia menahan lengannya. Jonghyun menoleh, di lihatnya Soo Hyo menggeleng-geleng kuat.
Setelah memastikan Jonghyun tidak akan melangkah pergi, Soo Hyo dengan cepat merogoh saku dress nya dan mengeluarkan sebuah memo kecil dan bolpoin. Sepertinya yeoja ini sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk berjaga-jaga di situasi seperti ini.
Soo Hyo terlihat menuliskan sesuatu. Begitu selesai, yeoja itu memandang Jonghyun yang tampak menunggu apa yang akan di lakukannya selanjutnya. Ragu-ragu Soo Hyo menyodorkan memo tadi padanya.
‘Maaf. Tapi bukan begitu maksudku’
Jonghyun diam sejenak, lalu kembali memandang Soo Hyo yang tampak sangat menyesal. Soo Hyo kembali mengambil memo tadi dan menuliskan yang lainnya.
‘Aku tidak pernah bilang kau mengangguku. Hanya saja... ku lihat akhir-akhir ini kau duduk di tempatku. Aku tak mau menganggu. Kau selalu terlihat berpikir’
Jonghyun kini bergerak dan berhenti tepat di samping kiri Soo Hyo. Ia melirik apa yang yeoja itu tuliskan. Namja itu tersenyum kecil, “Aku memang sedang berpikir. Kau selalu datang ke sini. Setiap hari di sepanjang minggu. Aku pikir kau kesepian. Jadi aku ingin menemanimu” ucap Jonghyun nyengir.
“Bolehkah?” lanjutnya.
Soo Hyo menoleh, namja itu kembali tersenyum manis. Bisa Soo Hyo rasakan wajahnya merona. Terlebih lagi saat ia melihat apa yang Jonghyun pikirkan tentangnya.
Ternyata dia mengkhawatirkanku. Syukurlah.. Aku pikir aku benar-benar menganggunya’
“Bolehkah?” ulang Jonghyun lagi, membuyarkan semua lamunan Soo Hyo.
Soo Hyo mengangguk kecil. Kemudian ia kembali menulis, ‘Terima kasih. Kau sangat baik. Tapi jangan salah berpikir tentangku, aku tidak mengkhawatirkanmu. Hanya saja.. aku takut menganggu’
Kini balik Jonghyun yang tersentak kaget. “Ba..bagaimana kau...” Jonghyun tampak panik. Ia terlihat malu. Bagaimana yeoja itu bisa tau apa yang ia pikirkan?
 Di sisi lain, Soo Hyo kembali tersenyum, kelihatannya ia menemukan teman baru.
***
“Oh, kau sudah datang” Jonghyun menyambut Soo Hyo penuh senyum. Soo Hyo balas tersenyum manis dan duduk tepat di sampingnya. Soo Hyo memandangi apa yang Jonghyun bawa hari ini. Sebuah gitar.
“Aku sedang ada audisi. Aku ingin menjadi seorang penyanyi, jadi aku harus berlatih agar bisa menunjukkan yang terbaik nanti. Aku bermaksud untuk berlatih di sini. Itu tidak akan menganggumu bukan?” jelas Jonghyun yang mengerti tatapan bingung Soo Hyo pada gitarnya itu.
Soo Hyo menggeleng pelan. Yeoja itu justru menyunggingkan senyuman manisnya dan kembali membuang muka. Jonghyun menggaruk tekuknya, lama-lama ia jadi heran. Soo Hyo selalu saja menghindari kontak mata dengannya. Apa ada yang salah? Pikirnya.
Soo Hyo masih berusaha menyibukkan diri, saat tiba-tiba mulai terdengar alunan lembut petikkan gitar di telinganya. Soo Hyo menoleh, di lihatnya Jonghyun tampak memainkan gitarnya hingga menjadi sebuah alunan lagu yang begitu indah.
Backsound : Sung Shi Kyung – i like
I couldn’t ask you how were you doing
I just said an awkward hello
When our delightful but short greetings ended
I faintly saw a sorry heart
It’s …
Jonghyun mulai menyanyi mengikuti iringan gitarnya.
I couldn’t ask you how were you doing
I just said an awkward hello
When our delightful but short greetings ended
I faintly saw a sorry heart
It’s alright, it’s alright- it’s all in the past
The reason I couldn’t smile at you isn’t because I despise you
It’s alright, it’s alright- I just want to bury it
Am I also a warm memory to you as well?
Soo Hyo hanya diam. Ia memalingkan wajahnya memandangi langit sore itu dengan tatapan mata yang berubah sendu. Harus ia akui, suara Jonghyun benar-benar merdu. Begitu lembut dan indah.
We promised each other that we would be each other’s last
But we ended up just being passing by lovers
Because the things I wanted to give you still remain in my heart
Even after you left, I’m still welled up in that place
It’s alright, it’s alright- it’s all in the past
The reason I couldn’t smile at you isn’t because I despise you
It’s alright, it’s alright- I just want to bury it
Did you cry a little because of me as well?
Ingin sekali. Rasanya ingin sekali Soo Hyo ikut menyanyi bersama namja ini. Mengiringinya. Sudah lama.. lama sekali Soo Hyo tak lagi menyanyi. Ia merindukan kegiatan ini. Ingin... sekali saja...bisa menyanyi...lagi..seperti dulu...sangat rindu...
Telinga Soo Hyo masih mengikuti alunan musik dan suara lembut Jonghyun. Tanpa Soo Hyo sadari mulutnya mulai bergerak. Bergerak untuk menimbulkan suara. Suara sekecil apapun itu, ia ingin bisa di dengar. Soo Hyo terus berusaha untuk berbicara. Ia berusaha menyanyi. Ia berusaha mengeluarkan suaranya.
Tapi tidak bisa. Tidak terdengar apapun. Air mata sudah memupuk di kedua sudut matanya. Ia tak sanggup lagi. Ia hanya ingin di dengar. Impiannya..
Tess
Akhirnya air mata itu jatuh. Soo Hyo mulai menangis, tapi ia tak peduli. Ia terus saja berusaha mengeluarkan suaranya. Terus..terus... hingga tenggorokkannya terasa begitu perih dan kering.
Sementara itu Jonghyun menghentikan gerak tangan dan lagunya. Ia menoleh, di lihatnya Soo Hyo yang terus berusaha untuk bersuara. Juga linangan air mata itu.
Jonghyun diam. Raut wajahnya berubah keruh. Ia bisa merasakan bagaimana sakitnya perasaan Soo Hyo. Jonghyun tidak bisa membayangkan jika ia berada di posisi gadis itu. Tidak bisa berbicara, tidak bisa bernyanyi.. tidak bisa.. bersuara...
Tanpa Jonghyun sadari matanya mulai terasa memanas dan basah. Matanya memerah menahan genangan air mata yang tiba-tiba saja sudah muncul di kedua pelupuk matanya. Jonghyun mengangkat wajahnya, menahan agar genangan air itu tak jatuh.
Jonghyun kembali menoleh, di lihatnya yeoja itu sudah berhenti. Yeoja itu tampak diam, memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong tetapi air matanya masih terus saja jatuh membasahi pipi mulusnya.
“Gwenchana... kau masih bisa. Kau masih bisa berbicara, kau masih bisa bersuara, kau masih bisa berteriak...” ucap Jonghyun tiba-tiba.
Soo Hyo menoleh, di lihatnya Jonghyun yang tampak sama kacaunya sepertinya. Mata dan hidungnya memerah, tetapi namja itu masih tetap berusaha tersenyum. “Kau masih bisa bicara, di sini..” Jonghyun menyetuh dadanya. Menunjukkan letak hatinya.
Soo Hyo masih diam. Ia menunduk, perlahan gerak tangannya naik menyentuh dadanya. “Meskipun tak bisa di dengar orang lain, setidaknya kau masih bisa mendengarnya untuk dirimu sendiri. Hatimu.. kau pasti bisa mendengar apa kata hatimu bukan? Jangan merasa sendirian. Jangan merasa kalau dirimu berbeda..” lanjut Jonghyun lagi.
Mata Soo Hyo kembali memanas. Ia mengangkat wajahnya, mencoba menebak apa yang namja ini pikirkan. Apakah ia mengatakan itu karena kasihan? Apa ia hanya berpura-pura mengerti apa yang ia rasakan?
Soo Hyo kembali menangis saat ia tau bahwa Jonghyun tak begitu. Namja itu tulus dari dalam hatinya. Namja itu ikut menangis untuknya. Bukan karena kasihan, tapi karena memang namja itu benar-benar mengerti apa yang ia rasakan.
Jonghyun semakin tampak sendu. Ia meletakkan gitarnya di sisi kiri dan mendekati Soo Hyo. Dengan lembut Jonghyun menarik pundak Soo Hyo dan memeluknya. Ia mengelus-elus lengannya penuh sayang.
“Sungguh... tidak apa-apa.. jangan menangis lagi...” bisiknya lirih.
***
“Jadi begitukah? Menurutmu begini lebih baik?” tanya Jonghyun lagi. Soo Hyo mengangguk, kemudian kembali menulis di memo kecilnya.
‘Aku rasa jika temponya sedikit lebih tinggi lagunya akan terdengar lebih baik’
Jonghyun mengangguk-angguk mengerti.  Ia mencoret sedikit not-not di kertas lagunya dan menggantinya sesuai saran Soo Hyo tadi. Setelah selesai, ia kembali sibuk dengan gitarnya. Memainkan ulang lagu-lagu itu.
“Ah~ benar. Ini terdengar lebih baik” seru Jonghyun setelah itu. Ia beralih memandang Soo Hyo kagum, “Ternyata kau memiliki begitu banyak bakat tersembunyi. Kau bahkan bisa mengerti hingga sedetail ini. Kau benar-benar membantuku” puji Jonghyun serius. Soo Hyo hanya balas tersenyum lebar dan kembali menulis.
‘Aku hanya mengerti sedikit. Jangan memujiku terlalu banyak’
“Hehehe... Kau terlalu merendah” Jonghyun menyenggol lengan Soo Hyo nakal.
‘Anio. Sungguh. Kalau saja kau tidak berpikir pada bagian nada itu terasa sedikit aneh, aku juga tidak akan menyadari ada kesalahan di sana. Aku membantu memperbaiki sedikit’
“Eh?” Kening Jonghyun berkerut. Ia bahkan tidak ingat ada mengatakan pada Soo Hyo tentang itu. Ia hanya memikirkannya. Tapi.. bagaimana yeoja ini bisa tau? Bukan hanya kali ini saja, beberapa kali Soo Hyo selalu menanggapi apa yang ia pikirkan. Itu aneh. Seakan-akan ia bisa membaca apa yang ia pikirkan.
Lagi. Soo Hyo bisa melihat apa yang Jonghyun pikirkan. Ia panik. Ia tak mau Jonghyun tau kalau ia memang bisa. Ia pasti akan di anggap aneh dan picik karena membaca pikiran orang lain seenaknya.
‘Aku hanya menebak. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Sungguh’
Jonghyun semakin kaget begitu membaca tulisan Soo Hyo kali ini. “Lagi. Kau melakukannya lagi. Bukankah ini membuktikan sesuatu?” tanya Jonghyun curiga.
Soo Hyo mengigit bibir. Ia menggeleng.
‘Tidak ada apapun. Sungguh. Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menebak’
Jonghyun diam. Tetapi manik matanya melirik Soo Hyo dengan tatapan bingung dan penuh rasa ingin tau. Entah apa yang di pikirkannya. Tapi semakin lama, ia mulai merasa Soo Hyo terlihat semakin aneh.
***
‘Arrgghh... Anak ini benar-benar menyebalkan! Kenapa dia tidak mati saja sih? Benar-benar merepotkan semua orang! Karena dia! Uang jajan ku terpaksa di kurangi! Buat apa sih mengobati anak sial ini?! Memangnya kalau tidak bisa berbicara dia bisa mati?!’
Soo Hyo menunduk dalam. Ia sudah hampir menangis. Ia benar-benar tak menyangka, Jung Kyo, kakak semata wayangnya itu akan berpikir seperti itu. Mengharapkan kematiannya. Apakah ia benar-benar menyebalkan? Kenapa semua orang membencinya? Hanya karena uang? Begitukah?
“Soo Hyo sayang, ini obatmu. Jangan sampai tenggorokkanmu kering. Unnie tidak akan tega melihatmu kesakitan lagi karena perih” ucap Jung Kyo menunjuk tenggorokkannya lalu tersenyum manis.
Kali ini Soo Hyo benar-benar menangis. Jung Kyo yang melihat itu sempat tersentak kaget di buatnya. Ia bingung, kenapa tiba-tiba?
“O-oo.. waeyo? Tenggorokkanmu sakit lagi?” tanya nya bingung. Soo Hyo masih terus menangis dan memandangi Unnie nya itu penuh sayang.
Unnie... Aku menyanyangimu.. sungguh..Aku tidak bermaksud untuk membebanimu.. Kumohon... jangan membenciku...’ ucap Soo Hyo dalam hati, tapi tetap saja, Jung Kyo tak akan pernah bisa mendengarnya.
Jung Kyo semakin di buat bingung saat Soo Hyo tiba-tiba saja bergerak memeluknya. Soo Hyo tak peduli saat unnie nya itu mulai sedikit memberontak, ia semakin mempererat pelukkannya.
Unnie..kumohon  jangan berpikir agar aku mati. Aku tidak mau... Aku tidak mau mati...’
***
Soo Hyo duduk termenung di kursinya. Tetap di tempat seperti biasa. Sore itu Soo Hyo kembali ke taman, tapi ada yang aneh. Jonghyun tidak ada di sana. Biasanya namja itu pasti datang beberapa menit lebih cepat. Tapi kali ini?
Soo Hyo celingak-celinguk mencari namja itu. Ia terus saja memandang ke seluruh penjuru taman, tapi tetap tidak ketemu. Namja itu tidak terlihat di manapun. Soo Hyo menghela nafas putus asa. Ia merasa benar-benar kesepian. Terlebih lagi ia sedang merasa sedih kali ini.
Jonghyun. Hanya namja itu yang bisa memperbaiki suasana hatinya. Tapi dimana dia? Soo Hyo benar-benar membutuhkan namja itu...sekarang!
“Soo Hyo-ah...” seseorang memanggilnya.
Spontan Soo Hyo mendongak, senyuman lebar tersungging di kedua sudut bibirnya begitu manik matanya menangkap sosok Jonghyun di belakangnya. Jonghyun balas tersenyum tipis, ragu-ragu Jonghyun mengambil posisi duduk di sampingnya.
Hening.
Ini aneh. Biasanya Jonghyun akan banyak bicara. Tapi kali ini namja ini tampak diam. Soo Hyo beralih mengamati Jonghyun, apa dia punya masalah? Soo Hyo benar-benar ingin tau.
“Berhenti!” tegur Jonghyun tiba-tiba.
Soo Hyo belum lagi melakukan apapun untuk membaca pikiran namja itu saat tiba-tiba Jonghyun membentaknya. Soo Hyo sedikit terlonjak kaget, terlebih saat Jonghyun menoleh ke arahnya dengan tatapan mata yang sulit di artikan.
“Jangan mencoba untuk membaca apa yang aku pikirkan. Jebal” Lanjutnya.
Soo Hyo semakin shock. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya. Bagaimana bisa? Bagaimana Jonghyun bisa tau?
“Aku tidak mengerti...Aku..Hanya saja..Mianhae, aku tidak bermaksud membentakmu tapi.. mungkin aku gila berpikir seperti ini, tapi aku rasa kau selalu membaca pikiranku. Aku tidak suka. Itu mengangguku. Aku merasa ruang gerakku menjadi terbatas” jelas Jonghyun lagi.
Soo Hyo menunduk. Ia benar-benar tak berani menatap Jonghyun. Di sisi lain, Jonghyun mengigit bibir. Melihat yeoja itu sama sekali tak mengelak membuatnya semakin yakin.
Jujur, mendadak ia menjadi merasa merinding. Yeoja ini benar-benar aneh. Ia begitu misterius. Ia benar-benar mengerikan. Sebenarnya Jonghyun tidak tega, tapi ia benar-benar takut. Apalagi membaca pikiran orang lain benar-benar tidak sopan.
“Aku akan pulang sekarang. Aku juga... tidak akan datang lagi. Aku harus fokus pada audisiku. Mianhae. Jaga dirimu” pamit Jonghyun tiba-tiba dan berbalik pergi begitu saja.
Soo Hyo mengangkat wajahnya. Ia sedikit kaget dengan kata-kata Jonghyun barusan. Tidak akan datang lagi? Tapi kenapa? Apa karena dia bisa membaca pikirannya?
Soo Hyo panik, ia berjalan cepat menyusul Jonghyun. Ia tidak mau kehilangan namja ini. Hanya ia yang bisa mengerti perasaannya. Hanya ia yang bisa membuatnya merasa nyaman. Soo Hyo menahan lengan Jonghyun hingga mau tidak mau langkah namja itu berhenti.
Jonghyun menoleh. Bisa di lihatnya tatapan memelas Soo Hyo. Jonghyun mengigit bibir. Ia sungguh tak tega, tapi ini demi kebaikan dirinya. Soo Hyo yeoja aneh! Ia mengertikan! Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya.
Sementara itu, Soo Hyo yang melihat tak ada perlawanan dari Jonghyun. Pelan-pelan mulai melepaskan pengangannya pada lengan Jonghyun. Dengan gerak cepat ia merogoh memo di sakunya. Ia kembali menulis. Saat baru saja ia mengangkat kepalanya untuk melihat Jonghyun, tiba-tiba namja itu sudah pergi. Bisa ia lihat, Jonghyun berlari menjauhinya. Namja itu terlihat sangat ketakutan berada di dekatnya.
Tatapan mata Soo Hyo berubah keruh. Secarik kertas yang tadinya ingin ia serahkan, jatuh dari sentuhan jari-jarinya begitu saja. Ia lemas, lututnya tak lagi kuat menompang berat tubuhnya. Soo Hyo jatuh terduduk di rerumputan, air matanya sudah mulai menggenang.
‘Jebal. Jangan tinggalkan aku. Aku membutuhkanmu.Tak ada lagi yang menginginkanku. Jangan pergi. Jebal’ begitulah yang tertulis di secarik kertas tadi sebelum akhirnya melayang ikut terbang bersama dengan bertiupnya angin.
***
Tidak ada.
Hari ini juga tidak ada.
Soo Hyo duduk lemas di kursinya. Hari ini, lagi-lagi ia tak menemukan Jonghyun di sini. Namja itu serius. Ia benar-benar menepati ucapannya. Tidak akan datang lagi.
Soo Hyo kembali di buat menangis karenanya. Sudah hampir seminggu, dan Jonghyun benar-benar tidak datang. Setiap hari Soo Hyo selalu datang ke taman berharap akan menemukan namja itu di sana. Berharap semua yang Jonghyun katakan hanyalah guyonan untuk mengerjainya. Tapi tidak begitu. Ia memang tak akan pernah datang.
Soo Hyo kecewa. Ia sedih. Hatinya terasa benar-benar sakit. Ia benci rasa kesepian ini. Ia benci rasa kerinduan ini. Ia benci jika mengetahui Jonghyun tidak ada di sini. Ia tak mempunyai teman selain dia. Ia tak mempunyai siapapun lagi. Bahkan keluarganya.
-  Soo Hyo P.O.V –
Aku tidak mengerti...
Aku tidak mengerti...
Sungguh...
Umma... Appa... Unnie... mereka semua tak menyukaiku. Aku hanya beban. Aku hanya masalah bagi mereka. Aku menghabiskan uang mereka. Mereka... benar-benar..
Mereka bahkan lebih menyayangi uang daripada aku...
Mereka bilang lebih baik aku mati...
Begitukah? Hanya karena aku tak bisa berbicara?
Umma... Appa... Ini aku.. Shin Soo Hyo.. puteri kalian... yang selalu kalian banggakan karena semua orang memuji suaraku...
Unnie... ini aku... Adikmu... yang selalu kau kerjai.. yang selalu kau buat menangis saat kau mengejek suaraku seperti bebek...
Kalian melupakannya... Kalian melupakanku... Karena suaraku... Appa... Umma.. Seandainya aku bisa... aku tidak akan pernah inginkan ini. Aku  tidak pernah ingin seperti ini. Aku akan menjadi seorang penyanyi... kalian ingat? Kalian bilang aku pasti akan berhasil.. kalian bilang... aku pasti akan bisa bicara lagi...
Kalian bohong... Kalian bahkan berpura-pura baik padaku...
Bahkan Jonghyun... Dasar bodoh! Kau bilang kau mau menjadi temanku...
Kau bilang kau mau menemaniku...
Kau bohong... Kau pecundang! Kalian semua pembohong!!!!!
Aku benci kalian!!! Aku benci!!!
Umma... Appa... Unnie... Jonghyun-ah... aku benci kalian. Sungguh. Aku tidak berbohong... Aku benci...
- Soo Hyo P.O.V End –
Soo Hyo terus saja menangis sesegukkan. Ia ingin berteriak. Ia ingin berteriak sekeras mungkin. Tapi tidak bisa. Tidak ada yang mendengar. Tidak ada seorangpun...
Di saat Soo Hyo sudah benar-benar putus asa, tiba-tiba kedua bola matanya secara tak sengaja menangkap sosok Jonghyun di kejauhan. Spontan ia bangkit dari duduknya. Matanya terus saja mengikuti gerak namja itu yang mulai berjalan keluar taman. Ia terlihat membawa ransel gitarnya, ah benar.. ia pasti akan ikut audisi hari ini.
Soo Hyo bergerak cepat. Ia berlari. Ia berlari secepat yang ia bisa. Ia tak ingin kehilangan namja itu lagi. Walaupun nanti Jonghyun akan mengusirnya, bahkan membentaknya sekalipun, ia tak peduli. Ia hanya ingin namja itu. Jonghyun. Hanya dia.
Dengan nafas yang begitu ngos-ngosan, Soo Hyo tetap terus berlari. Sedikit lagi. Hampir sampai....
Soo Hyo mulai  berteriak memanggilnya.
Jonghyun...
Jonghyun...
Jonghyun...
Ku mohon, dengar aku...
Jonghyun...
Jebal... berhenti...
Soo Hyo sudah hampir mendapatkannya. Sedikit lagi. Sedikit lagi. Sedikit lagi....
BRUuuukkkk...
Badan mobil itu dengan sukses menghantam tubuh kurus Soo Hyo hingga ia jatuh terpental ke tanah.
“Kyaaa!!!!!” pekik yeoja-yeoja yang melintas.
Jonghyun menoleh, jalan raya sudah tampak ramai dengan puluhan orang yang berlarian mendekat. Keningnya berkerut. Ia berjalan mendekati keramaian, tapi sedetik setelah itu ia kembali melirik jam tangannya. Ia sudah terlambat! Tidak ada waktu.
Jonghyun kembali berbalik arah. Setengah berlari ia berjalan menjauhi taman menuju tempat audisi. Terus berlari dan berlari. Tanpa ia sadari, sepasang mata terus mengamatinya. Mungkin untuk yang terakhir kali, yeoja itu bisa melihatnya. Kim Jonghyun.
“Joo..ngunn..” panggil Soo Hyo sebelum akhirnya pingsan tak sadarkan diri.
***
Jonghyun menoleh.
Tak ada siapapun. Semua orang yang berlalu lalang tampak sibuk dengan urusannya masing-masing. Tapi ia sangat yakin, baru saja, ada seseorang yang memanggilnya.
“Siapa?” gumamnya bingung.
***
- Satu Bulan Kemudian –
Jonghyun menghentikkan langkahnya tiba-tiba. Matanya seakan tertarik melihat sebuah kursi istirahat di salah satu sudut taman pagi itu. Ia sudah hampir terlambat. Seharusnya Jonghyun terburu-buru menuju gedung managemen. Benar, ia berhasil lolos audisi dan hari ini adalah hari pertama untuknya menjalani trainee.
Tapi saat melewati taman, entah kenapa ia ingin sekali melihat tempat itu. Tempat dimana biasanya ia melihat seorang gadis duduk melamun seorang diri. Tatapan mata Jonghyun berubah keruh. Benar. Rasanya sudah lama sekali ia tak melihat yeoja itu. Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah ia sehat? Apakah ia mendapatkan seorang donor pita suara? Ah~ molla...
Jonghyun kembali ingin melangkah pergi, tetapi hatinya tetap ingin tinggal. Jonghyun semakin gelisah. Ia kembali menoleh, memandangi bangku taman yang kosong itu. Ia mulai merindukan sosok itu. Terlebih lagi perpisahan mereka saat itu bisa di bilang terlalu kejam. Mungkin Soo Hyo memang aneh, tapi ia tetap saja seorang yeoja yang malang.
Entah keberanian dari mana, bukannya pergi ke gedung managemen, Jonghyun justru berbalik arah. Ia sibuk membongkar isi tasnya, berusaha mencari sesuatu. Gerakkannya terhenti begitu ia menemukan sebuah lipatan secarik kertas kucel yang sudah begitu lama terselip di sana. Pelan-pelan Jonghyun membukanya. Ia tersenyum tipis. Ketemu. Jonghyun akan mengunjunginya. Yeoja itu. Shin Soo Hyo.
***
Jonghyun berhenti tepat di depan sebuah rumah yang bisa di bilang cukup besar. Sekali lagi ia mencocokkan alamatnya. “Tidak salah lagi. Ini rumahnya” gumam Jonghyun yakin.
Jonghyun tampak gugup. Sebentar ia merapikan pakaiannya dan menarik nafas dalam. Ia melirik sebucket mawar yang baru saja di belinya tadi. Ia tersenyum tipis. Ia tak yakin Soo Hyo masih ingin melihatnya setelah apa yang di lakukannya terakhir kali. Tapi ia tak mau mundur begitu saja. Ia ingin meminta maaf. Jika memang ingin berpisah, makan harus berpisah dengan cara baik-baik. Pikirnya.
Jonghyun melenggang masuk. Beberapa kali ia menekan bel. Mulanya tak ada satu orang pun yang membukakan pintu. Jonghyun terus saja menekannya hampir sebanyak 20 kali saat tiba-tiba seorang wanita paruh baya berpenampilan kucel dan berantakkan datang membukakan pintu.
“Ee—Annyeonghaseo.. aku ingin bertemu Soo Hyo. Aku rasa benar ini rumahnya” ucap Jonghyun ragu. Sekilas ia memperhatikan wanita itu. Ia tampak berantakkan. Rambutnya kusut tak teratur, kantung mata terlihat di bawah kedua matanya yang terlihat bengkak seperti baru saja menangis sepanjang malam.
“Soo..Soo Hyo? Siapa kau? Ada apa kau mencari puteriku? Kenapa kau mencarinya?!” cecar wanita itu yang tak lain adalah Ummanya Soo Hyo. Jonghyun tersentak, tapi dengan cepat ia balas menjawab “Aku.. Ee—kami berteman. Jadi, apakah dia ada di rumah?”
Umma Soo Hyo tampak sangat terkejut saat mendengar kata ‘teman’ dari mulut Jonghyun. Tapi sedetik setelah itu ia justru menangis, “Benarkah itu? Kau temannya? Jadi puteriku memiliki teman? Syukurlah... mungkin dengan begini kau bisa membantu kami. Jebal. Bisakah? Bisakah kau membantu kami? Untuknya, Soo Hyo..Puteri kami yang malang”
***
Jonghyun hanya bisa diam dan bungkam di tempatnya berdiri. Tatapan matanya berubah keruh. Pelan-pelan ia mulai berjalan mendekati pintu salah satu ruang rawat rumah sakit jiwa itu. Kaki Jonghyun terasa begitu lemas, ia hampir saja terjatuh kalau saja tidak dengan cepat tangannya memegang ganggang pintu kamar tadi untuk menompang tubuhnya.
Kedua matanya terus saja menatap lekat seorang yeoja yang tampak duduk meringkuk di sudut kamar. Yeoja itu tampak ketakutan, ia terlihat menangis, tetapi di detik berikutnya ia justru tersenyum sumringah.
Tapi bukan itu yang membuat Jonghyun benar-benar terpukul. Kini ia melihatnya sendiri. Yeoja itu.. Umma Soo Hyo bilang... karena kecelakaan itu, Soo Hyo menjadi buta dan tuli. Lihatlah yeoja malang itu, mungkin matanya terbuka, tetapi tatapan matanya terlihat kosong. Menggambarkan kepedihan, kesendirian, kesepian dan penderitaan.
Akhirnya Jonghyun benar-benar menangis. Air matanya benar-benar sudah tidak bisa tertampung lagi. Air mata itu terus saja jatuh tanpa henti.
“Soo Hyo-ah... Mianhae... Jeongmall Mianhae...” Jonghyun menangis dan terus menangis. Sedetikpun matanya tak pernah lepas dari sosok yeoja cantik itu. Teman lama yang begitu spesial.
***
Cekrek
Pintu kamar rawat Soo Hyo di buka pelan-pelan. Ruangan itu tampak sangat gelap. Hanya ada sedikit cahaya dari sela-sela gorden jendela kamar yg terbuka tertiup angin. Seorang wanita paruh baya melengoh masuk ke dalam ruangan. Bisa di lihatnya puteri bungsunya itu masih duduk meringkuk di sudut ruangan.
Lalu ia kembali melihat sudut ruangan yang satu lagi. Seorang namja terlihat ikut duduk meringkuk di sudut sambil memeluk kedua lututnya. Tatapan mata namja itu terus tertuju lurus pada Soo Hyo yang berada di sebrangnya. Samar-samar masih bisa di dengar tangis namja itu. Ia pasti merasa sangat bersalah.
Umma Soo Hyo berjalan masuk dan menyalakan lampu hingga ruangan itu menjadi terang benerang. Jonghyun menoleh, ia terlihat gusar. “Kenapa di nyalakan?! Biarkan gelap seperti tadi. Aku juga... ingin bisa merasakan. Bagaimana jika aku tidak bisa melihat...” ucapnya yang kini kembali memandangi Soo Hyo di pojokkan.
Umma Soo Hyo tampak semakin menyesal. Ini sama sekali tak membantu. Wanita itu berjalan menghampiri Jonghyun, “Maafkan aku. Tapi ini tidak benar. Kau harus lanjutkan hidupmu. Aku sudah salah meminta bantuanmu. Maafkan aku” ucapnya lirih.
Ia kembali mengamati Jonghyun. Namja itu terlihat kucel. Mata dan hidungnya merah, dan pipinya sudah semakin tirus. Yang benar saja, sudah hampir seminggu namja itu terus duduk diam di sana dan menemani Soo Hyo. Tak memperdulikan kesehatannya, pola makannya, bahkan mimpinya untuk menjadi seorang penyanyi. Namja ini benar-benar...
“Pulanglah” ucap Umma Soo Hyo yang sudah tak sanggup lagi melihat Jonghyun semakin menderita. Jonghyun tak bergeming, ia hanya diam tanpa melepaskan pandangannya dari Soo Hyo sedetikpun.
“Kumohon. Pulanglah. Jebal...” pintanya lagi.
“Kumohon. Kau akan semakin mempersulit kami. Walaupun kau duduk disini sampai mati, kau tidak akan membantu apapun. Kau takkan bisa mengembalikan semuanya seperti sedia kala. Pulanglah”
Kali ini Jonghyun bergerak, ia mendongak. Ia memandang Umma Soo Hyo dengan tatapan yang sulit di artikan. Mulanya Umma Soo Hyo pikir namja ini pasti tetap bersikeras untuk tetap tinggal di sana, tapi semuanya salah. Tiba-tiba Jonghyun berdiri dari duduknya.
“Benar. Ini semua sama sekali tak bisa membantu. Soo Hyo tetap takkan bisa melihat dan mendengar lagi walaupun aku tetap tinggal di sini sampai mati” gumam Jonghyun yang kini kembali melirik Soo Hyo.
“Tapi aku tau apa yang bisa...” lanjutnya.
***
Jonghyun hanya duduk diam. Ia lebih memilih tak banyak bicara. Ia tau kini semua orang menatap ke arahnya. Mungkin mereka semua  berpikir dia gila melakukan ini, tapi ia sudah yakin. Ia tak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan, ia hanya ingin melakukan sesuatu. Ia ingin yeoja itu, Soo Hyo bisa kembali normal. Ia tak pernah sanggup jika harus melihat Soo Hyo lebih menderita lagi. Ia merasa sebagian dari musibah ini adalah karena kesalahannya. Ia akan melakukan apapun, bahkan kalaupun harus mengorbankan dirinya.
Jonghyun tidak mengerti apa yang ia inginkan. Apa yang sebenarnya ia lakukan sekarang. Yang ia ketahui saat ini adalah menyelamatkan dia. Yeoja yang entah sejak kapan sudah berhasil menarik semua gerak dan pikirannya untuk selalu melihat yeoja itu. Ia merindukan tawa dan senyuman manisnya. Gerak lincahnya. Semuanya...
“Kau tau resikonya akan sangat besar. Kau akan tuli, kau akan bisu, dan kemungkinan terbesar selain kebutaan.. kau akan mati. Apa kau yakin?” tanya Dr.Kim entah untuk yang keberapa kalinya.
“Ne. Aku sudah mengatakannya beberapa menit yang lalu. Kalian tak percaya padaku?” Jonghyun balik bertanya.
Dr.Kim, Umma, Appa Soo Hyo dan Jung Kyo saling bertukar pandang. Mereka semua terlihat ragu, walaupun bisa di bilang inilah satu-satunya kesempatan untuk menyelamatkan Soo Hyo, mereka tetap tak bisa menerimanya begitu saja dengan tangan terbuka.
“Aku sudah memikirnya.. sungguh. Biarkan aku melakukan ini untuknya” Jonghyun masih mencoba untuk menyakinkan semua orang dengan keputusannya untuk mendonorkan semuanya. Semua yang ia punya, tetapi sesuatu yang tidak Soo Hyo miliki.
“Kau yakin? Bagaimana dengan keluargamu?” Tanya Appa Soo Hyo lagi.
Jonghyun hanya diam. Semua orang bisa melihat namja itu nyaris menangis saat Appa Soo Hyo menyinggung tentang keluarganya. “Tidak apa. Mereka pasti akan mengerti...” jawabnya pelan, nyaris berbisik.
Semua orang mendesah. Mereka semua tetap terlihat tak yakin. Tapi Jonghyun tetap bersikeras. “Baiklah. Kami terima kebaikan mu anak muda. Terima kasih...” Appa Soo Hyo menepuk pundak Jonghyun pelan sebelum akhirnya pergi meninggalkan ruangan. Tidak ada yang tau, tapi lelaki paruh baya itu juga menangis. Semuanya terasa begitu berat. Keputusan yang benar-benar sulit untuknya.
***
Semua perlengkapan sudah siap. Beberapa orang dokter spesialis bedah sudah berada di tempat. Ruang operasipun sudah di ramaikan dengan beberapa suster yang akan ikut ambil andil dalam operasi hari ini. Soo Hyo sudah dibawa masuk. Yeoja itu masih tampak kebingungan, ia bisa merasakan keberadaan banyak orang di sekitarnya. Tapi ia tidak bisa melihat ia ada di mana sekarang, ia juga tak bisa mendengar apa yang orang-orang itu bicarakan, dan ia juga tidak bisa bertanya..apa yang akan mereka lakukan.
Tak lama setelah Soo Hyo sampai, pintu kembali terbuka. Seorang namja berjalan lambat memasuki ruang operasi. Ia sudah siap dengan pakaian pasiennya. Wajahnya tampak sangat pucat dan tirus, tapi namja itu tetap berusaha untuk tersenyum.
Jonghyun mengambil posisi duduk tepat di samping tempat tidur pasien Soo Hyo. Ia terus memandangi wajah yeoja itu. Yeoja itu tampak diam sambil sesekali tersenyum. Jonghyun benar-benar tidak tega. Yeoja itu.. benar-benar despresi. Lagipula, kalau saja ia memang masih bisa berpikir secara rasional, Jonghyun yakin yeoja itu pasti akan lebih memilih untuk bunuh diri. Ia buta, tuli dan bisu. Siapa yang akan tahan dalam kondisi seperti itu?
Salah satu suster meminta Jonghyun untuk berbaring. Jonghyun menurut, sebentar lagi.. mungkin semuanya akan berakhir. Mungkin ini adalah kali terakhirnya bisa melihat Soo Hyo. Jonghyun menoleh, ia tersenyum tipis melihat wajah polos yeoja di sampingnya itu. Entah bagaimana bisa, seakan mengerti, Soo Hyo ikut menoleh. Walaupun ia buta, tapi tatapan matanya menatap lurus ke arah Jonghyun.
-  Jonghyun P.O.V –
Aku kembali tersenyum. Ia melihatku. Ia melihat ke arahku.
Soo Hyo-ah... apa kau bisa merasakan keberadaanku?
Kau tau aku di sini? Syukurlah...
Aku senang, setidaknya di saat-saat terakhirku seperti ini, kau bisa tau aku ada di dekatmu. Aku tidak akan lari lagi, aku tidak akan meninggalkanmu lagi setelah ini. Aku janji.
Hhh.. Aku bisa merasakan suntikan obat bius ini. Tatapan mataku mulai meracau. Wajah Soo Hyo semakin memudar. Tunggu sebentar, ku mohon. Aku ingin bisa melihatnya sedikit lebih lama. Aku mohon.
Soo Hyo-ah..
Kau bisa mendengarku?
Kau bisa membaca apa yang aku pikirkan, benarkan?
Aku mohon, kali ini dengarkan aku..
Mianhae.
Jeongmall Mianhae Soo Hyo-ah...
Aku memang kejam... Tak seharusnya aku pergi...
Kau pasti sangat menderita... Maafkan aku..
Kau percaya keajaiban?
Aku percaya... Saat aku melihatmu, aku sadar bahwa kau adalah keajaibanku...
Jadi setelah ini, saat kau bisa kembali melihat..
Saat kau bisa kembali mendengar...
Dan...saat kau sudah bisa berbicara...
Berjanjilah kau akan menjadi seorang penyanyi hebat seperti mimpimu. Aku akan selalu bersamamu. Kita akan raih impian kita bersama-sama. Berjanjilah...
- Jonghyun P.O.V End –
Tatapan mata Jonghyun semakin sayu. Tapi ia tetap tersenyum, meskipun tetes demi tetes air mata mulai mengalir jatuh dari kedua sudut matanya. Ia sama sekali tak menyesal. Ia senang, bisa membantu yeoja... yang baru kala ini dia sadari. Yeoja yang begitu istimewa di hatinya...
“Saranghaeyeo... Soo Hyo-ah...” gumam Jonghyun lirih sebelum akhirnya benar-benar tak sadarkan diri.
***
Jonghyun membuka matanya. Silau. Ia mengangkat satu tangannya untuk menangkis cahaya putih itu dari matanya. Kepala Jonghyun terasa sangat berat dan pusing. Pelan-pelan Jonghyun mulai bisa menetralkan penglihatannya. Semuanya berwarna putih. Begitu tenang...
“Ini di surga? Aku sudah mati?” gumam Jonghyun lirih.
Ia tersenyum kecut. Tiba-tiba otaknya kembali membawanya pada kenangan terakhirnya. Benar, di ruangan operasi itu. Ia masih ingat bagiamana garis-garis wajah yeoja itu. Entah kenapa Jonghyun kembali menangis.
“Kau harus selamat...” gumamnya.
Jonghyun memalingkan wajahnya, samar-samar ia bisa melihat bayangan Soo Hyo yang duduk dan tersenyum manis padanya. Jonghyun tertegun, refkleks ia bangkit dari tidurnya.
“Soo..Hyo-ah...”panggilnya kaget.
Yeoja itu tak menanggapi, ia masih terus tersenyum. Jonghyun bungkam. Tatapan mata yeoja itu masih terlihat sama. Tampak kosong.
“Ba..bagaimana? Bukankah kau.. ah mataku...” Jonghyun meraba daerah sekitar matanya. Benar, ia masih bisa melihat. Lalu apa ini? Jonghyun mengedarkan pandangannya ke sekitarnya. Matanya terbelalak kaget begitu menyadari ia masih berada di rumah sakit. Tepatnya di salah satu ruang rawat.
“M..mwo? Tapi.. bukankah?”
Cekrek
Tiba-tiba seseorang melenggang masuk. Jonghyun mendongak, bisa di lihatnya Umma Soo Hyo berjalan masuk dan tersenyum tipis padanya. Jonghyun masih bingung, hatinya bertanya-tanya dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi seakan mengerti, Umma Soo Hyo mulai bicara.
“Kami membatalkan operasinya..”
Jonghyun semakin terbelalak kaget, “Mwo? Tapi kenapa?”
Umma Soo Hyo kembali tersenyum tipis, “Ini bukan kemauan kami. Soo Hyo sendirilah yang membatalkan operasinya” jawabnya yang kembali membuat Jonghyun kaget setengah mati. Ia kini beralih memandang Soo Hyo.
“Saat itu, suster baru akan menyuntikkan obat biusnya pada Soo Hyo. Tapi tiba-tiba...”
- Flashback –
Prankkk
Soo Hyo memberontak. Ia turun dari tempat tidurnya. Berjalan ke sembarang arah. Tanpa tujuan. Yeoja itu terlihat menangis. Ia terus menggeleng-gelengkan kepalanya kuat.
Apapun yang ada di depannya, dengan cepat ia tepis dan dorong agar menjauh. Semua peralatan operasi terpencar di lantai. Semua suster dan dokter shock, tiba-tiba Soo Hyo berulah anarkis.  Karena keributan itu, Umma dan Appa Soo Hyo mendobrak masuk. Mereka histeris saat melihat Soo Hyo yang terlihat mengamuk.
Umma Soo Hyo berjalan mendekat untuk menenangkan puterinya itu. Ia mendekapnya erat sambil terus menangis. Berkali-kali Soo Hyo menggeleng. Ia tidak ingin di operasi. Ia tidak ingin mengorbankan Jonghyun.
Entah bagaimana. Ini keajaiban, tapi tiba-tiba Soo Hyo kembali pulih. Ia seakan tersadar dari angannya. Dokter spesialis jiwa bilang tiba-tiba Soo Hyo sembuh. Yeoja itu sudah kembali normal. Ia bisa berpikir sehat seperti dulu. Benar-benar aneh.
- Flashback End –
Jonghyun terkesiap. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya barusan. Jadi Soo Hyo sudah sembuh?
Ragu-ragu Jonghyun turun dari tempat tidurnya, menghampiri Soo Hyo. Seakan mengerti, tiba-tiba Soo Hyo mengangkat tangannya dan meraba dada bidang Jonghyun. Yeoja itu tersenyum tipis, kemudian ia beralih mendekap Jonghyun begitu erat.
“Soo Hyo-ah... syukurlah...” bisik Jonghyun yang kini kembali menangis.
Soo Hyo masih terus memeluk Jonghyun erat, seakan tak ingin lagi kehilangan namja ini. Soo Hyo ikut menangis, tapi bukan tangis kepedihan lagi. Tapi kebahagiaan karena sekarang ia berhasil menemukannya. Jonghyun. Namja yang begitu ia rindukkan. Ia tak peduli meski harus buta, bisu dan tuli sekalipun. Asalkan namja ini berada di dekatnya. Itu semua sudah lebih dari cukup.
“Kami akan membawanya berobat ke luar negeri selama beberapa tahun” gumam Umma Soo Hyo tiba-tiba. Jonghyun menoleh, tentu saja tanpa melepaskan pelukannya sedetikpun. Tatapan matanya lagi-lagi berubah keruh, entah kenapa sebagian dari hatinya menolak, melarang agar mereka tak membawa Soo Hyo pergi. Tapi tidak bisa, ia tahu inilah yang terbaik. Soo Hyo, yeoja itu harus sembuh.
Jonghyun kini kembali menatap Soo Hyo. Yeoja itu tampak diam dan terus memeluknya erat. Jonghyun membelai rambut yeoja itu lembut, lalu mengecup pucuk kepalanya penuh sayang. “Berjanjilah kau akan kembali...” gumamnya lirih.
***
- 5 tahun kemudian –
“Hyung, cepat..cepat.. kita akan terlambat!” seru Key panik tetapi tangannya tetap sibuk mendorong Taemin agar cepat keluar. Jonghyun cengar-cengir cengegesan, ya benar. Beginilah aktifitas Jonghyun sekarang. Ia bukan lagi seorang namja biasa yang selalu datang ke taman seperti dulu, ia adalah seorang idola. Ia berhasil mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang penyanyi.
Hari ini ia dan SHINee harus segera pergi berbegas menuju gedung SMent untuk mendiskusikan konsep album terbaru mereka nanti. Di saat semua orang panik dan bergegas turun menuju lobi gedung dorm, Jonghyun justru terlihat santai. Ia berjalan lambat sambil sesekali membenarkan letak headset yang menyambung pada mp3 di saku jaketnya.
Saat hendak memasuki lift, langkah Jonghyun terhenti saat tiba-tiba manik matanya menangkap bayangan sosok seorang yeoja yang tengah berdiri diam di tikungan anak tangga beberapa meter di sisi kiri lift. Yeoja itu tampak terus menatapnya, Jonghyun tertegun. Samar-samar yeoja itu terlihat melemparkan senyuman manisnya padanya.
Dimata Jonghyun, yeoja itu benar-benar tampak tak asing. Keningnya berkerut, ragu-ragu Jonghyun berjalan mendekati yeoja tadi. Tapi baru beberapa langkah ia bergerak, tiba-tiba member yang lain yang sudah siap di dalam lift berteriak menegurnya. Jonghyun menoleh, memberi tanda kepada teman-temannya untuk menunggunya sebentar.
Saat yakin ke-4 member SHINee yang lain tak ada yang membantah, Jonghyun kembali mengalihkan pandangannya pada yeoja tadi. Tapi hilang. Kali ini yeoja itu menghilang. Ia tak lagi berdiri di sana. Jonghyun kaget, ia bergerak cepat menuju tikungan anak tangga tadi, menoleh ke kiri dan kekanan, mencari-cari kemana yeoja itu pergi. Tapi nihil. Tak ada satu petunjukpun.
Jonghyun sudah hampir menyerah saat tiba-tiba seorang paman pengantar surat (Read: tukang pos) berjalan mendekatinya. “Kim Jonghyun, benarkan?” tegurnya.
“Oo-ne..” jawab Jonghyun ramah.
“Ini ada kiriman surat untukmu, tolong tanda tangan di sini” ahjussi tadi menyerahkan amplop surat berwarna coklat pada Jonghyun lalu sebuah buku tanda penerima pada Jonghyun untuk di tandatangani.
“Baiklah. Terima kasih. Semoga harimu menyenangkan” pamit ahjussi tadi yang di ikuti dengan bungkukkan terima kasih Jonghyun. Begitu ahjussi tadi berlalu, Jonghyun kembali memperhatikan amplop tadi. Keningnya berkerut, siapa yang masih menggunakan surat untuk menyampaikan pesan di jaman semodern ini?
Pelan-pelan Jonghyun membuka amplopnya, ada 2 lembar kertas dan selembar foto di dalamnya. Jonghyun membuka lembar surat pertama, terlihat tulisan tangan seseorang yang begitu rapi.
Kim Jonghyun, benar ini kau?
Aku ibunya Soo Hyo, apa kau masih mengingatku? Paling tidak, apa kau masih mengingat puteriku, Shin Soo Hyo?
“Ah!!” Jonghyun seakan tersadar dari angannya begitu mendengar nama itu di sebut. Mendadak bayangan yeoja misterius tadi kembali tergambar jelas di ingatannya. Bisa Jonghyun rasakan jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Ia panik. Ia kembali menoleh ke kanan dan kekiri, kakinya mulai bergerak mengikuti instingnya yang mulai gelisah.
“Soo Hyo-ah! Itu kau?! Sial! Kemana kau pergi?!” gumamnya yang kini mulai berlari mengitari koridor gedung. Tak di hiraukannya teriakan Taemin dan Key yang terus memanggilnya agar kembali, ia terus saja berlari dan berlari. Manik matanya benar-benar tidak sabar untuk bisa menemukan yeoja itu lagi.
“Pantas saja terlihat tidak asing.. Oh tuhan... Jangan sampai aku kehilangan dia lagi” ucapnya memohon. Jonghyun bergegas menuruni setiap anak tangga, ia berlari menuju lobi hingga ke luar gedung. Di edarkannya padangannya ke seluruh penjuru jalan, nafasnya tak beraturan, tapi ia tidak peduli, yang ia tahu, Soo Hyo, yeoja itu harus ketemu!
Jonghyun ngos-ngosan, lagi-lagi tidak ada tanda-tanda akan keberadaan Soo Hyo. Jonghyun kembali merilik surat yang sejak tadi terus di bawanya. Kertas-kertas itu terlihat lecek karena terlalu di genggam erat. Jonghyun merapikan kertas itu lalu kembali membaca.
Raut wajahnya tampak serius, mencermati kata demi kata yang tertulis di sana. Hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah kenyataan yang begitu membuatnya terkejut. Kenyataan yang benar-benar tidak akan pernah bisa di terima oleh akal sehatnya. Jonghyun membekap mulutnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya masih memegangi secarik surat tadi dengan tangan gemetar. Tanpa Jonghyun sadari ia mulai menangis. Air mata dengan mudah jatuh begitu saja membasahi pipinya.
Jonghyun beberapa kali menggeleng-gelengkan kepalanya kecil. Kini ia kembali bergerak membuka secarik kertas surat yang lainnya, satu lembar yang tersisa. Jonghyun membuka lipatan kertas itu begitu pelan, hingga terlihat sebuah tulisan tangan yang begitu berantakkan dan tak beraturan. Jika orang lain melihat tulisan itu, mungkin mereka akan berpikir seorang anak berumur 3 tahun yang menulisnya, tapi bukan. Melainkan seorang gadis buta, bisu dan tulilah yang menuliskannya dengan penuh perasaan dan perjuangan.
Jonghyun-ah..
Ini aku, Soo Hyo. Apa kau mengingatku? Ah~ maafkan aku jika tulisan-tulisan ini terlihat bodoh. Tapi aku tak bisa meminta siapapun untuk menuliskannya, karena aku tak bisa bicara pada mereka, apa yang ingin aku sampaikan padamu.
Sudah hampir 5 tahun...
Rasanya lama sekali aku tak melihatmu sejak kejadian itu. Aku merindukanmu. Benar-benar merindukanmu. Aku pergi ke Amerika tanpa ada perubahan yang berarti. Sangat sulit bagi kami untuk menemukan pendonor yang sesuai. Tapi aku tak mau menyerah, aku tetap berusaha hingga akhirnya tuhan membalas doaku.
Kemarin ada seorang wanita yang datang dan mengatakan ingin mendonorkan semua yang tak kumiliki. Aku sangat bahagia. Dokter bilang aku akan di operasi besok, tapi... dia bilang kemungkinan untukku selamat hanya 85%. Ottokhae? Ayah, ibu dan Unnie tak mau mengambil resiko. Tapi aku ingin sembuh. Aku ingin bisa melihat, melihatmu. Aku ingin bisa mendengar, mendengar suaramu. Aku juga ingin bisa berbicara, berbicara padamu, menyanyi bersama mu, apapun... aku ingin sembuh.
Aku akan terus mendesak ibu. Aku akan menjalankan operasi besok. Aku pasti akan sembuh. Aku pasti akan kembali. Aku akan datang untuk melihatmu menyanyi di panggung. Meskipun aku tidak bisa melihat dan mendengar, tapi aku bisa merasakan, di sana... kau sudah menjadi seorang penyanyi hebat. Benarkah itu? Aku sangat senang. Aku juga.. akan menjadi seorang penyanyi.. seperti yang kau bilang, saat aku sembuh, aku akan bisa menyanyi lagi.. Tunggulah aku.. Jonghyun-ah.. Jeongmall saranghaeyo...
Jonghyun kembali menangis semakin keras. Tubuhnya mendadak lemas, kakinya tak sanggup lagi menompang berat tubuhnya. Pelan-pelan Jonghyun mulai duduk berjongkok dan membenampang wajahnya di antara lembaran surat yang mulai basah dan kedua telapak tangannya.
“Operasinya gagal.. operasinya gagal..” ucap Jonghyun di sela isak tangisnya begitu mengingat apa yang Umma Soo Hyo katakan di lembar surat sebelumnya. “Soo Hyo-ah.. ottokhae? Ottokhae? Kau bilang kau ingin melihatku... Soo Hyo-ah.. Kau bilang kau akan kembali...” tepat di akhir kalimatnya, tiba-tiba Jonghyun terdiam.
Benar. Ia sangat yakin bayangan yeoja yang ia lihat tadi adalah Soo Hyo. Itu benar dia. Soo Hyo memang datang menemuinya, yeoja itu memang benar-benar datang untuk melihatnya. Jonghyun teringat pada foto yang masih terselip di dalam amplop. Takut-takut Jonghyun menarik keluar foto tadi, terlihat seorang yeoja tengah duduk di sebuah tempat tidur pasien dan tersenyum tipis.
‘aku melihatmu.. aku mendengarmu.. dan kini aku bicara padamu. Akhirnya... aku bisa melakukan semua ini. Bukankah ini bagus?’ tegur seseorang tiba-tiba. Jonghyun tersentak, ia menoleh, terlihat bayangan Soo Hyo tengah membungkuk dan ikut memandangi fotonya yang sejak tadi terus Jonghyun pandangi.
‘Aku menepati janjiku. Sekarang aku bisa pergi dengan tenang. Terima kasih untuk semuanya. Aku senang..’ kini Soo Hyo menoleh, kembali melemparkan senyuman manisnya pada Jonghyun.
Wajah Jonghyun dan Soo Hyo begitu dekat dan saling berhadapan. Pelan-pelan Soo Hyo bergerak mendekat dan mengecup pipi kiri Jonghyun lembut. ‘Jeongmall...Ghamsahamnida.. Jonghyun-ah’ bisiknya yang sedetik kemudian mulai menghilang dari pandangan Jonghyun untuk yang terakhir kalinya.
THE END

Dont forget to leave some comment and Like..
Thanks ^^ 

2 komentar:

  1. DAEBAK...>0<
    Sumpah kren bnget T,T
    Bner" mnghrukan :"(


    Ak pling ska wktu Soo Hyo ad d RSJ, Bner" bkin nangis.. :'(
    Feel.nya ngena bnget :")


    Tpi ngmong" author gg ad niatan bt bkin Oneshot 'Belive' tpi yg versi Onew kah???

    BalasHapus
  2. Whehehe... Gomawo >///<

    Eh? Onew versi? Hehehe...
    Wah, gimana ya? Nggak ada rencana sih, nggak pernah kepikiran kayak gitu.. ^^V

    BalasHapus