Saiia posting juga ini FF setelah sekian tahun vakum *gubrak
Moga nggak mengecewakan...
Happy Reading ^^
Title : Believe
Author
: Puthrie Shairis As
Main
Cast : Shin Soo Hyo a.k.a
You (Readers), Kim Jonghyun a.k.a Jonghyun SHINee
Genre
: Sad romance, Angst
Lenght
: Oneshoot
Disclaimer
: This story
and the plot is originally Mine. This is just a FICTION so enjoy it guys.
“Sayang, makanlah yang banyak. Ibu tidak mau kau sakit” ucap Umma Soo Hyo
lembut dan penuh sayang. Soo Hyo yang tadinya sedang sibuk dengan lamunannya
pun tersadar. Ia menoleh, di lihatnya Umma nya itu tengah meletakkan sebuah
nampan berisi makanan dan segelas susu hangat di meja dekat tempat tidurnya.
Yeoja itu terus saja diam dan memandangi ibunya yang kini beralih
menghampirinya dan mengumbar senyuman manis. “Ibu masih berusaha untuk
menemukan seseorang yang rela mendonorkan pita suaranya untukmu. Ibu tidak akan
menyerah sampai kita menemukannya. Ibu ingin kau bisa bicara seperti gadis
kebanyakkan. Jadi tetap semangat sayang. Jangan putus asa. Arraseo?”
Soo Hyo tetap tak bergeming. Ia bahkan tak balas tersenyum walau hanya
untuk sekedar merespon. Ia kembali membuang pandangannya keluar jendela kamar.
Raut wajahnya tampak sangat sedih dan kacau.
Shin Soo Hyo namanya. Yeoja ini benar-benar mengalami masa-masa yang sulit
selama hampir 9 tahun kehidupannya belakangan ini. Benar, ia tak bisa berbicara.
Ia seorang gadis bisu.
Dulu ia adalah seorang anak yang normal, sangat lincah dan bersemangat. Tetapi
saat usianya menginjak usia 8 tahun, ia mengalami keracunan makanan yang nyaris
merengut nyawanya. Ia berhasil di selamatkan, tetapi tidak dengan pita
suaranya, maka sejak itulah ia berubah menjadi seorang gadis yang selalu murung
dan menyendiri.
Kehilangan pita suara bagaikan kehilangan separuh dari jiwanya. Ia sangat
menyukai menyanyi. Sejak dulu ia selalu berpikir akan menjadi seorang penyanyi yang
hebat kelak, tapi semuanya kandas bahkan sebelum ia memulainya. Karena tidak
bisa berbicara, ia terpaksa keluar dari sekolah vokalnya. Semua kenyataan pahit
itu benar-benar membuatnya terpukul.
Semua orang mengasihinya. Tidak ada satupun dari mereka yang
meninggalkannya. Keluarganya selalu ada di sisinya untuk mendukungnya,
seharusnya Soo Hyo merasa aman. Semestinya ia merasa nyaman dan senang atas
kehadiran orang-orang ini. Tapi ia tidak begitu. Ia sama sekali tak senang. Ia
sama sekali tak merasa nyaman.
Semua perhatian itu kebohongan. Semuanya hanya sandiwara. Soo Hyo tau
bahkan saat ia harus menjadi tuli sekalipun ia tetap saja bisa mengetahui
orang-orang itu berbohong. Selama ia bisa melihat, ia bisa mengetahui
segalanya.
Ini sebuah keajaiban. Tak ada satu orangpun yang tau, tapi sejak Soo Hyo
kehilangan pita suaranya, entah bagaimana ia bisa membaca pikiran orang lain
hanya dengan melihatnya. Awalnya Soo Hyo sempat merasa ketakutan karena
kemampuan aneh yang tiba-tiba saja di milikinya. Ia tidak suka bisa mengetahui
apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Ia tidak mau mengetahui bahwa selama
ini ibunya berbohong, tapi tidak bisa.
Semua itu terbaca begitu saja olehnya.
‘Benar-benar
membuatku lelah. Aku sudah menghabiskan banyak uang untuk pengobatannya, tapi tidak pernah ada yang
membuahkan hasil. Kalau saja aku bukan ibunya, aku pasti sudah menggunakan
uang-uang itu untuk pergi berbelanja dan liburan keluar negeri’ begitulah pikiran Umma-nya. Selalu sama, dan selalu terbaca olehnya.
‘Aku juga... seandainya
bisa memilih. Aku tidak ingin menjadi bisu Umma. Ini benar-benar berat untukku,
tapi aku tidak tau bahwa aku jauh lebih memberatkanmu. Mianhae...’ ucap Soo Hyo lirih jauh dari lubuk hatinya yang paling dalam.
***
Soo Hyo duduk termenung di salah satu kursi istirahat di sudut taman. Ini
adalah tempat favoritnya. Saat merasa lelah dan tak nyaman, Soo Hyo selalu
pergi ke tempat ini, taman kota yang hanya berjarak beberapa ratus meter dari
rumahnya.
Soo Hyo memandangi langit sore itu yang tampak kosong. Rasanya ia ingin
sekali menangis. Ia merasa hidupnya benar-benar berantakkan. Ia merasa semua
ini tak adil untuknya. Tapi percuma, apapun pendapatnya, tetap saja tak akan
pernah bisa merubah apapun. Tetap saja ia adalah seorang gadis bisu.
“Ehm... bolehkah aku duduk di sini?” tegur seseorang tiba-tiba.
Soo Hyo menoleh. Tepat di sampingnya kini terlihat seorang namja tampan
tengah tersenyum ramah padanya. Soo Hyo
mengamati namja itu sejenak, kulitnya putih bersih, matanya bagus dan
penampilannya terbilang cukup rapi. Saat Soo Hyo sedang sibuk mengamati namja
itu, lagi-lagi tanpa ia kehendaki pikiran namja itu dengan mudah terbaca
olehnya.
‘Sedekat ini ia
terlihat semakin cantik...’
Soo Hyo membuang muka. Ia melemparkan pandangannya ke sembarang arah agar
menghentikan ‘kemampuan anehnya’ itu yang terus saja mencoba membaca pikiran
namja tadi.
“Eh?! Apa aku menganggumu? Mianhae...” sesal namja tadi lagi.
Sepertinya namja ini salah mengartikan gerakkan membuang muka Soo Hyo
barusan. Sementara itu Soo Hyo kini balik merasa tak nyaman. Bukan seperti itu
maksudnya.
Ia ingin sekali bicara dan mengelak, tapi ia tak bisa. Soo Hyo kembali
memandang namja tadi dan menggeleng kecil. Sebagai bentuk ramahnya, Soo Hyo
sedikit tersenyum kecil dan berhasil membuat namja itu kembali menyeringai
lebar.
“Oh syukurlah. Jadi.. boleh aku duduk di sini?” tunjuk namja tadi pada sisi
kursi kosong di samping Soo Hyo. Soo Hyo mengangguk kecil dan kembali
melemparkan pandangannya ke lain arah untuk menghindari lagi kegiatan ‘membaca pikiran’nya.
Bisa Soo Hyo rasakan namja itu kini mengambil posisi duduk di sampingnya.
Untuk beberapa saat suasana hening. Soo Hyo tampak menyibukkan diri dengan
memandang taman berkeliling. Melihat orang-orang yang berlalu lalang, bermain
sepeda, sampai yang hanya sekedar jalan keluar untuk mengajak anjing piaraannya
jalan-jalan.
Sementara itu, namja tadi justru terlihat beberapa kali melirik dan
memperhatikan Soo Hyo. Namja itu terlihat sangat penasaran dan ingin sekali
mengajak yeoja itu berbicara. Tapi ia merasa malu dan enggan.
“Kau selalu datang ke sini” tegur namja itu tiba-tiba dengan sedikit
memberanikan diri. Kelihatannya ia sudah tidak tahan hanya berdiam diri dan
memperhatikan. Soo Hyo melirik sekilas, “Aku selalu melihatmu. Kau selalu
datang ke sini, di tempat duduk yang sama. Kau berjalan dari ujung jalan sana
dan memasuki taman tepat jam 4. Aku memperhatikanmu” lanjutnya.
Soo Hyo hanya tersenyum tipis. Ia sudah tau itu. Ia bisa membacanya
beberapa detik lebih cepat sebelum namja itu mengatakannya tadi.
“Ah! Tapi.. aku bukan.. maksudku aku bukan penguntit atau apa. Hanya saja..
itu kebetulan. Aku juga sering datang ke sini, aku selalu duduk di sana. Kau
lihat? Dari sana aku bisa melihatmu di sini dengan sangat jelas. Jadi... bukan
karena apa-apa” sambung namja tadi lagi menjelaskan alasannya.
‘Gawat..
Sepertinya aku gugup --‘
Soo Hyo kembali tersenyum kecil. Namja ini lucu, pikirnya.
“Oh, aku.. Jonghyun. Kim Jonghyun” tiba-tiba namja itu memperkenalkan
dirinya dan menyodorkan tangannya untuk mengajak Soo Hyo bersalaman.
Soo Hyo hanya diam dan memandangi tangan besar namja itu selama beberapa
detik. Ia bingung, haruskah ia menyambutnya? Tapi.. bagaimana caranya balas
memperkenalkan diri? Ia.. tidak bisa bicara.
Jonghyun mengangkat satu aslinya. Ia memandang Soo Hyo bingung. Yeoja itu
tampak tak berniat untuk membalas jabatan tangannya. Jonghyun tampak sedikit
kecewa, tapi baru saja ia ingin menarik kembali tangannya, tiba-tiba Soo Hyo
bergerak dan menyambutnya sembari melemparkan senyuman manisnya. Jonghyun
sedikit tertegun di buatnya. Yeoja ini benar-benar cantik.
Jonghyun masih menunggu Soo Hyo bicara, tapi yeoja itu tetap saja diam dan
tersenyum. Soo Hyo menarik lagi tangannya dan memandang berkeliling.
Kelihatannya ia mencari sesuatu.
“Kau.. apa yang kau cari?” tanya Jonghyun bingung.
“Dan kau belum memperkenalkan dirimu” lanjutnya tak sabar.
Soo Hyo tak merespon, yeoja itu terus saja memandang berkeliling. Ah,
ketemu! Soo Hyo memungut sebuah ranting, lalu bangkit dari duduknya dan
berjalan mendekat ke area berpasir di sisi kiri. Jonghyun tampak semakin
bingung, tapi entah kenapa, seakan mengerti, Jonghyun ikut bangkit dari
duduknya dan mengikuti gerak Soo Hyo.
Soo Hyo berjongkok dan menuliskan sesuatu di tanah, “Shin.. Soo.. Hyo..” Jonghyun
membaca tulisan tadi. Kening Jonghyun berkerut, ia kembali melirik Soo Hyo.
Yeoja itu tampak murung dan memandangi tulisannya di tanah. Jonghyun tampak
berpikir, cukup lama untuknya agar mengerti. Jonghyun sedikit tersentak kaget
saat ia menemukan titik temu itu, jawaban dari kebingungannya. Ia tak yakin
tapi... ia kembali melirik Soo Hyo.
Pelan-pelan Jonghyun ikut duduk berjongkok, ia memandangi Soo Hyo yang
tampak menyembunyikan wajahnya di antara kedua tekuk lututnya. “Kau... tidak
bisa bicara?” tanya Jonghyun hati-hati.
Soo Hyo semakin membenamkan wajahnya. Jonghyun tampak sedikit kaget bahwa
ternyata dugaannya benar. Sesaat Jonghyun juga ikut diam, tapi sedetik setelah
itu ia kembali tersenyum manis, “Tak apa. Itu bukan sesuatu yang pantas
membuatmu malu. Aku ingin menjadi temanmu, bolehkah?” tanyanya yang berhasil
membuat Soo Hyo mengangkat kepalanya dan menoleh memandangnya.
Soo Hyo bisa melihat ketulusan di sana. Saat yeoja itu mencoba untuk
membaca apa yang namja itu pikirkan, Soo Hyo tampak sedikit terkejut. Tapi
setelah itu ia malah menyunggingkan senyuman kecil dan mengangguk.
‘Aku ingin
mengenalnya.. lebih jauh. Apakah kami bisa berteman?’
***
Lagi.
Lagi-lagi hari ini Soo Hyo menemukan Jonghyun sudah duduk manis di tempat
favoritnya. Soo Hyo tampak diam. Ia terlihat sangat ragu untuk duduk di sana
hari ini. Tapi ia yang pertama kali menemukan kursi istirahat itu. Bukankah
Jonghyun bilang ia selalu duduk di sana? Tepat di sebrang tempat duduk di mana
biasanya Soo Hyo menyendiri. Lalu kenapa namja itu kini beralih ke tempatnya?
Apa aku harus
mencari tempat lain?’ pikirnya.
Soo Hyo memandang berkeliling, taman sudah tampak ramai. Tidak ada tempat
lain. Ia terlihat semakin gelisah. Soo Hyo masih saja tetap berdiam diri di
tempatnya dan memainkan jemari-jemari tangannya. Soo Hyo sudah hampir menyerah
saat tiba-tiba Jonghyun tak sengaja menoleh dan menemukan sosoknya.
Jonghyun terlihat menyunggingkan senyuman lebarnya dan melambai. “Hey, Soo
Hyo-ah! Di sini!” serunya ramah. Soo Hyo menoleh, yeoja itu tampak diam
sejenak.
Syukurlah dia
datang. Jadi aku bisa melihatnya lagi hari ini’
Soo Hyo menggeleng-geleng cepat. Ia benar-benar tidak suka. Ia tidak pernah
ingin membaca pikiran orang lain. Itu terdengar sangat picik. Tapi itu semua
terjadi begitu saja. Ia sama sekali tak bisa menolak.
Sementara itu Jonghyun malah tampak kebingungan. Soo Hyo menggeleng cepat.
Namja itu berdiri dari duduknya dan berjalan menghapirinya. “Gwenchana? Apa kau
sakit?” tanya Jonghyun khwatir.
Soo Hyo hanya menunduk dalam dan menggeleng. Jonghyun semakin heran, ia
sedikit membungkuk agar bisa melihat wajah yeoja itu, tapi kelihatannya Soo Hyo
mengetahui maksudnya, tepat sebelum Jonghyun bisa melihat wajahnya, dengan
cepat Soo Hyo membuang pandangannya ke sembarang arah. Jonghyun tampak sedikit
terkejut di buatnya.
“Oh—ah...” Jonghyun menggaruk-garuk kepalanya bingung.
“Apa aku menganggumu?” lanjutnya ragu.
Soo Hyo mengigit bibir. Ah~ semua kemampuan aneh ini benar-benar membuatnya
lelah. Bahkan untuk memandang orang lainpun ia harus berpikir dua kali. Soo Hyo
melirik Jonghyun yang tampak kecewa karena tak mendapat tanggapan darinya.
Yeoja itu jadi merasa bersalah di buatnya.
“Ah baiklah. Kalau begitu... aku akan pergi. Maaf jika aku mempersulitmu”
ucap Jonghyun tiba-tiba. Soo Hyo tersentak kaget, saat Jonghyun hendak berbalik
pergi, dengan cepat ia menahan lengannya. Jonghyun menoleh, di lihatnya Soo Hyo
menggeleng-geleng kuat.
Setelah memastikan Jonghyun tidak akan melangkah pergi, Soo Hyo dengan
cepat merogoh saku dress nya dan mengeluarkan sebuah memo kecil dan bolpoin.
Sepertinya yeoja ini sudah mempersiapkan segala sesuatunya untuk berjaga-jaga
di situasi seperti ini.
Soo Hyo terlihat menuliskan sesuatu. Begitu selesai, yeoja itu memandang
Jonghyun yang tampak menunggu apa yang akan di lakukannya selanjutnya.
Ragu-ragu Soo Hyo menyodorkan memo tadi padanya.
‘Maaf. Tapi bukan begitu maksudku’
Jonghyun diam sejenak, lalu kembali memandang Soo Hyo yang tampak sangat
menyesal. Soo Hyo kembali mengambil memo tadi dan menuliskan yang lainnya.
‘Aku tidak pernah bilang kau mengangguku. Hanya saja... ku lihat
akhir-akhir ini kau duduk di tempatku. Aku tak mau menganggu. Kau selalu
terlihat berpikir’
Jonghyun kini bergerak dan berhenti tepat di samping kiri Soo Hyo. Ia
melirik apa yang yeoja itu tuliskan. Namja itu tersenyum kecil, “Aku memang
sedang berpikir. Kau selalu datang ke sini. Setiap hari di sepanjang minggu.
Aku pikir kau kesepian. Jadi aku ingin menemanimu” ucap Jonghyun nyengir.
“Bolehkah?” lanjutnya.
Soo Hyo menoleh, namja itu kembali tersenyum manis. Bisa Soo Hyo rasakan
wajahnya merona. Terlebih lagi saat ia melihat apa yang Jonghyun pikirkan
tentangnya.
Ternyata dia
mengkhawatirkanku. Syukurlah.. Aku pikir aku benar-benar menganggunya’
“Bolehkah?” ulang Jonghyun lagi, membuyarkan semua lamunan Soo Hyo.
Soo Hyo mengangguk kecil. Kemudian ia kembali menulis, ‘Terima kasih. Kau
sangat baik. Tapi jangan salah berpikir tentangku, aku tidak mengkhawatirkanmu.
Hanya saja.. aku takut menganggu’
Kini balik Jonghyun yang tersentak kaget. “Ba..bagaimana kau...” Jonghyun
tampak panik. Ia terlihat malu. Bagaimana yeoja itu bisa tau apa yang ia
pikirkan?
Di sisi lain, Soo Hyo kembali
tersenyum, kelihatannya ia menemukan teman baru.
***
“Oh, kau sudah datang” Jonghyun menyambut Soo Hyo penuh senyum. Soo Hyo
balas tersenyum manis dan duduk tepat di sampingnya. Soo Hyo memandangi apa
yang Jonghyun bawa hari ini. Sebuah gitar.
“Aku sedang ada audisi. Aku ingin menjadi seorang penyanyi, jadi aku harus
berlatih agar bisa menunjukkan yang terbaik nanti. Aku bermaksud untuk berlatih
di sini. Itu tidak akan menganggumu bukan?” jelas Jonghyun yang mengerti
tatapan bingung Soo Hyo pada gitarnya itu.
Soo Hyo menggeleng pelan. Yeoja itu justru menyunggingkan senyuman manisnya
dan kembali membuang muka. Jonghyun menggaruk tekuknya, lama-lama ia jadi
heran. Soo Hyo selalu saja menghindari kontak mata dengannya. Apa ada yang
salah? Pikirnya.
Soo Hyo masih berusaha menyibukkan diri, saat tiba-tiba mulai terdengar
alunan lembut petikkan gitar di telinganya. Soo Hyo menoleh, di lihatnya
Jonghyun tampak memainkan gitarnya hingga menjadi sebuah alunan lagu yang
begitu indah.
Backsound : Sung Shi Kyung – i like
I couldn’t ask you how were you doing
I just said an awkward hello
When our delightful but short greetings ended
I faintly saw a sorry heart
It’s …
I just said an awkward hello
When our delightful but short greetings ended
I faintly saw a sorry heart
It’s …
Jonghyun mulai menyanyi mengikuti iringan gitarnya.
I couldn’t ask you how were you doing
I just said an awkward hello
When our delightful but short greetings ended
I faintly saw a sorry heart
I just said an awkward hello
When our delightful but short greetings ended
I faintly saw a sorry heart
It’s alright, it’s alright- it’s all in the past
The reason I couldn’t smile at you isn’t because I despise you
It’s alright, it’s alright- I just want to bury it
Am I also a warm memory to you as well?
The reason I couldn’t smile at you isn’t because I despise you
It’s alright, it’s alright- I just want to bury it
Am I also a warm memory to you as well?
Soo Hyo hanya diam. Ia memalingkan wajahnya memandangi langit sore itu
dengan tatapan mata yang berubah sendu. Harus ia akui, suara Jonghyun
benar-benar merdu. Begitu lembut dan indah.
We promised each other that we would be each
other’s last
But we ended up just being passing by lovers
Because the things I wanted to give you still remain in my heart
Even after you left, I’m still welled up in that place
But we ended up just being passing by lovers
Because the things I wanted to give you still remain in my heart
Even after you left, I’m still welled up in that place
It’s alright, it’s alright- it’s all in the past
The reason I couldn’t smile at you isn’t because I despise you
It’s alright, it’s alright- I just want to bury it
Did you cry a little because of me as well?
The reason I couldn’t smile at you isn’t because I despise you
It’s alright, it’s alright- I just want to bury it
Did you cry a little because of me as well?
Ingin sekali. Rasanya ingin sekali Soo Hyo ikut menyanyi bersama namja ini.
Mengiringinya. Sudah lama.. lama sekali Soo Hyo tak lagi menyanyi. Ia
merindukan kegiatan ini. Ingin... sekali saja...bisa menyanyi...lagi..seperti
dulu...sangat rindu...
Telinga Soo Hyo masih mengikuti alunan musik dan suara lembut Jonghyun.
Tanpa Soo Hyo sadari mulutnya mulai bergerak. Bergerak untuk menimbulkan suara.
Suara sekecil apapun itu, ia ingin bisa di dengar. Soo Hyo terus berusaha untuk
berbicara. Ia berusaha menyanyi. Ia berusaha mengeluarkan suaranya.
Tapi tidak bisa. Tidak terdengar apapun. Air mata sudah memupuk di kedua
sudut matanya. Ia tak sanggup lagi. Ia hanya ingin di dengar. Impiannya..
Tess
Akhirnya air mata itu jatuh. Soo Hyo mulai menangis, tapi ia tak peduli. Ia
terus saja berusaha mengeluarkan suaranya. Terus..terus... hingga
tenggorokkannya terasa begitu perih dan kering.
Sementara itu Jonghyun menghentikan gerak tangan dan lagunya. Ia menoleh, di
lihatnya Soo Hyo yang terus berusaha untuk bersuara. Juga linangan air mata
itu.
Jonghyun diam. Raut wajahnya berubah keruh. Ia bisa merasakan bagaimana
sakitnya perasaan Soo Hyo. Jonghyun tidak bisa membayangkan jika ia berada di
posisi gadis itu. Tidak bisa berbicara, tidak bisa bernyanyi.. tidak bisa..
bersuara...
Tanpa Jonghyun sadari matanya mulai terasa memanas dan basah. Matanya memerah
menahan genangan air mata yang tiba-tiba saja sudah muncul di kedua pelupuk
matanya. Jonghyun mengangkat wajahnya, menahan agar genangan air itu tak jatuh.
Jonghyun kembali menoleh, di lihatnya yeoja itu sudah berhenti. Yeoja itu
tampak diam, memandang lurus kedepan dengan tatapan kosong tetapi air matanya
masih terus saja jatuh membasahi pipi mulusnya.
“Gwenchana... kau masih bisa. Kau masih bisa berbicara, kau masih bisa
bersuara, kau masih bisa berteriak...” ucap Jonghyun tiba-tiba.
Soo Hyo menoleh, di lihatnya Jonghyun yang tampak sama kacaunya sepertinya.
Mata dan hidungnya memerah, tetapi namja itu masih tetap berusaha tersenyum.
“Kau masih bisa bicara, di sini..” Jonghyun menyetuh dadanya. Menunjukkan letak
hatinya.
Soo Hyo masih diam. Ia menunduk, perlahan gerak tangannya naik menyentuh
dadanya. “Meskipun tak bisa di dengar orang lain, setidaknya kau masih bisa
mendengarnya untuk dirimu sendiri. Hatimu.. kau pasti bisa mendengar apa kata
hatimu bukan? Jangan merasa sendirian. Jangan merasa kalau dirimu berbeda..”
lanjut Jonghyun lagi.
Mata Soo Hyo kembali memanas. Ia mengangkat wajahnya, mencoba menebak apa
yang namja ini pikirkan. Apakah ia mengatakan itu karena kasihan? Apa ia hanya
berpura-pura mengerti apa yang ia rasakan?
Soo Hyo kembali menangis saat ia tau bahwa Jonghyun tak begitu. Namja itu
tulus dari dalam hatinya. Namja itu ikut menangis untuknya. Bukan karena
kasihan, tapi karena memang namja itu benar-benar mengerti apa yang ia rasakan.
Jonghyun semakin tampak sendu. Ia meletakkan gitarnya di sisi kiri dan
mendekati Soo Hyo. Dengan lembut Jonghyun menarik pundak Soo Hyo dan
memeluknya. Ia mengelus-elus lengannya penuh sayang.
“Sungguh... tidak apa-apa.. jangan menangis lagi...” bisiknya lirih.
***
“Jadi begitukah? Menurutmu begini lebih baik?” tanya Jonghyun lagi. Soo Hyo
mengangguk, kemudian kembali menulis di memo kecilnya.
‘Aku rasa jika temponya sedikit lebih tinggi lagunya akan terdengar lebih
baik’
Jonghyun mengangguk-angguk mengerti.
Ia mencoret sedikit not-not di kertas lagunya dan menggantinya sesuai
saran Soo Hyo tadi. Setelah selesai, ia kembali sibuk dengan gitarnya.
Memainkan ulang lagu-lagu itu.
“Ah~ benar. Ini terdengar lebih baik” seru Jonghyun setelah itu. Ia beralih
memandang Soo Hyo kagum, “Ternyata kau memiliki begitu banyak bakat
tersembunyi. Kau bahkan bisa mengerti hingga sedetail ini. Kau benar-benar
membantuku” puji Jonghyun serius. Soo Hyo hanya balas tersenyum lebar dan
kembali menulis.
‘Aku hanya mengerti sedikit. Jangan memujiku terlalu banyak’
“Hehehe... Kau terlalu merendah” Jonghyun menyenggol lengan Soo Hyo nakal.
‘Anio. Sungguh. Kalau saja kau tidak berpikir pada bagian nada itu terasa
sedikit aneh, aku juga tidak akan menyadari ada kesalahan di sana. Aku membantu
memperbaiki sedikit’
“Eh?” Kening Jonghyun berkerut. Ia bahkan tidak ingat ada mengatakan pada
Soo Hyo tentang itu. Ia hanya memikirkannya. Tapi.. bagaimana yeoja ini bisa
tau? Bukan hanya kali ini saja, beberapa kali Soo Hyo selalu menanggapi apa
yang ia pikirkan. Itu aneh. Seakan-akan ia bisa membaca apa yang ia pikirkan.
Lagi. Soo Hyo bisa melihat apa yang Jonghyun pikirkan. Ia panik. Ia tak mau
Jonghyun tau kalau ia memang bisa. Ia pasti akan di anggap aneh dan picik
karena membaca pikiran orang lain seenaknya.
‘Aku hanya menebak. Jangan berpikir yang aneh-aneh. Sungguh’
Jonghyun semakin kaget begitu membaca tulisan Soo Hyo kali ini. “Lagi. Kau
melakukannya lagi. Bukankah ini membuktikan sesuatu?” tanya Jonghyun curiga.
Soo Hyo mengigit bibir. Ia menggeleng.
‘Tidak ada apapun. Sungguh. Aku tidak melakukan apapun. Aku hanya menebak’
Jonghyun diam. Tetapi manik matanya melirik Soo Hyo dengan tatapan bingung
dan penuh rasa ingin tau. Entah apa yang di pikirkannya. Tapi semakin lama, ia
mulai merasa Soo Hyo terlihat semakin aneh.
***
‘Arrgghh... Anak ini
benar-benar menyebalkan! Kenapa dia tidak mati saja sih? Benar-benar merepotkan
semua orang! Karena dia! Uang jajan ku terpaksa di kurangi! Buat apa sih
mengobati anak sial ini?! Memangnya kalau tidak bisa berbicara dia bisa mati?!’
Soo Hyo menunduk dalam. Ia sudah hampir menangis. Ia benar-benar tak
menyangka, Jung Kyo, kakak semata wayangnya itu akan berpikir seperti itu.
Mengharapkan kematiannya. Apakah ia benar-benar menyebalkan? Kenapa semua orang
membencinya? Hanya karena uang? Begitukah?
“Soo Hyo sayang, ini obatmu. Jangan sampai tenggorokkanmu kering. Unnie
tidak akan tega melihatmu kesakitan lagi karena perih” ucap Jung Kyo menunjuk
tenggorokkannya lalu tersenyum manis.
Kali ini Soo Hyo benar-benar menangis. Jung Kyo yang melihat itu sempat
tersentak kaget di buatnya. Ia bingung, kenapa tiba-tiba?
“O-oo.. waeyo? Tenggorokkanmu sakit lagi?” tanya nya bingung. Soo Hyo masih
terus menangis dan memandangi Unnie nya itu penuh sayang.
Unnie... Aku menyanyangimu..
sungguh..Aku tidak bermaksud untuk membebanimu.. Kumohon... jangan
membenciku...’ ucap Soo
Hyo dalam hati, tapi tetap saja, Jung Kyo tak akan pernah bisa mendengarnya.
Jung Kyo semakin di buat bingung saat Soo Hyo tiba-tiba saja bergerak
memeluknya. Soo Hyo tak peduli saat unnie nya itu mulai sedikit memberontak, ia
semakin mempererat pelukkannya.
Unnie..kumohon jangan berpikir agar aku mati. Aku tidak
mau... Aku tidak mau mati...’
***
Soo Hyo duduk termenung di kursinya. Tetap di tempat seperti biasa. Sore
itu Soo Hyo kembali ke taman, tapi ada yang aneh. Jonghyun tidak ada di sana.
Biasanya namja itu pasti datang beberapa menit lebih cepat. Tapi kali ini?
Soo Hyo celingak-celinguk mencari namja itu. Ia terus saja memandang ke
seluruh penjuru taman, tapi tetap tidak ketemu. Namja itu tidak terlihat di
manapun. Soo Hyo menghela nafas putus asa. Ia merasa benar-benar kesepian.
Terlebih lagi ia sedang merasa sedih kali ini.
Jonghyun. Hanya namja itu yang bisa memperbaiki suasana hatinya. Tapi
dimana dia? Soo Hyo benar-benar membutuhkan namja itu...sekarang!
“Soo Hyo-ah...” seseorang memanggilnya.
Spontan Soo Hyo mendongak, senyuman lebar tersungging di kedua sudut
bibirnya begitu manik matanya menangkap sosok Jonghyun di belakangnya. Jonghyun
balas tersenyum tipis, ragu-ragu Jonghyun mengambil posisi duduk di sampingnya.
Hening.
Ini aneh. Biasanya Jonghyun akan banyak bicara. Tapi kali ini namja ini
tampak diam. Soo Hyo beralih mengamati Jonghyun, apa dia punya masalah? Soo Hyo
benar-benar ingin tau.
“Berhenti!” tegur Jonghyun tiba-tiba.
Soo Hyo belum lagi melakukan apapun untuk membaca pikiran namja itu saat
tiba-tiba Jonghyun membentaknya. Soo Hyo sedikit terlonjak kaget, terlebih saat
Jonghyun menoleh ke arahnya dengan tatapan mata yang sulit di artikan.
“Jangan mencoba untuk membaca apa yang aku pikirkan. Jebal” Lanjutnya.
Soo Hyo semakin shock. Matanya mengerjap-ngerjap tak percaya. Bagaimana
bisa? Bagaimana Jonghyun bisa tau?
“Aku tidak mengerti...Aku..Hanya saja..Mianhae, aku tidak bermaksud
membentakmu tapi.. mungkin aku gila berpikir seperti ini, tapi aku rasa kau
selalu membaca pikiranku. Aku tidak suka. Itu mengangguku. Aku merasa ruang
gerakku menjadi terbatas” jelas Jonghyun lagi.
Soo Hyo menunduk. Ia benar-benar tak berani menatap Jonghyun. Di sisi lain,
Jonghyun mengigit bibir. Melihat yeoja itu sama sekali tak mengelak membuatnya
semakin yakin.
Jujur, mendadak ia menjadi merasa merinding. Yeoja ini benar-benar aneh. Ia
begitu misterius. Ia benar-benar mengerikan. Sebenarnya Jonghyun tidak tega,
tapi ia benar-benar takut. Apalagi membaca pikiran orang lain benar-benar tidak
sopan.
“Aku akan pulang sekarang. Aku juga... tidak akan datang lagi. Aku harus
fokus pada audisiku. Mianhae. Jaga dirimu” pamit Jonghyun tiba-tiba dan
berbalik pergi begitu saja.
Soo Hyo mengangkat wajahnya. Ia sedikit kaget dengan kata-kata Jonghyun
barusan. Tidak akan datang lagi? Tapi kenapa? Apa karena dia bisa membaca
pikirannya?
Soo Hyo panik, ia berjalan cepat menyusul Jonghyun. Ia tidak mau kehilangan
namja ini. Hanya ia yang bisa mengerti perasaannya. Hanya ia yang bisa
membuatnya merasa nyaman. Soo Hyo menahan lengan Jonghyun hingga mau tidak mau
langkah namja itu berhenti.
Jonghyun menoleh. Bisa di lihatnya tatapan memelas Soo Hyo. Jonghyun
mengigit bibir. Ia sungguh tak tega, tapi ini demi kebaikan dirinya. Soo Hyo
yeoja aneh! Ia mengertikan! Kata-kata itu terus terngiang-ngiang di kepalanya.
Sementara itu, Soo Hyo yang melihat tak ada perlawanan dari Jonghyun.
Pelan-pelan mulai melepaskan pengangannya pada lengan Jonghyun. Dengan gerak cepat
ia merogoh memo di sakunya. Ia kembali menulis. Saat baru saja ia mengangkat
kepalanya untuk melihat Jonghyun, tiba-tiba namja itu sudah pergi. Bisa ia
lihat, Jonghyun berlari menjauhinya. Namja itu terlihat sangat ketakutan berada
di dekatnya.
Tatapan mata Soo Hyo berubah keruh. Secarik kertas yang tadinya ingin ia
serahkan, jatuh dari sentuhan jari-jarinya begitu saja. Ia lemas, lututnya tak
lagi kuat menompang berat tubuhnya. Soo Hyo jatuh terduduk di rerumputan, air
matanya sudah mulai menggenang.
‘Jebal. Jangan tinggalkan aku. Aku membutuhkanmu.Tak ada lagi yang
menginginkanku. Jangan pergi. Jebal’ begitulah yang tertulis di secarik kertas
tadi sebelum akhirnya melayang ikut terbang bersama dengan bertiupnya angin.
***
Tidak ada.
Hari ini juga tidak ada.
Soo Hyo duduk lemas di kursinya. Hari ini, lagi-lagi ia tak menemukan
Jonghyun di sini. Namja itu serius. Ia benar-benar menepati ucapannya. Tidak
akan datang lagi.
Soo Hyo kembali di buat menangis karenanya. Sudah hampir seminggu, dan
Jonghyun benar-benar tidak datang. Setiap hari Soo Hyo selalu datang ke taman
berharap akan menemukan namja itu di sana. Berharap semua yang Jonghyun katakan
hanyalah guyonan untuk mengerjainya. Tapi tidak begitu. Ia memang tak akan
pernah datang.
Soo Hyo kecewa. Ia sedih. Hatinya terasa benar-benar sakit. Ia benci rasa
kesepian ini. Ia benci rasa kerinduan ini. Ia benci jika mengetahui Jonghyun
tidak ada di sini. Ia tak mempunyai teman selain dia. Ia tak mempunyai siapapun
lagi. Bahkan keluarganya.
- Soo Hyo P.O.V –
Aku tidak mengerti...
Aku tidak mengerti...
Sungguh...
Umma... Appa... Unnie... mereka semua tak menyukaiku. Aku hanya beban. Aku
hanya masalah bagi mereka. Aku menghabiskan uang mereka. Mereka...
benar-benar..
Mereka bahkan lebih menyayangi uang daripada aku...
Mereka bilang lebih baik aku mati...
Begitukah? Hanya karena aku tak bisa berbicara?
Umma... Appa... Ini aku.. Shin Soo Hyo.. puteri kalian... yang selalu
kalian banggakan karena semua orang memuji suaraku...
Unnie... ini aku... Adikmu... yang selalu kau kerjai.. yang selalu kau buat
menangis saat kau mengejek suaraku seperti bebek...
Kalian melupakannya... Kalian melupakanku... Karena suaraku... Appa...
Umma.. Seandainya aku bisa... aku tidak akan pernah inginkan ini. Aku tidak pernah ingin seperti ini. Aku akan
menjadi seorang penyanyi... kalian ingat? Kalian bilang aku pasti akan
berhasil.. kalian bilang... aku pasti akan bisa bicara lagi...
Kalian bohong... Kalian bahkan berpura-pura baik padaku...
Bahkan Jonghyun... Dasar bodoh! Kau bilang kau mau menjadi temanku...
Kau bilang kau mau menemaniku...
Kau bohong... Kau pecundang! Kalian semua pembohong!!!!!
Aku benci kalian!!! Aku benci!!!
Umma... Appa... Unnie... Jonghyun-ah... aku benci kalian. Sungguh. Aku
tidak berbohong... Aku benci...
- Soo Hyo P.O.V End –
Soo Hyo terus saja menangis sesegukkan. Ia ingin berteriak. Ia ingin
berteriak sekeras mungkin. Tapi tidak bisa. Tidak ada yang mendengar. Tidak ada
seorangpun...
Di saat Soo Hyo sudah benar-benar putus asa, tiba-tiba kedua bola matanya
secara tak sengaja menangkap sosok Jonghyun di kejauhan. Spontan ia bangkit
dari duduknya. Matanya terus saja mengikuti gerak namja itu yang mulai berjalan
keluar taman. Ia terlihat membawa ransel gitarnya, ah benar.. ia pasti akan
ikut audisi hari ini.
Soo Hyo bergerak cepat. Ia berlari. Ia berlari secepat yang ia bisa. Ia tak
ingin kehilangan namja itu lagi. Walaupun nanti Jonghyun akan mengusirnya,
bahkan membentaknya sekalipun, ia tak peduli. Ia hanya ingin namja itu.
Jonghyun. Hanya dia.
Dengan nafas yang begitu ngos-ngosan, Soo Hyo tetap terus berlari. Sedikit
lagi. Hampir sampai....
Soo Hyo mulai berteriak
memanggilnya.
Jonghyun...
Jonghyun...
Jonghyun...
Ku mohon, dengar aku...
Jonghyun...
Jebal... berhenti...
Soo Hyo sudah hampir mendapatkannya. Sedikit lagi. Sedikit lagi. Sedikit
lagi....
BRUuuukkkk...
Badan mobil itu dengan sukses menghantam tubuh kurus Soo Hyo hingga ia
jatuh terpental ke tanah.
“Kyaaa!!!!!” pekik yeoja-yeoja yang melintas.
Jonghyun menoleh, jalan raya sudah tampak ramai dengan puluhan orang yang
berlarian mendekat. Keningnya berkerut. Ia berjalan mendekati keramaian, tapi sedetik
setelah itu ia kembali melirik jam tangannya. Ia sudah terlambat! Tidak ada
waktu.
Jonghyun kembali berbalik arah. Setengah berlari ia berjalan menjauhi taman
menuju tempat audisi. Terus berlari dan berlari. Tanpa ia sadari, sepasang mata
terus mengamatinya. Mungkin untuk yang terakhir kali, yeoja itu bisa
melihatnya. Kim Jonghyun.
“Joo..ngunn..” panggil Soo Hyo sebelum akhirnya pingsan tak sadarkan diri.
***
Jonghyun menoleh.
Tak ada siapapun. Semua orang yang berlalu lalang tampak sibuk dengan
urusannya masing-masing. Tapi ia sangat yakin, baru saja, ada seseorang yang
memanggilnya.
“Siapa?” gumamnya bingung.
***
- Satu Bulan Kemudian –
Jonghyun menghentikkan langkahnya tiba-tiba. Matanya seakan tertarik
melihat sebuah kursi istirahat di salah satu sudut taman pagi itu. Ia sudah
hampir terlambat. Seharusnya Jonghyun terburu-buru menuju gedung managemen.
Benar, ia berhasil lolos audisi dan hari ini adalah hari pertama untuknya
menjalani trainee.
Tapi saat melewati taman, entah kenapa ia ingin sekali melihat tempat itu.
Tempat dimana biasanya ia melihat seorang gadis duduk melamun seorang diri.
Tatapan mata Jonghyun berubah keruh. Benar. Rasanya sudah lama sekali ia tak
melihat yeoja itu. Bagaimana kabarnya sekarang? Apakah ia sehat? Apakah ia
mendapatkan seorang donor pita suara? Ah~ molla...
Jonghyun kembali ingin melangkah pergi, tetapi hatinya tetap ingin tinggal.
Jonghyun semakin gelisah. Ia kembali menoleh, memandangi bangku taman yang
kosong itu. Ia mulai merindukan sosok itu. Terlebih lagi perpisahan mereka saat
itu bisa di bilang terlalu kejam. Mungkin Soo Hyo memang aneh, tapi ia tetap
saja seorang yeoja yang malang.
Entah keberanian dari mana, bukannya pergi ke gedung managemen, Jonghyun
justru berbalik arah. Ia sibuk membongkar isi tasnya, berusaha mencari sesuatu.
Gerakkannya terhenti begitu ia menemukan sebuah lipatan secarik kertas kucel
yang sudah begitu lama terselip di sana. Pelan-pelan Jonghyun membukanya. Ia
tersenyum tipis. Ketemu. Jonghyun akan mengunjunginya. Yeoja itu. Shin Soo Hyo.
***
Jonghyun berhenti tepat di depan sebuah rumah yang bisa di bilang cukup
besar. Sekali lagi ia mencocokkan alamatnya. “Tidak salah lagi. Ini rumahnya”
gumam Jonghyun yakin.
Jonghyun tampak gugup. Sebentar ia merapikan pakaiannya dan menarik nafas
dalam. Ia melirik sebucket mawar yang baru saja di belinya tadi. Ia tersenyum
tipis. Ia tak yakin Soo Hyo masih ingin melihatnya setelah apa yang di
lakukannya terakhir kali. Tapi ia tak mau mundur begitu saja. Ia ingin meminta
maaf. Jika memang ingin berpisah, makan harus berpisah dengan cara baik-baik.
Pikirnya.
Jonghyun melenggang masuk. Beberapa kali ia menekan bel. Mulanya tak ada
satu orang pun yang membukakan pintu. Jonghyun terus saja menekannya hampir
sebanyak 20 kali saat tiba-tiba seorang wanita paruh baya berpenampilan kucel
dan berantakkan datang membukakan pintu.
“Ee—Annyeonghaseo.. aku ingin bertemu Soo Hyo. Aku rasa benar ini rumahnya”
ucap Jonghyun ragu. Sekilas ia memperhatikan wanita itu. Ia tampak berantakkan.
Rambutnya kusut tak teratur, kantung mata terlihat di bawah kedua matanya yang
terlihat bengkak seperti baru saja menangis sepanjang malam.
“Soo..Soo Hyo? Siapa kau? Ada apa kau mencari puteriku? Kenapa kau
mencarinya?!” cecar wanita itu yang tak lain adalah Ummanya Soo Hyo. Jonghyun
tersentak, tapi dengan cepat ia balas menjawab “Aku.. Ee—kami berteman. Jadi,
apakah dia ada di rumah?”
Umma Soo Hyo tampak sangat terkejut saat mendengar kata ‘teman’ dari mulut
Jonghyun. Tapi sedetik setelah itu ia justru menangis, “Benarkah itu? Kau
temannya? Jadi puteriku memiliki teman? Syukurlah... mungkin dengan begini kau
bisa membantu kami. Jebal. Bisakah? Bisakah kau membantu kami? Untuknya, Soo
Hyo..Puteri kami yang malang”
***
Jonghyun hanya bisa diam dan bungkam di tempatnya berdiri. Tatapan matanya
berubah keruh. Pelan-pelan ia mulai berjalan mendekati pintu salah satu ruang
rawat rumah sakit jiwa itu. Kaki Jonghyun terasa begitu lemas, ia hampir saja
terjatuh kalau saja tidak dengan cepat tangannya memegang ganggang pintu kamar
tadi untuk menompang tubuhnya.
Kedua matanya terus saja menatap lekat seorang yeoja yang tampak duduk
meringkuk di sudut kamar. Yeoja itu tampak ketakutan, ia terlihat menangis,
tetapi di detik berikutnya ia justru tersenyum sumringah.
Tapi bukan itu yang membuat Jonghyun benar-benar terpukul. Kini ia
melihatnya sendiri. Yeoja itu.. Umma Soo Hyo bilang... karena kecelakaan itu, Soo
Hyo menjadi buta dan tuli. Lihatlah yeoja malang itu, mungkin matanya terbuka,
tetapi tatapan matanya terlihat kosong. Menggambarkan kepedihan, kesendirian,
kesepian dan penderitaan.
Akhirnya Jonghyun benar-benar menangis. Air matanya benar-benar sudah tidak
bisa tertampung lagi. Air mata itu terus saja jatuh tanpa henti.
“Soo Hyo-ah... Mianhae... Jeongmall Mianhae...” Jonghyun menangis dan terus
menangis. Sedetikpun matanya tak pernah lepas dari sosok yeoja cantik itu.
Teman lama yang begitu spesial.
***
Cekrek
Pintu kamar rawat Soo Hyo di buka pelan-pelan. Ruangan itu tampak sangat
gelap. Hanya ada sedikit cahaya dari sela-sela gorden jendela kamar yg terbuka
tertiup angin. Seorang wanita paruh baya melengoh masuk ke dalam ruangan. Bisa
di lihatnya puteri bungsunya itu masih duduk meringkuk di sudut ruangan.
Lalu ia kembali melihat sudut ruangan yang satu lagi. Seorang namja
terlihat ikut duduk meringkuk di sudut sambil memeluk kedua lututnya. Tatapan
mata namja itu terus tertuju lurus pada Soo Hyo yang berada di sebrangnya.
Samar-samar masih bisa di dengar tangis namja itu. Ia pasti merasa sangat
bersalah.
Umma Soo Hyo berjalan masuk dan menyalakan lampu hingga ruangan itu menjadi
terang benerang. Jonghyun menoleh, ia terlihat gusar. “Kenapa di nyalakan?!
Biarkan gelap seperti tadi. Aku juga... ingin bisa merasakan. Bagaimana jika
aku tidak bisa melihat...” ucapnya yang kini kembali memandangi Soo Hyo di
pojokkan.
Umma Soo Hyo tampak semakin menyesal. Ini sama sekali tak membantu. Wanita
itu berjalan menghampiri Jonghyun, “Maafkan aku. Tapi ini tidak benar. Kau
harus lanjutkan hidupmu. Aku sudah salah meminta bantuanmu. Maafkan aku”
ucapnya lirih.
Ia kembali mengamati Jonghyun. Namja itu terlihat kucel. Mata dan hidungnya
merah, dan pipinya sudah semakin tirus. Yang benar saja, sudah hampir seminggu
namja itu terus duduk diam di sana dan menemani Soo Hyo. Tak memperdulikan
kesehatannya, pola makannya, bahkan mimpinya untuk menjadi seorang penyanyi.
Namja ini benar-benar...
“Pulanglah” ucap Umma Soo Hyo yang sudah tak sanggup lagi melihat Jonghyun
semakin menderita. Jonghyun tak bergeming, ia hanya diam tanpa melepaskan
pandangannya dari Soo Hyo sedetikpun.
“Kumohon. Pulanglah. Jebal...” pintanya lagi.
“Kumohon. Kau akan semakin mempersulit kami. Walaupun kau duduk disini
sampai mati, kau tidak akan membantu apapun. Kau takkan bisa mengembalikan
semuanya seperti sedia kala. Pulanglah”
Kali ini Jonghyun bergerak, ia mendongak. Ia memandang Umma Soo Hyo dengan
tatapan yang sulit di artikan. Mulanya Umma Soo Hyo pikir namja ini pasti tetap
bersikeras untuk tetap tinggal di sana, tapi semuanya salah. Tiba-tiba Jonghyun
berdiri dari duduknya.
“Benar. Ini semua sama sekali tak bisa membantu. Soo Hyo tetap takkan bisa
melihat dan mendengar lagi walaupun aku tetap tinggal di sini sampai mati”
gumam Jonghyun yang kini kembali melirik Soo Hyo.
“Tapi aku tau apa yang bisa...” lanjutnya.
***
Jonghyun hanya duduk diam. Ia lebih memilih tak banyak bicara. Ia tau kini
semua orang menatap ke arahnya. Mungkin mereka semua berpikir dia gila melakukan ini, tapi ia
sudah yakin. Ia tak peduli dengan apa yang orang lain pikirkan, ia hanya ingin
melakukan sesuatu. Ia ingin yeoja itu, Soo Hyo bisa kembali normal. Ia tak
pernah sanggup jika harus melihat Soo Hyo lebih menderita lagi. Ia merasa
sebagian dari musibah ini adalah karena kesalahannya. Ia akan melakukan apapun,
bahkan kalaupun harus mengorbankan dirinya.
Jonghyun tidak mengerti apa yang ia inginkan. Apa yang sebenarnya ia
lakukan sekarang. Yang ia ketahui saat ini adalah menyelamatkan dia. Yeoja yang
entah sejak kapan sudah berhasil menarik semua gerak dan pikirannya untuk
selalu melihat yeoja itu. Ia merindukan tawa dan senyuman manisnya. Gerak
lincahnya. Semuanya...
“Kau tau resikonya akan sangat besar. Kau akan tuli, kau akan bisu, dan
kemungkinan terbesar selain kebutaan.. kau akan mati. Apa kau yakin?” tanya
Dr.Kim entah untuk yang keberapa kalinya.
“Ne. Aku sudah mengatakannya beberapa menit yang lalu. Kalian tak percaya
padaku?” Jonghyun balik bertanya.
Dr.Kim, Umma, Appa Soo Hyo dan Jung Kyo saling bertukar pandang. Mereka
semua terlihat ragu, walaupun bisa di bilang inilah satu-satunya kesempatan
untuk menyelamatkan Soo Hyo, mereka tetap tak bisa menerimanya begitu saja
dengan tangan terbuka.
“Aku sudah memikirnya.. sungguh. Biarkan aku melakukan ini untuknya”
Jonghyun masih mencoba untuk menyakinkan semua orang dengan keputusannya untuk
mendonorkan semuanya. Semua yang ia punya, tetapi sesuatu yang tidak Soo Hyo miliki.
“Kau yakin? Bagaimana dengan keluargamu?” Tanya Appa Soo Hyo lagi.
Jonghyun hanya diam. Semua orang bisa melihat namja itu nyaris menangis
saat Appa Soo Hyo menyinggung tentang keluarganya. “Tidak apa. Mereka pasti
akan mengerti...” jawabnya pelan, nyaris berbisik.
Semua orang mendesah. Mereka semua tetap terlihat tak yakin. Tapi Jonghyun
tetap bersikeras. “Baiklah. Kami terima kebaikan mu anak muda. Terima kasih...”
Appa Soo Hyo menepuk pundak Jonghyun pelan sebelum akhirnya pergi meninggalkan
ruangan. Tidak ada yang tau, tapi lelaki paruh baya itu juga menangis. Semuanya
terasa begitu berat. Keputusan yang benar-benar sulit untuknya.
***
Semua perlengkapan sudah siap. Beberapa orang dokter spesialis bedah sudah
berada di tempat. Ruang operasipun sudah di ramaikan dengan beberapa suster
yang akan ikut ambil andil dalam operasi hari ini. Soo Hyo sudah dibawa masuk.
Yeoja itu masih tampak kebingungan, ia bisa merasakan keberadaan banyak orang
di sekitarnya. Tapi ia tidak bisa melihat ia ada di mana sekarang, ia juga tak
bisa mendengar apa yang orang-orang itu bicarakan, dan ia juga tidak bisa
bertanya..apa yang akan mereka lakukan.
Tak lama setelah Soo Hyo sampai, pintu kembali terbuka. Seorang namja
berjalan lambat memasuki ruang operasi. Ia sudah siap dengan pakaian pasiennya.
Wajahnya tampak sangat pucat dan tirus, tapi namja itu tetap berusaha untuk
tersenyum.
Jonghyun mengambil posisi duduk tepat di samping tempat tidur pasien Soo
Hyo. Ia terus memandangi wajah yeoja itu. Yeoja itu tampak diam sambil sesekali
tersenyum. Jonghyun benar-benar tidak tega. Yeoja itu.. benar-benar despresi.
Lagipula, kalau saja ia memang masih bisa berpikir secara rasional, Jonghyun
yakin yeoja itu pasti akan lebih memilih untuk bunuh diri. Ia buta, tuli dan
bisu. Siapa yang akan tahan dalam kondisi seperti itu?
Salah satu suster meminta Jonghyun untuk berbaring. Jonghyun menurut,
sebentar lagi.. mungkin semuanya akan berakhir. Mungkin ini adalah kali
terakhirnya bisa melihat Soo Hyo. Jonghyun menoleh, ia tersenyum tipis melihat
wajah polos yeoja di sampingnya itu. Entah bagaimana bisa, seakan mengerti, Soo
Hyo ikut menoleh. Walaupun ia buta, tapi tatapan matanya menatap lurus ke arah
Jonghyun.
- Jonghyun P.O.V –
Aku kembali tersenyum. Ia melihatku. Ia melihat ke arahku.
Soo Hyo-ah... apa kau bisa merasakan keberadaanku?
Kau tau aku di sini? Syukurlah...
Aku senang, setidaknya di saat-saat terakhirku seperti ini, kau bisa tau
aku ada di dekatmu. Aku tidak akan lari lagi, aku tidak akan meninggalkanmu
lagi setelah ini. Aku janji.
Hhh.. Aku bisa merasakan suntikan obat bius ini. Tatapan mataku mulai
meracau. Wajah Soo Hyo semakin memudar. Tunggu sebentar, ku mohon. Aku ingin
bisa melihatnya sedikit lebih lama. Aku mohon.
Soo Hyo-ah..
Kau bisa mendengarku?
Kau bisa membaca apa yang aku pikirkan, benarkan?
Aku mohon, kali ini dengarkan aku..
Mianhae.
Jeongmall Mianhae Soo Hyo-ah...
Aku memang kejam... Tak seharusnya aku pergi...
Kau pasti sangat menderita... Maafkan aku..
Kau percaya keajaiban?
Aku percaya... Saat aku melihatmu, aku sadar bahwa kau adalah
keajaibanku...
Jadi setelah ini, saat kau bisa kembali melihat..
Saat kau bisa kembali mendengar...
Dan...saat kau sudah bisa berbicara...
Berjanjilah kau akan menjadi seorang penyanyi hebat seperti mimpimu. Aku
akan selalu bersamamu. Kita akan raih impian kita bersama-sama. Berjanjilah...
- Jonghyun P.O.V End –
Tatapan mata Jonghyun semakin sayu. Tapi ia tetap tersenyum, meskipun tetes
demi tetes air mata mulai mengalir jatuh dari kedua sudut matanya. Ia sama
sekali tak menyesal. Ia senang, bisa membantu yeoja... yang baru kala ini dia
sadari. Yeoja yang begitu istimewa di hatinya...
“Saranghaeyeo... Soo Hyo-ah...” gumam Jonghyun lirih sebelum akhirnya
benar-benar tak sadarkan diri.
***
Jonghyun membuka matanya. Silau. Ia mengangkat satu tangannya untuk
menangkis cahaya putih itu dari matanya. Kepala Jonghyun terasa sangat berat
dan pusing. Pelan-pelan Jonghyun mulai bisa menetralkan penglihatannya.
Semuanya berwarna putih. Begitu tenang...
“Ini di surga? Aku sudah mati?” gumam Jonghyun lirih.
Ia tersenyum kecut. Tiba-tiba otaknya kembali membawanya pada kenangan
terakhirnya. Benar, di ruangan operasi itu. Ia masih ingat bagiamana
garis-garis wajah yeoja itu. Entah kenapa Jonghyun kembali menangis.
“Kau harus selamat...” gumamnya.
Jonghyun memalingkan wajahnya, samar-samar ia bisa melihat bayangan Soo Hyo
yang duduk dan tersenyum manis padanya. Jonghyun tertegun, refkleks ia bangkit
dari tidurnya.
“Soo..Hyo-ah...”panggilnya kaget.
Yeoja itu tak menanggapi, ia masih terus tersenyum. Jonghyun bungkam.
Tatapan mata yeoja itu masih terlihat sama. Tampak kosong.
“Ba..bagaimana? Bukankah kau.. ah mataku...” Jonghyun meraba daerah sekitar
matanya. Benar, ia masih bisa melihat. Lalu apa ini? Jonghyun mengedarkan
pandangannya ke sekitarnya. Matanya terbelalak kaget begitu menyadari ia masih
berada di rumah sakit. Tepatnya di salah satu ruang rawat.
“M..mwo? Tapi.. bukankah?”
Cekrek
Tiba-tiba seseorang melenggang masuk. Jonghyun mendongak, bisa di lihatnya
Umma Soo Hyo berjalan masuk dan tersenyum tipis padanya. Jonghyun masih
bingung, hatinya bertanya-tanya dengan apa yang terjadi saat ini. Tapi seakan
mengerti, Umma Soo Hyo mulai bicara.
“Kami membatalkan operasinya..”
Jonghyun semakin terbelalak kaget, “Mwo? Tapi kenapa?”
Umma Soo Hyo kembali tersenyum tipis, “Ini bukan kemauan kami. Soo Hyo
sendirilah yang membatalkan operasinya” jawabnya yang kembali membuat Jonghyun
kaget setengah mati. Ia kini beralih memandang Soo Hyo.
“Saat itu, suster baru akan menyuntikkan obat biusnya pada Soo Hyo. Tapi
tiba-tiba...”
- Flashback –
Prankkk
Soo Hyo memberontak. Ia turun dari tempat tidurnya. Berjalan ke sembarang
arah. Tanpa tujuan. Yeoja itu terlihat menangis. Ia terus menggeleng-gelengkan
kepalanya kuat.
Apapun yang ada di depannya, dengan cepat ia tepis dan dorong agar menjauh.
Semua peralatan operasi terpencar di lantai. Semua suster dan dokter shock,
tiba-tiba Soo Hyo berulah anarkis.
Karena keributan itu, Umma dan Appa Soo Hyo mendobrak masuk. Mereka
histeris saat melihat Soo Hyo yang terlihat mengamuk.
Umma Soo Hyo berjalan mendekat untuk menenangkan puterinya itu. Ia
mendekapnya erat sambil terus menangis. Berkali-kali Soo Hyo menggeleng. Ia
tidak ingin di operasi. Ia tidak ingin mengorbankan Jonghyun.
Entah bagaimana. Ini keajaiban, tapi tiba-tiba Soo Hyo kembali pulih. Ia
seakan tersadar dari angannya. Dokter spesialis jiwa bilang tiba-tiba Soo Hyo
sembuh. Yeoja itu sudah kembali normal. Ia bisa berpikir sehat seperti dulu.
Benar-benar aneh.
- Flashback End –
Jonghyun terkesiap. Ia tidak percaya dengan apa yang baru saja di dengarnya
barusan. Jadi Soo Hyo sudah sembuh?
Ragu-ragu Jonghyun turun dari tempat tidurnya, menghampiri Soo Hyo. Seakan
mengerti, tiba-tiba Soo Hyo mengangkat tangannya dan meraba dada bidang
Jonghyun. Yeoja itu tersenyum tipis, kemudian ia beralih mendekap Jonghyun
begitu erat.
“Soo Hyo-ah... syukurlah...” bisik Jonghyun yang kini kembali menangis.
Soo Hyo masih terus memeluk Jonghyun erat, seakan tak ingin lagi kehilangan
namja ini. Soo Hyo ikut menangis, tapi bukan tangis kepedihan lagi. Tapi
kebahagiaan karena sekarang ia berhasil menemukannya. Jonghyun. Namja yang
begitu ia rindukkan. Ia tak peduli meski harus buta, bisu dan tuli sekalipun.
Asalkan namja ini berada di dekatnya. Itu semua sudah lebih dari cukup.
“Kami akan membawanya berobat ke luar negeri selama beberapa tahun” gumam
Umma Soo Hyo tiba-tiba. Jonghyun menoleh, tentu saja tanpa melepaskan
pelukannya sedetikpun. Tatapan matanya lagi-lagi berubah keruh, entah kenapa
sebagian dari hatinya menolak, melarang agar mereka tak membawa Soo Hyo pergi.
Tapi tidak bisa, ia tahu inilah yang terbaik. Soo Hyo, yeoja itu harus sembuh.
Jonghyun kini kembali menatap Soo Hyo. Yeoja itu tampak diam dan terus
memeluknya erat. Jonghyun membelai rambut yeoja itu lembut, lalu mengecup pucuk
kepalanya penuh sayang. “Berjanjilah kau akan kembali...” gumamnya lirih.
***
- 5 tahun kemudian –
“Hyung, cepat..cepat.. kita akan terlambat!” seru Key panik tetapi
tangannya tetap sibuk mendorong Taemin agar cepat keluar. Jonghyun
cengar-cengir cengegesan, ya benar. Beginilah aktifitas Jonghyun sekarang. Ia
bukan lagi seorang namja biasa yang selalu datang ke taman seperti dulu, ia
adalah seorang idola. Ia berhasil mewujudkan impiannya untuk menjadi seorang
penyanyi.
Hari ini ia dan SHINee harus segera pergi berbegas menuju gedung SMent
untuk mendiskusikan konsep album terbaru mereka nanti. Di saat semua orang
panik dan bergegas turun menuju lobi gedung dorm, Jonghyun justru terlihat
santai. Ia berjalan lambat sambil sesekali membenarkan letak headset yang
menyambung pada mp3 di saku jaketnya.
Saat hendak memasuki lift, langkah Jonghyun terhenti saat tiba-tiba manik
matanya menangkap bayangan sosok seorang yeoja yang tengah berdiri diam di
tikungan anak tangga beberapa meter di sisi kiri lift. Yeoja itu tampak terus
menatapnya, Jonghyun tertegun. Samar-samar yeoja itu terlihat melemparkan
senyuman manisnya padanya.
Dimata Jonghyun, yeoja itu benar-benar tampak tak asing. Keningnya berkerut,
ragu-ragu Jonghyun berjalan mendekati yeoja tadi. Tapi baru beberapa langkah ia
bergerak, tiba-tiba member yang lain yang sudah siap di dalam lift berteriak
menegurnya. Jonghyun menoleh, memberi tanda kepada teman-temannya untuk
menunggunya sebentar.
Saat yakin ke-4 member SHINee yang lain tak ada yang membantah, Jonghyun
kembali mengalihkan pandangannya pada yeoja tadi. Tapi hilang. Kali ini yeoja
itu menghilang. Ia tak lagi berdiri di sana. Jonghyun kaget, ia bergerak cepat
menuju tikungan anak tangga tadi, menoleh ke kiri dan kekanan, mencari-cari
kemana yeoja itu pergi. Tapi nihil. Tak ada satu petunjukpun.
Jonghyun sudah hampir menyerah saat tiba-tiba seorang paman pengantar surat
(Read: tukang pos) berjalan mendekatinya. “Kim Jonghyun, benarkan?” tegurnya.
“Oo-ne..” jawab Jonghyun ramah.
“Ini ada kiriman surat untukmu, tolong tanda tangan di sini” ahjussi tadi
menyerahkan amplop surat berwarna coklat pada Jonghyun lalu sebuah buku tanda
penerima pada Jonghyun untuk di tandatangani.
“Baiklah. Terima kasih. Semoga harimu menyenangkan” pamit ahjussi tadi yang
di ikuti dengan bungkukkan terima kasih Jonghyun. Begitu ahjussi tadi berlalu,
Jonghyun kembali memperhatikan amplop tadi. Keningnya berkerut, siapa yang
masih menggunakan surat untuk menyampaikan pesan di jaman semodern ini?
Pelan-pelan Jonghyun membuka amplopnya, ada 2 lembar kertas dan selembar
foto di dalamnya. Jonghyun membuka lembar surat pertama, terlihat tulisan
tangan seseorang yang begitu rapi.
Kim Jonghyun,
benar ini kau?
Aku ibunya Soo
Hyo, apa kau masih mengingatku? Paling tidak, apa kau masih mengingat puteriku,
Shin Soo Hyo?
“Ah!!” Jonghyun seakan tersadar dari angannya begitu mendengar nama itu di
sebut. Mendadak bayangan yeoja misterius tadi kembali tergambar jelas di
ingatannya. Bisa Jonghyun rasakan jantungnya berdegup dengan sangat cepat. Ia
panik. Ia kembali menoleh ke kanan dan kekiri, kakinya mulai bergerak mengikuti
instingnya yang mulai gelisah.
“Soo Hyo-ah! Itu kau?! Sial! Kemana kau pergi?!” gumamnya yang kini mulai
berlari mengitari koridor gedung. Tak di hiraukannya teriakan Taemin dan Key
yang terus memanggilnya agar kembali, ia terus saja berlari dan berlari. Manik
matanya benar-benar tidak sabar untuk bisa menemukan yeoja itu lagi.
“Pantas saja terlihat tidak asing.. Oh tuhan... Jangan sampai aku
kehilangan dia lagi” ucapnya memohon. Jonghyun bergegas menuruni setiap anak
tangga, ia berlari menuju lobi hingga ke luar gedung. Di edarkannya padangannya
ke seluruh penjuru jalan, nafasnya tak beraturan, tapi ia tidak peduli, yang ia
tahu, Soo Hyo, yeoja itu harus ketemu!
Jonghyun ngos-ngosan, lagi-lagi tidak ada tanda-tanda akan keberadaan Soo
Hyo. Jonghyun kembali merilik surat yang sejak tadi terus di bawanya.
Kertas-kertas itu terlihat lecek karena terlalu di genggam erat. Jonghyun
merapikan kertas itu lalu kembali membaca.
Raut wajahnya tampak serius, mencermati kata demi kata yang tertulis di
sana. Hingga pada akhirnya ia menemukan sebuah kenyataan yang begitu membuatnya
terkejut. Kenyataan yang benar-benar tidak akan pernah bisa di terima oleh akal
sehatnya. Jonghyun membekap mulutnya dengan tangan kanannya, sementara tangan
kirinya masih memegangi secarik surat tadi dengan tangan gemetar. Tanpa
Jonghyun sadari ia mulai menangis. Air mata dengan mudah jatuh begitu saja
membasahi pipinya.
Jonghyun beberapa kali menggeleng-gelengkan kepalanya kecil. Kini ia
kembali bergerak membuka secarik kertas surat yang lainnya, satu lembar yang
tersisa. Jonghyun membuka lipatan kertas itu begitu pelan, hingga terlihat
sebuah tulisan tangan yang begitu berantakkan dan tak beraturan. Jika orang
lain melihat tulisan itu, mungkin mereka akan berpikir seorang anak berumur 3
tahun yang menulisnya, tapi bukan. Melainkan seorang gadis buta, bisu dan
tulilah yang menuliskannya dengan penuh perasaan dan perjuangan.
Jonghyun-ah..
Ini aku, Soo
Hyo. Apa kau mengingatku? Ah~ maafkan aku jika tulisan-tulisan ini terlihat
bodoh. Tapi aku tak bisa meminta siapapun untuk menuliskannya, karena aku tak
bisa bicara pada mereka, apa yang ingin aku sampaikan padamu.
Sudah hampir 5
tahun...
Rasanya lama
sekali aku tak melihatmu sejak kejadian itu. Aku merindukanmu. Benar-benar
merindukanmu. Aku pergi ke Amerika tanpa ada perubahan yang berarti. Sangat
sulit bagi kami untuk menemukan pendonor yang sesuai. Tapi aku tak mau
menyerah, aku tetap berusaha hingga akhirnya tuhan membalas doaku.
Kemarin ada
seorang wanita yang datang dan mengatakan ingin mendonorkan semua yang tak
kumiliki. Aku sangat bahagia. Dokter bilang aku akan di operasi besok, tapi...
dia bilang kemungkinan untukku selamat hanya 85%. Ottokhae?
Ayah, ibu dan Unnie tak mau mengambil resiko. Tapi aku ingin sembuh. Aku ingin
bisa melihat, melihatmu. Aku ingin bisa mendengar, mendengar suaramu. Aku juga ingin
bisa berbicara, berbicara padamu, menyanyi bersama mu, apapun... aku ingin
sembuh.
Aku akan terus
mendesak ibu. Aku akan menjalankan operasi besok. Aku pasti akan sembuh. Aku
pasti akan kembali. Aku akan datang untuk melihatmu menyanyi di panggung. Meskipun
aku tidak bisa melihat dan mendengar, tapi aku bisa merasakan, di sana... kau
sudah menjadi seorang penyanyi hebat. Benarkah itu? Aku sangat senang. Aku
juga.. akan menjadi seorang penyanyi.. seperti yang kau bilang, saat aku
sembuh, aku akan bisa menyanyi lagi.. Tunggulah aku.. Jonghyun-ah.. Jeongmall
saranghaeyo...
Jonghyun kembali menangis semakin keras. Tubuhnya mendadak lemas, kakinya
tak sanggup lagi menompang berat tubuhnya. Pelan-pelan Jonghyun mulai duduk
berjongkok dan membenampang wajahnya di antara lembaran surat yang mulai basah
dan kedua telapak tangannya.
“Operasinya gagal.. operasinya gagal..” ucap Jonghyun di sela isak
tangisnya begitu mengingat apa yang Umma Soo Hyo katakan di lembar surat
sebelumnya. “Soo Hyo-ah.. ottokhae? Ottokhae? Kau bilang kau ingin melihatku...
Soo Hyo-ah.. Kau bilang kau akan kembali...” tepat di akhir kalimatnya,
tiba-tiba Jonghyun terdiam.
Benar. Ia sangat yakin bayangan yeoja yang ia lihat tadi adalah Soo Hyo.
Itu benar dia. Soo Hyo memang datang menemuinya, yeoja itu memang benar-benar
datang untuk melihatnya. Jonghyun teringat pada foto yang masih terselip di
dalam amplop. Takut-takut Jonghyun menarik keluar foto tadi, terlihat seorang
yeoja tengah duduk di sebuah tempat tidur pasien dan tersenyum tipis.
‘aku
melihatmu.. aku mendengarmu.. dan kini aku bicara padamu. Akhirnya... aku bisa
melakukan semua ini. Bukankah ini bagus?’ tegur seseorang tiba-tiba. Jonghyun tersentak, ia menoleh, terlihat
bayangan Soo Hyo tengah membungkuk dan ikut memandangi fotonya yang sejak tadi
terus Jonghyun pandangi.
‘Aku menepati
janjiku. Sekarang aku bisa pergi dengan tenang. Terima kasih untuk semuanya.
Aku senang..’ kini Soo Hyo menoleh, kembali
melemparkan senyuman manisnya pada Jonghyun.
Wajah Jonghyun dan Soo Hyo begitu dekat dan saling berhadapan. Pelan-pelan
Soo Hyo bergerak mendekat dan mengecup pipi kiri Jonghyun lembut. ‘Jeongmall...Ghamsahamnida.. Jonghyun-ah’
bisiknya yang sedetik kemudian mulai menghilang dari pandangan Jonghyun untuk yang
terakhir kalinya.
THE END
Dont forget to leave some comment and Like..
Thanks ^^
DAEBAK...>0<
BalasHapusSumpah kren bnget T,T
Bner" mnghrukan :"(
Ak pling ska wktu Soo Hyo ad d RSJ, Bner" bkin nangis.. :'(
Feel.nya ngena bnget :")
Tpi ngmong" author gg ad niatan bt bkin Oneshot 'Belive' tpi yg versi Onew kah???
Whehehe... Gomawo >///<
BalasHapusEh? Onew versi? Hehehe...
Wah, gimana ya? Nggak ada rencana sih, nggak pernah kepikiran kayak gitu.. ^^V