Selasa, 21 Februari 2012

[FF] STEP - Part 9




Title : STEP
Author : Puthrie Shairis As
Genre : Romance, Friendship
Lenght : Chaptered
Main cast :  SHINee, Choi Eun Ji, Shin Soo Hyo, Yoo Shin Yeong, Goo Hye Sun, Nam Sang-mi
Support Cast : Park Hyung Seok, Kang Eun Bi
Cameo : Lee Chi Hoon (Fiction)
Disclaimer : This story and the plot is originally mine. This story is a FICTION , just my IMAGINARY and the cast is NOT REAL. No bashing, No plagiant and just enjoy it guys ^^V

Part 9
.STEP Taemin versi.
Taemin menatap serius layar laptopnya hampir tanpa berkedip. Matanya terus bergerak mengikuti setiap untaian kalimat yang tertulis di sana. Sesekali Taemin terlihat mengangguk dan berpikir, Taemin terlihat begitu antusias, satu kata pun tak ada yang ingin terlewat olehnya.
“Taemin-ah!! Palli!! Sudah waktunya untuk kegiatan malam!” Key muncul dari balik pintu kamar.
“Oh... Ne hyung, tunggu sebentar” Taemin balas menjawab tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya sedikitpun. Key mendengus sebal, sudah sejak sore Taemin terus saja berkutat dengan laptopnya, dan sejak sore pula Taemin hanya duduk bersila diam di tempat tidurnya dengan entah-apa-yang-sebenarnya-ia-lakukan.
“Ya’!! Palli!! Berhenti dengan laptopmu!” Key yang sudah tidak sabarpun berjalan mendekat dan menutup laptop Taemin begitu saja. “Hyung...” Taemin mulai merengek.
“No.. no.. no.. kajja. Kajja. Kajja...” Key mulai memberi isyarat pada Taemin untuk pergi keluar kamar. Taemin pasrah, ia mengangkat kedua bahunya bersamaan seolah berkata ‘apa boleh buat’.
Mau tidak mau Taemin pun bangkit dan turun dari tempat tidurnya. Tapi baru selangkah ia berjalan, tiba-tiba ia berhenti, “Ouh.. hyung... aku mau ke kamar mandi...” serunya tiba-tiba lalu berlari masuk ke dalam kamar mandi begitu saja.
“Ck...” Key bekacak pinggang dan terus mengikuti gerak Taemin hingga namja itu menghilang di balik pintu kamar mandi.
Setelah Taemin menghilang, Key pun beralih memandang tempat tidur Taemin yang tampak berantakkan. Key mendesis. Tanpa banyak berpikir lagi, Key pun bergerak untuk merapikan. Key mengambil alih laptop Taemin dan meletakkannya di meja. Saat Key hendak beranjak kembali ke tempat tidur, entah apa, tiba-tiba langkah Key berhenti.
Pelan-pelan ia menoleh dan memandangi laptop Taemin penuh rasa ingin tau. Kedua mata Key mulai menyipit, “Apa yang dia lakukan selama ini?” gumam Key curiga seraya menggosok-gosok dagunya layaknya seorang detektive saat sedang berpikir untuk memecahkan kasus.
“Haa.. apa... jangan-jangan dia menonton film porno?!” seru Key tiba-tiba.
“Omo...!! Omo..!!” Key mulai melompat-lompat panik.
“Oh..oh.. Andwae... isshh.. aku akan memastikan” lanjut Key kemudian lalu kembali menatap lapotop Taemin tajam. Takut-takut Key bergerak untuk membuka laptop Taemin, Key menelan ludah. Saat tutup laptopnya benar-benar terbuka, Key bahkan langsung menutup matanya karena tidak sanggup jika apa yang ia duga adalah benar.
Selama beberapa detik Key masih tetap memejamkan matanya, sampai akhirnya keningnya terlihat berkerut. Tidak ada suara apapun, yah paling tidak kalau memeng benar Taemin menonton video porno, pasti ada sedikit suara. Karena penasaran, Key pun membuka satu matanya.
Bukannya video atau apapun yang terlihat, justru hanya sebuah halaman web yang penuh berisikan tulisan sepanjang monitor. “Ige mwoya? ‘Tips dan trik untuk PDKT’?” seru Key kaget begitu melihat apa yang Taemin search di internet selama berjam-jam belakang tadi.
 “Ya’!! Taemin-ah, kau mengincar seseorang?!” seru Onew tak kalah terkejut yang tiba-tiba saja sudah berdiri di belakang Key dan membuat Key melompat kaget karenanya.
“Aiisshhh... Hyung! Jangan tiba-tiba muncul seperti hantu!!!” seru Key masih dengan jantung yang dag-dig-dug-duaarrr.
Bukannya menjawab, Onew malah menyeringai lebar dengan ekspresi tanpa rasa bersalah sedikitpun.
***
Taemin menggaruk-garuk kepalanya kebingungan, ah tidak. Lebih tepatnya risih. Pasalnya sejak tadi Onew, Key dan Jonghyun terus saja mengawasi gerak-geriknya. Sesekali ketiga namja tampan itu terlihat saling berbisik.
“Nugu..?” tiba-tiba Minho datang dan merangkul Taemin. Taemin menoleh, “Si..siapa apa?” jawab Taemin gelagapan.
“Aa~ jangan ada rahasia di antara kita Taemin-ah. Katakan padaku, siapa?” Minho sedikit menunduk dan memberi tanda pada Taemin untuk berbisik padanya. Taemin tampak berpikir, “Tapi.. jangan katakan pada Onew, Key dan Jonghyun hyung...” ucap Taemin kemudian.
Minho tak menjawab, ia terus saja menunjuk-nujuk teliganya agar Taemin segera memeberitaunya. Taemin yang melihat itu tak bisa mengelak lagi, “Ee~ itu.. sebenarnya.. dia... Sa.. Sa.. ah andwae!” tiba-tiba Taemin mendorong Minho pelan agar melepaskan rangkulan.
Tepat ketika Taemin sedikit bergerak mundur, kepalanya membentur wajah Jonghyun yang ternyata entah sejak kapan, bersama Onew dan Key sudah berdiri di belakang ia dan Minho untuk menguping.
“Omo!!!” pekik Jonghyun keras dan langsung duduk berjongkok memegangi hidungnya yang ternyata membentur kepala Taemin cukup keras.
“Huaaa... hyung...” Key ikut duduk berjongkok dan mengawasi Jonghyun. “Gwenchana? Apakah sakit? Apa hidungmu patah?” tanya Key asal. Kepanikan Key justru membuat Onew terbahak, sementara Minho dan Taemin tampak saling bertukar.
“Err.. Mianhae hyung..” Taemin meringis kecil.
***
Kegiatan malam para trainee pun di mulai. Semua trainee diminta berbaris rapi untuk mengambil undian nomor dalam acara uji keberanian malam ini. Peraturannya mudah, setiap orang masing-masing di bagi menjadi beberapa kelompok dimana setiap kelompok terdiri dari dua orang.
Kemudian, nantinya masing-masing grup akan di tantang untuk melintasi hutan sesuai jalur yang sudah di siapkan oleh panitia, dan di sepanjang jalan nanti mereka akan di takut-takuti oleh panitia lain yang sudah bersiap dengan kostum menyerupai monster dan hantu. Kegiatan ini sengaja di selenggarakan untuk mengusir kejenuhan para trainee karena harus terus belajar dan berlatih di sepanjang liburan.
Kini semua orang sudah mendapatkan nomornya masing-masing. Mereka akan berpasangan dengan orang yang memiliki nomor yang sama dengannya. Di antara keramaian pekarangan belakang villa saat itu, terlihat Sang-mi, Soo Hyo, Eun Ji dan Shin Yeong yang mulai perlahan-lahan membuka nomor masing-masing.
“21” Eun Ji menyebutkan nomornya.
“15” Soo Hyo memperlihatkan nomornya.
“4, ah~ Aku penasaran, siapa pasanganku? Aku harap bukan yeoja sombong itu!” Shin Yeong melirik Eun Bi di kejauhan jutek.
“Aku dapat nomor 16” Sang-mi menunjukkan nomor undian yang di dapatkannya. Taemin yang berada tak jauh dari tempatnya berdiri secara tak sengaja mendengarnya.
“Ah, itu sama dengan nomorku” gumam Taemin terkejut.
Sementara itu...
“Ck, anak itu benar-benar tidak mau memberi tau kita siapa yeoja yang di sukainya” celetuk Key yang sejak tadi terus memandangi Taemin beberapa meter di depan.
“Hidungku, apa hidungku baik-baik saja? Apa ada yang aneh?” Jonghyun manyenggol Key. Key beralih memandang Jonghyun, “Omo... hidungmu terlihat sedikit bergeser ke kanan hyung!” pekik Key berlagak kaget.
“Jinjja??!!” Pekik Jonghyun membola.
“Sshh.. Puahahaha....” tepat sedetik setalah itu Key terbahak dan mulai memukul-mukul pahanya sendiri. “ Aiisshh... Dasar pembohong. Rasakan ini.. rasakan ini...” Jonghyun yang menyadari lelucon Key bergerak merangkul Key kuat-kuat dan berlagak memukulinya.
Key terus saja terbahak, membuat Onew dan Minho beralih memandangi keduanya. “JongKey moment~ Ah.. Andwae...” pekik Onew yang bergerak melerai dan menarik Key.
Minho menyengir lebar melihat tingkah ke-3 member yang lain, lalu sedetik setelah itu, ia kembali memandangi Taemin. Di sana, Taemin terlihat memandang lurus ke arah seorang yeoja yang tampak sedang asyik bicara dengan teman-temannya. Minho mengikuti arah pandang Taemin, “Aah~ jadi dia..” gumam Minho nyengir.
***
“Oppa, kau yakin lewat sini?” Sang-mi menarik ujung baju Taemin, menahan gerak namja tampan itu. Langkah Taemin berhenti, “Eee~” Taemin memandang berkeliling.
Bagaimana ini? Semuanya terlihat sama. Aku tidak bisa bilang pada Sang-mi kalau kami tersesat. Bagaimana ini?? Huaaaa’ pekik Taemin dalam hati.
Disinilah mereka sekarang. Terjebak di dalam hutan, semestinya mereka tinggal mengikuti petunjuk arah yang di siapkan panitia, tapi entah kenapa, Taemin yakin ia mengikuti semua jalur itu dengan benar dan hasilnya ia malah benar-benar tersesat.
“Oppa??” panggil Sang-mi lagi.
“Oh, ah itu...” Taemin tersadar dari lamunannya. Lagi, Taemin memutar tubuhnya, memandang berkeliling. “Oppa... apa.. kita tersesat?” tebak Sang-mi takut-takut begitu melihat gerak-gerik mencurigakan dari Taemin.
“Eh?!” Taemin terlonjak kaget.
Gawat’ pikirnya.
Srraak...srraakk...
Tepat setelah itu, terdengar bunyi sesuatu yang berjalan mendekat dari balik semak-semak. Spontan Taemin dan Sang-mi pun menoleh. Semak-semak itu terus bergerak dan bergerak. Sesuatu berjalan semakin mendekat, dekat, dekat, dekat hingga akhirnya sesosok makhluk berjubah putih dan berambut panjang tiba-tiba muncul dari sana dan mengangkat kedua tangannya berusaha menggapai Taemin dan Sang-mi.
“KYaaaaaa......” Taemin dan Sang-mi berteriak sama keras.
“Umma....!!!!!!! Lari!!! Lari!!!!” Teriak Taemin panik dan dengan cepat menarik lengan Sang-mi agar ikut berlari. Sang-mi tak kalah panik, ia tampak begitu ketakutan. “O..oppa... itu... itu apa? Kyaaa... apa itu hantu???” pekik Sang-mi di sela-sela larinya.
Buukk...
“Arrghh...” tiba-tiba Sang-mi jatuh tersandung dan membentur tanah. Lari Taemin terhenti, ia mendongak. Matanya membola begitu di lihatnya Sang-mi yang sudah terduduk di tanah.
“Sang mi-ssi, gwenchanayo?” Taemin berbalik menghampiri Sang-mi.
“Appo....” Sang-mi menunjuk-nunjuk lututnya yang tampaknya terluka. Taemin memandang jauh kebelakang sekilas, memastikan agar entah makhluk apa itu tadi sama sekali tak mengejar.
“Apa kau bisa berjalan?” tanya Taemin lagi.
Sang-mi mengangguk kecil, lalu dengan bantuan Taemin, Sang-mi pun kembali berdiri. “Aaww... hua Appoyo~” tiba-tiba Sang-mi duduk berjongkok dan memengangi pergelangan kakinya.
“Apa kakimu sakit? Ah~ apakah terkilir?” seru Taemin kaget. Sang-mi menggeleng tidak tau, pelan-pelan ia pun mulai menarik celana olahraga yang di gunakannya agar bisa melihat apa yang terjadi, “Astagah..” desis Taemin ngilu saat melihat bengkakkan berwarna biru keunguan di dekat mata kaki Sang-mi.
“Sepertinya ini parah...” ucap Sang-mi menahan sakit.
Mendengar itu sontak Taemin terdiam. Mendadak raut wajahnya berubah, Taemin tampak begitu menyesal. “Mianhae...” ucap Taemin pelan.
“Eh?!” Sang-mi beralih memandang Taemin bingung.
“Kalau saja kita tidak tersesat,. Mianhae.. Ini kesalahanku” lanjut Taemin lagi.
Sang-mi tersenyum tipis, “Anio. Ini bukan kesalahanmu oppa. Jangan merasa bersalah seperti itu. Aku baik-baik saja, sungguh”
Taemin mendesah, “Lalu... bagaimana?” Taemin tampak memandang berkeliling, sepi dan senyap. “Ah, aku bawa ponsel! Kenapa kita tidak menelpon yang lain saja?!” seru Sang-mi tiba-tiba.
“Haa? Kenapa baru bilang?” Taemin spontan memandang Sang-mi terkejut. Sang-mi meringis malu, “Aku baru ingat oppa..” jawabnya seraya merogoh ponsel di saku celananya.
“Oh..oh.. Tidak ada sinyal...” ucap Sang-mi kaget saat melihat sinyal di ponselnya tidak ada sama sekali. “Jinjja?!” Taemin mengambil alih ponsel Sang-mi.
“Astagah. Benar tidak ada” gumam Taemin kecewa.
Taemin yang tadinya ikut duduk bersama Sang-mi spontan berdiri dari duduknya. “Aku akan coba menemukan sinyal” ucapnya seraya berjalan berkeliling dan mengangkat ponsel Sang-mi tinggi-tinggi.
“Ayolah-ayolah...” gumam Taemin penuh harap.
Taemin terus saja menatap layar ponsel Sang-mi, lebih tepatnya memperhatikan menara signal di pojok kiri atas layar. Karena panik, sejak awal Taemin tak menyadari sama sekali apa yang menjadi wallpaper ponsel Sang-mi waktu itu.
Tapi sekarang, entah bagaimana, tiba-tiba mata Taemin berhasil tertarik dengan gambar itu. Langkah Taemin yang sejak tadi berjalan berputar-putar mendadak terhenti. Pelan-pelan di tariknya kembali turun ponsel Sang-mi hingga kini berhadapan langsung dengannya. Gambar itu sekarang terlihat sangat jelas, foto Sang-mi bersama seorang namja yang terlihat begitu tampan dan dewasa.
Di foto itu, Sang-mi dan namja tadi terlihat sangat dekat, Sang namja merangkul Sang-mi dan menyeringai lebar sembari membentuk huruf V dengan jari tengah dan telunjuknya. Sementara Sang-mi tampak bersandar manis pada namja tadi dan ikut membentuk huruf V dengan kedua tangannya.


Derrttt... Derrttt... Derrttt...
Tiba-tiba Ponsel Sang-mi bergetar, membuyarkan semua lamunan Taemin. Di layar, tertulis ada panggilan masuk dari Shin Yeong. “Oh, ini ada telpon..” Taemin berjalan kembali menghampiri Sang-mi yang masih terduduk di tanah tak jauh darinya.
Sang-mi mengambil alih ponselnya, “Untunglah.. ada satu sinyal, semoga cukup..” ucap Sang-mi yang kemudian menerima panggilan dari Shin Yeong.
“Ne.. unnie.. ah itu... kami tersesat... tidak..”
“Bukan.. unnie, suaramu putus-putus...”
“Tidak bisa. Aku tidak bisa berjalan dengan baik... Ne? Ah.. iye.. Nee.. aku tidak akan kemana-mana..” Itu yang terakhir, telpon tiba-tiba terputus.
“Huuffthh.. paling tidak sekarang mereka tau kita tersesat. Shin Yeong unnie bilang orang-orang sudah pergi untuk mencari kita” ucap Sang-mi kemudian.
“Ah.. baguslah” jawab Taemin canggung. Pelan-pelan, Taemin pun beranjak duduk di samping Sang-mi, entah kenapa, perasaannya jadi terasa aneh melihat foto tadi. Apa? Siapa? Hubungan apa? Pertanyaan-pertanyaan itu terus saja berputar-putar di kepalanya.
Taemin melirik Sang-mi sekilas, yeoja itu terlihat diam dan memandangi wallpaper ponselnya. Hati Taemin terasa semakin aneh saat melihat senyuman manis Sang-mi saat memandangi foto itu.
“Ehm...” tiba-tiba Taemin berdehem.
“Nu..nugu?” Taemin akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Sang-mi menoleh, “Eh? Siapa?”
“Namja itu, kalian terlihat dekat” lanjut Taemin berusaha supaya terdengar seperti biasa.
“Oh. Chi Hoon oppa? Dia orang yang sangat spesial untukku”
“Spesial...?”
“Ne. Chi Hoon oppa sangat berarti untukku. Dia begitu baik, ramah dan penyayang. Dia juga perhatian dengan ibuku. Dia yang terbaik” cerita Sang-mi kemudian.
“Jadi... ini pacarmu?” tunjuk Taemin takut-takut pada namja di foto tadi.
Malu-malu Sang-mi mengangguk, “Ne.. kami sudah pacaran sejak SMP”
Duuarrr...
Seperti tersambar petir, Taemin mendadak terdiam membatu di tempatnya. Entah kenapa tiba-tiba dadanya terasa begitu sesak. Terasa begitu aneh. Sakit, terluka, hancur berkeping-keping.
“Chi Hoon-oppa adalah seniorku saat itu. Kami selalu pergi kemanapun bersama. Oh, bahkan Chi Hoon oppa menemaniku saat audisi dan latihan dance sebelum menjadi trainee” Sang-mi terdengar begitu senang saat menceritakan tentang kekasihnya itu.
Ah. Apa yang aku pikirkan?Tentu saja...
Sang-mi pasti sudah punya pacar. Bagaimana tidak terpikir olehku?’
***
Taemin tampak murung. Bahkan di saat Sang-mi berpamitan untuk pulang kembali ke Seoul pun Taemin hanya balas tersenyum kecil tanpa mengatakan apapun. Pagi ini, karena luka yang di dapatkan Sang-mi, pihak staff memutuskan untuk mengirim Sang-mi pulang ke rumah untuk berisirahat selama beberapa waktu. Pasalnya, setelah di periksa, ternyata luka yang di dapatkan Sang-mi cukup serius. Terjadi pergeseran sendi di pergelangan kakinya sehingga tidak memungkinkan untuknya mengikuti pelatiahan training selama beberapa hari terakhir.
“Hey, apakah harus sesedih ini? Dia hanya pulang, bukan berarti kau tidak bisa melihatnya lagi” tegur Minho iseng.
Taemin tak menjawab, namja itu justru terlihat berusaha menyibukkan diri dengan bermain game di laptopnya. Kening Minho berkerut, “Apa terjadi sesuatu?” tebaknya.
Lagi-lagi Taemin tak menjawab. Taemin tetap berusaha fokus pada gamenya. Berharap semua pikirannya tentang Sang-mi bisa menghilang secepatnya. Tapi bukannya menghilang, otak Taemin justru kembali mengingatkannya tentang kejadian hari itu. Hari dimana akhirnya Taemin menyadari tentang perasaannya yang terasa sedikit berbeda pada Sang-mi.
- Flashback –
“Jatuh cinta?” ulang Taemin ragu.
“Ne. Apa hyung tidak pernah merasakannya? Mmm.. yah itu seperti perasaan di mana saat hyung melihatnya, hyung akan terus bepikir bagaimana bisa untuk menahannya dan mengajaknya bicara. Juga perasaan di mana saat hyung melihat dia bersama namja lain, hyung akan merasa sangat marah. Seperti ingin menendang namja itu agar tidak mendekati dia” jelas Dong Hyun, salah satu trainee namja yang mengikuti camp.
“Ee~ perasaan seperti itu...” Taemin tampak berpikir. Entah bagaimana bisa, tapi yang terlitas di benaknya saat itu adalah Sang-mi. “Tapi.. kalau itu memang.. ehm.. cinta, apakah bisa tumbuh dengan begitu cepat pada kedua orang yang baru saja bertemu?” tanya Taemin lagi.
“Tentu saja!! Banyak yang mengalami hal seperti itu, bahkan cinta pada pandangan pertama pun banyak” jawab Dong Hyu menggebu-gebu.
“Jinjja? Ah~ tapi aku tidak yakin...” gumam Taemin seraya melemparkan pandangannya keluar jendela ruang tamu villa, dan di saat itu pula di lihatnya Sang-mi tampak asyik belajar memainkan gitar di bawah sebuah pohon rindang di halaman depan.
Taemin terdiam. Tiba-tiba saja perasaan aneh itu muncul lagi. Taemin terus memandangi Sang-mi, bahkan ia sama sekali tak bisa mengontrol indra penglihatannya itu untuk melihat ke arah lain. Lalu sesaat setelah itu, tiba-tiba salah satu trainee namja yang lain terlihat menghampiri Sang-mi lalu menarik tangan Sang-mi untuk ikut bergabung bersama yang lain berlatih dance di sudut halaman.
Melihat pemandangan itu, terutama tangan namja trainee yang mengamit lengan Sang-mi mendadak membuat Taemin panas. Spontan Taemin berdiri dari duduknya, “Apa yang dia lakukan? Haruskan memegang tangannya seperti itu?!” Taemin menunjuk-nujuk trainee namja itu.
Dong Hyun yang melihat itu justru tampak kebingungan. “Memangnya kenapa? Aku pikir itu hal biasa” jawabnya.
“Ah.. Jinjja? Itu sama sekali ti... Eh?” Taemin kembali terdiam.
Otaknya tampak berpikir keras. Kenapa.. lagi-lagi aku marah? Sama dengan saat Sang-mi berlatih bersama Hyung Seok waktu itu...’
‘Juga perasaan di mana saat hyung melihat dia bersama namja lain, hyung akan merasa sangat marah’ kata-kata Donghyun kembali teringat olehnya.
“Omo... ini benar-benar...”
- Flashback End –
“... saat itu bahkan Taemin berpikir bahwa manager hyung adalah hantu sungguhan. Padahal sudah sangat jelas bahwa manager hyung menggunakan kostum untuk menakut-nakuti peserta” ucap Key gemas, membuyarkan lamunan Taemin.
“Jinjja? Jadi yang Taemin sebut hantu tadi malam adalah manager hyung? Puahahaha....” Jonghyun terbahak keras.
“Hey, ada apa?” tegur Minho lagi, lengannya bergerak untuk menyenggol Taemin. Taemin melirik Minho sekilas, “Bukan apa-apa” jawab Taemin sekenanya.
“Ah~ bagaimana kalau besok kau kembali ke Seoul? Seseorang di antara kita harus mengantar manager hyung pulang” ucap Minho tiba-tiba.
Mendengar itu spontan Taemin menoleh, “Jinjja? Kembali ke Seoul?”.Mendadak Taemin jadi merasa begitu bersemangat. Sekali saja, ia ingin melihat Sang-mi dan meminta maaf atas prilaku anehnya hari ini karena pergi tanpa mengucapkan apapun saat Sang-mi berpamitan pulang.
Di sisi lain, Minho justru terlihat menahan senyum. Hah, dasar si maknae. Pikiranmu sangat mudah untuk di tebak..’ pikirnya.
***
Taemin tampak sibuk merapikan rambutnya  saat secara tak sengaja matanya menangkap sosok sepasang kekasih yang tampak terlihat bermesraan beberapa meter di depan mobil dimana Taemin duduk sekarang terparkir.
Kini Taemin sudah tiba di Seoul, manager hyung memutuskan untuk membeli beberapa keperluannya di supermarket dan Taemin memutuskan untuk tetap menunggu di mobil. Maka di sinilah Taemin sekarang.
Pemandangan sepasang kekasih di depan mulanya sama sekali tak menarik perhatian Taemin. Ia justru terlihat mulai memainkan ponselnya, mencari-cari nomor ponsel Sang-mi dan bermaksud untuk menjenguknya mengingat kaki yeoja itu terluka.
Tapi di saat yang sama, mata Taemin mendadak kembali tertarik melihat sepasang sejoli tadi begitu melihat wajah sang namja. Tampak begitu tidak asing. Kening Taemin berkerut, ia menegakkan tubuhnya dan menyipitkan matanya untuk mempertajam penglihatannya.
“Aneh... tapi rasanya aku pernah melihatnya...” gumam Taemin bingung.
Raut wajah Taemin merona saat di lihatnya sepasang kekasih itu tiba-tiba berciuman. Taemin panik, dengan cepat ia membuang muka. “Apa mereka gila?! Berciuman di depan umum?” ucap Taemin kaget.
“Padahal laki-laki itu terlihat lebih dewa...”
“Chi Hoon oppa, semua orang jadi melihat kita. Apa kau tidak bisa sabar sedikit?” seruan sang yeoja itu melumpuhkan kata-kata Taemin. Spontan Taemin mengangkat wajahnya dan menatap sang namja kaget. “Chi.. Chi Hoon? Ah benar, dia... Ah astagah...”
***
“Nomor yang anda tuju tidak terdaftar...”
Tuutt..Tuutt...
Lagi-lagi ponsel Chi Hoon tidak bisa di hubungi. Sang-mi menghela nafas panjang. Memang sudah hampir beberapa minggu ini Sang-mi dan Chi Hoon tidak saling menghubungi karena Sang-mi yang sibuk dengan masa trainee nya. Tapi itu bukan berarti jika Chi Hoon mengganti nomor ponselnya, jadi Sang-mi tidak di beri tau.
Sang-mi kembali memandangi fotonya bersama namja itu. Ia meraba wajah Chi Hoon penuh sayang. Di saat Sang-mi bisa kembali pulang ke rumah, Sang-mi berharap selama waktu itulah ia bisa melepaskan semua rindunya bersama Chi Hoon. Ia ingin menghubungi namja itu dan memberi tau bahwa dia ada di rumah sekarang.
Sang-mi ingin sekali melihat namja itu, juga untaian-untaian kata penyemangat yang selalu di berikannya padanya. Sang-mi mendesah, kembali di liriknya kakinya yang kini di beri gips. “Kalau saja aku bisa berjalan, aku pasti akan pergi mengunjungimu oppa..” gumam Sang-mi pelan.
Deerrttt... Derrtt... Derrttt...
Tiba-tiba ponsel Sang-mi bergetar. Ada telpon masuk. Nomor baru tanpa nama.
“Yeoboseyo?” Sang-mi menjawab telpon.
“Sang Mi-ssi? Ini oppa, benarkah kau sekarang sudah pulang?” terdengar suara khas Chi Hoon di sebrang.
“Ah oppa...! Ini benar kau.. Ne, aku ada di rumah. Kemarilah..” jawab Sang-mi semangat.
“Aku tidak bisa, bagaimana kalau kau yang ke sini? Aku ada di taman tak jauh dari rumahmu”
“Nee? Tapi aku...” Sang-mi kembali melirik kakinya.
“Aku tunggu..”
“Tapi...”
Tuutt.. Tuutt.. Tuutt..
Telpon di matikan. Tinggalah Sang-mi yang tampak kebingungan. “Oppa.. aku bahkan belum bicara...” gumam Sang-mi cemberut. Tapi sedetik kemudian ia kembali tersenyum, “Apa oppa mempersiapkan kejutan untukku?” ucap Sang-mi menduga-duga.
***
Taemin berjalan lambat sembari mencocokkan satu demi satu nomor rumah yang di lewatinya dengan alamat rumah Sang-mi di secarik kertas yang di dapatkannya dengan bantuan manager hyung di gedung managemen tadi.
Saat hampir mencapai ujung jalan, secara tak sengaja manik mata Taemin menangkap sosok Sang-mi yang terlihat kesulitan berjalan menggunakan tongkat memunggunginya. Taemin tersentak kaget. Setengah berlari Taemin bermaksud untuk menghampiri yeoja itu. Tapi, tinggal beberapa langkah lagi Taemin berhasil menyusul yeoja itu, tiba-tiba dari arah sebuah taman terlihat seorang namja tengah berdiri tampak menunggu seseorang.
Langkah Taemin melambat, semakin lambat, lambat dan lambat hingga akhirnya berhenti. Taemin hanya bisa diam dan memandangi Sang-mi yang tampak begitu girang dan mempercepat langkahnya untuk menemui namja itu.
“Oppa!!! Apa aku membuatmu menunggu lama?” tegur Sang-mi begitu berhadapan dengan Chi Hoon.
Chi Hoon tersenyum tipis dan menggeleng. “Tidak. Tapi.. ada apa? Apa sesuatu terjadi?” tanya Chi Hoon kebingungan melihat Sang-moi yang menggunakan gips dan tongkat.
“Ani. Hehehe... Gwenchana, ini hanya luka kecil” balas Sang-mi. Sang-mi tampak benar-benar bahagia bisa bertemu lagi dengan Chi Hoon. Rasanya, luapan rindu ini begitu besar dan menggebu-gebu ingin di lampiaskan. Baru saja Sang-mi hendak bergerak untuk memeluk lengan Chi Hoon, tiba-tiba namja itu menahannya.
“Eh?! Oppa...?” Sang-mi tampak sedikit kaget menerima penolakkan namja itu.
“Aku.. Ee~ Sang Mi-ah, aku ingin mengakui sesuatu. Sebelumnya aku ingin minta maaf, tapi aku ingin hubungan kita sampai di sini saja” ucap Chi Hoon hati-hati.
“Iye?? Apa? Ah.. oppa, jangan bercanda...” Sang-mi tampak menahan tawa dan kembali bermaksud untuk menggapai Chi Hoon, dan lagi-lagi kini gerak Sang-mi berhenti. Bukan karena Chi Hoo kembali menghindar, melainkan tiba-tiba seorang yeoja datang dan memeluk lengan Chi Hoon begitu mesra.
Sang-mi tampak kebingungan, takut-takut ia beralih memandang Chi Hoon. Namja itu tampak begitu menyesal dan merasa bersalah. Tapi bukan itu yang ingin Sang-mi ketahui. “Siapa.. dia?” tunjuk Sang-mi pada yeoja asing itu.
“Chagi, kenapa tidak langsung katakan saja?” yeoja itu mulai berbicara.
Seperti magnet, tiba-tiba mata Sang-mi tertarik untuk melihat yeoja itu lagi. “Sang mi-ssi? Benar? Waah.. ternyata kau jauh lebih manis daripada di foto” yeoja itu tampak berusaha menyapa Sang-mi.
“Aku Jung Hye, kekasih Chi Hoon” lanjutnya.
“Ne?” Sang-mi semakin terkejut.
“Ke..kasih? Tapi aku...”
“Sudah oppa bilang, kita sampai di sini. Mianhae, tapi mengertilah, oppa tidak tahan jika harus berpacaran seperti ini. Kita bahkan tidak bisa pergi berkencan seperti dulu, untuk menghubungimu pun oppa kesulitan, di tambah lagi kau sekarang tinggal di asrama, oppa jadi tidak bisa melihatmu. Mianhae Sang Mi-ssi...” Chi Hoon berusaha menjelaskan.
Sang-mi hanya bisa diam. Raut wajahnya seolah mengatakn bahwa semua yang barusan ia dengar ini adalah bohong. Lelucon yang benar-benar tidak lucu. “Ee~ oppa, hari ini aku tidak berulang tahun, jadi jangan mengerjaiku. Aku memang berharap kau memberiku kejutan, tapi kalau bercanda yang seperti ini aku tidak suka. Kajja, kita bisa pergi ke rumahku dan menyapa umma” Sang-mi mencoba merangkai kata-katanya sebaik mungkin dan kembali berusaha mengamit lengan Chi Hoon.
“Sang Mi-ah...” tegur Chi Hoon setengah memohon.
Sang-mi berusaha tersenyum, “Oppa, kajja. Kita pulang. Aku sudah janji pada eomma akan pulang bersamamu. Setelah ini kita bisa pergi jalan-jalan..” Sang-mi menarik lengan Chi Hoon untuk ikut bersamanya.
“Ya’!! Lepaskan!” tiba-tiba Jung Hye bergerak mendorong Sang-mi keras hingga yeoja itu jatuh terduduk di trotoar jalan. “Apa kau tuli?! Ck.. sudah ku duga, percuma saja berlagak baik di depan. Chi Hoon-ah, ayo pergi. Kau sudah selesai bukan? Kajja...” Jung Hye menarik lengan Chi Hoon berjalan menjauhi Sang-mi.
Chi Hoon menurut. Pergi begitu saja meninggalkan Sang-mi yang masih duduk terpaku di tempatnya. Sesekali Chi Hoon terlihat menoleh, memandang Sang-mi menyesal. Tapi hanya begitu, setelah itu ia benar-benar pergi.
Air mata Sang-mi sudah memupuk di pelupuk matanya. Tak di pedulikannya rasa sakit akibat benturan saat terjatuh tadi. Ini benar-benar masih sulit untuk di terima oleh akal sehatnya. “Ige mwoya? Apa? Ini lelucon atau apa? Aku tidak berulang tahun...” Sang-mi tampak masih berusaha untuk mengelak semua kenyataan pahit yang di terimanya.
“Oppa... oppa... oppa...” panggil Sang-mi serak.
“Kau yang menyemangatiku untuk ikut audisi itu, lalu kau bilang kau tidak betah... hiks.. ottokhae? Aku harus bagaimana? Oppa...”
“Jangan menangis” tegur Taemin tiba-tiba, spontan Sang-mi menoleh. Melihat Taemin yang tiba-tiba berdiri di belakangnya, dengan cepat Sang-mi menghapus air matanya dan berusaha berdiri.
“Oppa?? Ah.. aku tadi.. itu, aku tersandung. Rasanya sakit sekali” elak Sang-mi begitu Taemin membantunya berdiri. Taemin tampak semakin murung, ia menatap Sang-mi dengan pandangan yang begitu sulit di artikan.
“Sang Mi-ah...”
“Sungguh, ini.. hiks.. sakit sekali.. rasanya sakit sekali...” tiba-tiba air mata Sang-mi jatuh kembali begitu saja. Begitu sulit untuk Sang-mi kendalikan. Rasanya begitu nyilu. Begitu menyesakkan.
“Ini.. sakit...” ulang Sang-mi lagi. Pelan-pelan Taemin mulai menarik Sang-mi ke dalam pelukkannya. Membiarkan yeoja itu terus menangis di dadanya. Hanya itu yang bisa Taemin lakukan, diam dan mendengarkan. Mencoba memahami rasa sakit yang Sang-mi rasakan. “Gwenchana.. Semuanya akan baik-baik saja” bisik Taemin pelan.
.Taemin versi End.
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar