Title : STEP
Author : Puthrie Shairis As
Genre : Romance, Friendship
Lenght : Chaptered
Main cast :
SHINee, Choi Eun Ji, Shin Soo Hyo, Yoo Shin Yeong, Goo Hye Sun, Nam
Sang-mi
Support Cast : Park Hyung Seok, Kang Eun Bi
Disclaimer : This story and the plot is originally mine.
This story is a FICTION , just my IMAGINARY and the cast is NOT REAL. No bashing, No plagiant
and just enjoy it guys ^^V
Part
10
.STEP Onew versi.
- Flashback –
.Onew
POV.
Seumur hidupku, aku selalu berprinsip untuk fokus pada
sekolah dan akan belajar dengan giat. Aku merasa sulit bergaul dengan anak
perempuan karena aku merasa begitu tidak pede, jadi aku memutuskan hanya akan
bicara jika ada sesuatu yang memang penting untuk di bicarakan dengan mereka
para ‘perempuan’.
Aku tidak pernah peduli dengan gadis-gadis ataupun urusan
pernikahan, tapi aku ingin menemukan cinta sejatiku suatu hari nanti, dan itu
semua mulai aku rasakan sejak aku bertemu . . . dia.
Memang aneh. Jujur saat itu aku merasa kebingungan. Aku
tidak pernah merasakan hal seperti... Hmm.. Mereka biasanya menyebutnya dengan
cinta. Tak pernah terpikir olehku saat itu, bahwa aku, benar-benar akan
menyukai seseorang. Sedikit terasa ada yang mengganjal, tapi aku merasa cukup
nyaman.
Masih terekam jelas di kepalaku hari itu, hari di mana
pertama kalinya aku bertemu dengannya. Nae Hoobae.
Saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMP. Hampir setiap
hari aku datang keperpustakaan sekolah walau hanya untuk sekedar membaca
beberapa buku ilmiah. Yah, saat itu aku sangat terobsesi untuk menjadi ilmuan.
Di tengah keasyikkan ku, bisa aku rasakan, seseorang
terus menatapku dari kejauhan. Aku memberanikan diriku untuk melihatnya,
tatapannya membuatku risih. Tapi saat aku melihat, dengan cepat orang, ah
tidak, maksudku yeoja itu menunduk sehingga aku kesulitan untuk melihat
wajahnya.
Setiap hari selalu aku rasakan dia terus mengamatiku.
Rasanya ruang gerakku terbatasi, aku jadi harus berpikir berpuluh-puluh kali
setiap kali ingin bergerak, bahkan hanya untuk sekedar menggaruk hidungku pun
aku harus berpikir keras. Aku sudah hampir frustasi saat tiba-tiba akhirnya
pada suatu hari ia datang menghampiriku.
Dia tampak asing. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.
“Oppa. . .” mulainya.
Oh. Mendengar itu aku tau. Dia pasti Hoobaeku.
“Aku.. selalu mendengarmu bernyanyi di kelas seni.
Suaramu sangat bagus, apa kau pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi
kelak?”
“Ne?” seruku kaget.
Apa? Dia barusan bilang... penyanyi? Aku?
“Ee—kau harus menjadi seorang penyanyi. Kau memiliki
bakat. Suaramu sangat indah. Sungguh” lanjutnya antusias.
Jinjja? Ah.. ini memalukan. Jadi dia benar-benar
mendengarnya? Oh dia bilang selalu mendengarku? Apa selama ini dia selalu
menguping saat aku bernyanyi di kelas seni?
***
Sejak hari itu, setiap kali di kelas seni, entah kenapa
mataku selalu saja melirik ke luar kelas, dan benar saja, dia benar-benar ada
di sana. Dia berdiri di dekat pintu masuk dan berjongkok untuk bersembunyi.
Saat aku mulai bernyanyi, bisa aku lihat ia memejamkan matanya dan tersenyum.
DEG
Ah astagah. Lagu yang kunyanyikan nyaris hancur
berantakan karena saat itu tiba-tiba saja ku rasakan wajahku merona dan
jantungku tiba-tiba menjadi berdegup kencang tak beraturan. Apa yang terjadi
padaku?
Mulanya aku merasa mungkin aku gugup karena terus di
perhatikan. Tapi semakin lama aku merasa itu salah. Bukan karena itu. Setiap
kali aku keperpustakaan setelah itu, aku selalu bisa melihatnya yang terus
memperhatikanku, dan setiap kali aku berusaha untuk membalas tatapannya itu
pulalah aku bisa merasakan debaran jantungku yang lagi-lagi berdegup cepat di
luar kendali hingga akhirnya aku hanya bisa diam dan berpura-pura sibuk dengan
buku yang aku baca.
Entah bagaimana bisa, tapi diam-diam aku jadi memperhatikannya.
Selama satu tahun penuh! Saat aku lulus dari SMP dan harus melanjutkan ke SMA,
aku merasa sedikit kecewa karena tak bisa melihatnya lagi. Tapi, ini suatu
keajaiban, saat penerimaan siswa baru tahun berikutnya, aku melihatnya lagi.
Dia kembali menjadi hoobae ku. Aku sangat senang.
Di mulai sejak saat itu, aku kembali mengamatinya.
Mengamati gayanya berbicara, bahkan tawa dan senyuman khasnya yang begitu
manis. Aku selalu merasakan tiba-tiba aku ikut tersenyum melihatnya. Entahlah,
aku masih belum bisa mengerti dengan jelas perasaanku. Aku bahkan tidak bisa
memberanikan diri walau hanya untuk sekedar menyapanya. Aku tidak pandai
berhadapan dengan wanita.
Hingga sore itu, hujan deras tiba-tiba turun. Untung saja
aku membawa payung. Aku sudah bergegas untuk pulang saat tiba-tiba manik mataku
menangkap sosoknya yang terlihat kebingungan karena hujan. Aku sempat terdiam
di tempatku berdiri selama beberapa menit hingga akhirnya aku kembali tersadar
saat melihatnya yang berusaha nekat hendak berlari menerobos hujan.
Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saja aku bersuara.
Untuk pertama kalinya sejak di perpustakaan saat itu, aku kembali bicara
padanya dan aku yang memulainya. Akulah yang mengajaknya bicara.
“Jangan begitu, nanti kau bisa sakit”
“Eh?!” dia menoleh. Tampak begitu terkejut.
Apa? Ada apa? Apa aku mengagetkannya? Atau.. apa ada yang
aneh dengan wajahku?
“Ini, kau bisa pakai payungku” lanjutku tetap berusaha
tenang.
Padahal, lagi bisa kurasakan debaran jantungku. Ah.. aku
memang payah. Benar-benar tidak bisa berhadapan dengan perempuan, terutama...
dia.
Dia tampak diam beberapa saat hingga akhirnya ia
menjawabku, “O-o.. ne.. Ghamsa... Ah~”
Aku semakin merasa gila, entah kenapa tiba-tiba aku
berlari begitu saja meninggalkannya menerobos hujan. Tapi aku tidak benar-benar
pergi, aku bersembunyi di balik pintu gerbang sekolah dan membuntinya hingga ku
pastikan ia naik bus dengan aman. Tak ku pedulikan hujan ataupun angin dingin
yang berusaha membekukan kulitku. Mereka bukan sesuatu yang berarti saat aku merasakan
kehangatan di hatiku. Rasanya begitu hangat, aku merasa sangat beruntung
bertemu dengannya. Itulah yang aku pikirkan sepanjang malam.
***
Aku berdiri gelisah sambil sesekali mengintip ke balik
tembok tikungan koridor untuk memastikan dia tetap berada pada jalurnya. Tadi,
dari kelasku di lantai 2 bisa aku lihat dia terjatuh saat jam olahraga. Kakinya
terkilir dan ia terlihat begitu kesakitan. Saat melihat itu aku benar-benar
tersentak kaget dan ketakutan. Apa dia tidak apa-apa? Ah rasanya aku ingin
sekali turun ke sana dan membawanya ke ruang kesehatan untuk di obati. Tapi aku
tidak bisa. Aku terlalu malu untuk itu. Memangnya aku siapa?
Sekarang saatnya. Saat aku dengar langkah kakinya yang
tertih-tatih itu semakin berjalan mendekat, aku menarik nafas dalam dan kembali
berjalan.
Buughh
Aku menabraknya. Tepat seperti
yang aku rencanakan. Aku berusaha tak menyakitinya, tapi di luar dugaan
ternyata saat itu ia sedang berlari, dan dengan kaki yang SEPERTI itu! Aku
melotot kaget. Apa dia gila? Kakinya sedang terluka dan dia.. berusaha untuk
lari?
“Aww!” Ia meringis pelan saat
jatuh terduduk di lantai.
Aku ikut meringis kecil
mendengar jeritannya. Oh, Maafkan ku. Aku mengulurkan tanganku bermaksud untuk
membantunya berdiri.
“Mi.. Mianhae sunbae..” ucapnya tiba-tiba.
“Aww...” ia kembali menjerit
kesakitan. Aku melirik pergelangan kakinya, astagah, luka memar itu sudah
terlihat membiru. Apa dia tidak peduli kesehatannya sendiri?
“Ani. Seharusnya aku yang
minta maaf, tadi aku terburu-buru” elakku cepat. Aku harus berpikir. Aku harus
mencari alasan agar bisa membawanya ke ruang kesehatan untuk di obati.
“Kau terluka. Maafkan aku”
lanjutku kemudian.
“Oh. A..anio.. luka ini aku
dapatkan karena terjatuh di jam olahraga tadi, bukan karena... itu” jawabnya
tertunduk.
“Oh.. tapi lukamu tampaknya
semakin parah. Itu harus segera di obati. Aku akan membantumu pergi ke ruang
kesehatan” tunjukku lagi.
“Ne?!” ia tampak terkejut.
“Aku bilang, aku akan
membantumu. Naiklah” lagi-lagi, itu terjadi begitu saja. Tiba-tiba aku berbalik
dan membungkuk, aku berusaha untuk menggendongnya.
“Kau tidak akan bisa berjalan
dengan luka seperti itu. Aku akan menggendongmu. Kajja..”
“Ah... ti..tidak perlu sunbae.
Aku masih bisa...”
“Aku bilang naiklah!” potongku
keras.
Oh Umma....
Aku membentaknya. Apa yang
terjadi padaku? Aku pikir aku benar-benar sudah gila. Mulanya kupikir ia akan
menjadi enggan karena perkataanku barusan, tapi di luar dugaan, tiba-tiba
kurasakan tangan halusnya memeluk leherku dari belakang.
Aku tertuduk. Wajahku memanas,
pasti saat itu sudah memerah seperti udang rebus. Jantungku berdegup cepat.
Semoga dia tidak menyadarinya. Semoga dia tidak tau kegugupanku saat ini.
“Gomawo.. oppa..” bisiknya kemudian.
Seperti tersengat listrik. Aku
merasakan sekujur tubuhku merinding mendengar suara lembutnya. Seandainya saja
aku mempunyai sedikit saja keberanian untuk berbicara lebih banyak dengannya...
***
“Kau gila!”
Yup. Benar. Aku memang sudah
gila.
“Kau gila. Jinki, kau benar-benar
gila” kalimat itu terus di ulang puluhan kali oleh Tae Jun, teman sebangsa dan
setanah airku -__-“
“Kau gila”
Aku hanya tersenyum tipis dan
kembali berusaha menyibukkan diri dengan rubikku. Apa boleh buat. Memang
beginilah yang menimpaku. Sudah hampir datang hari kelulusanku dan aku...
“Bahkan belum tau namanya?
Ck.. Kau ini!!” Tae Jun menjitakku gemas.
“Mau bagaimana lagi, aku
terlalu malu untuk mengajaknya berkenalan” jawabku sekenanya. Tetap berusaha
tenang, padahal jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa begitu gelisah.
Bagaimana bisa aku tidak tau namanya??!
“Kau sudah mengamatinya
sejak.. 4 tahun.. yang lalu? Benarkan?” Tae Jun melanjutkan. “Dan kau tidak tau
namanya?”
Baiklah. Ini sudah yang ke 13
kalinya hari ini dia mengulang kalimat yang sama.
“Kau harus membuang sifat jaim
mu itu Jinki-ah. Kalau kau memang menyukainya, harusnya kau katakan saja
langsung padanya sebelum kelulusan nanti. Ck... Kau ini benar-benar
menyedihkan”
“Yah... memang...” gumamku
kecil.
***
Hari ini hari kelulusan kami.
Aku tidak mau menyesal, jadi aku memberanikan diri datang menghampirinya untuk
mengucapkan kalimat perpisahan. Kami belum pernah berkenalan secara resmi,
jadi. . . ini kesempatanku.
Dari kejauhan bisa aku lihat
dia berbincang bersama temannya dan...
“Tae Jun?” seruku kaget.
“Omo... apa yang dia lakukan?”
seruku panik dan mulai celingak-celinguk mencari tempat bersembunyi yang aman.
Aku melangkah lebar-lebar dan merapatkan punggungku ke tembok di tikungan
koridor untuk bersembunyi, “Jangan cemburu!!” tiba-tiba Tae Jun sudah berdiri
di sampingku.
“Ya!! Apa yang kau...”
“Dalee.. namanya Kim Dalee~”
potong Tae Jun cepat.
Aku terdiam. Dalee?
“Aku sudah bertanya langsung,
kekeke~ Kau harus berterima kasih padaku untuk itu” lanjut Tae Jun nyengir. Tak
kupedulikan kata-katanya. Saat itu, yang terus saja berputar-putar di benakku
hanya satu nama. Kim Dalee.
.Onew P.O.V End.
- Flashback End –
Ini aneh. . . Aku sangat yakin. Itu dia. Tapi dia bilang namanya
Eun Ji... Aku pikir itu benar dia, Kim Dalee~’ pikir Onew frustasi.
Lagi, Onew memikirkan Eun Ji
entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Onew merasa begitu tidak asing.
Walaupun Eun Ji tampak terlihat lebih dewasa, tapi sejak pertama kali melihat
yeoja itu di lobi gedung SMent, Onew sudah bisa mengenali bahwa dia adalah
Dalee~ yeoja cinta pertamanya.
Saat itu Onew merasa begitu
terkejut sekaligus gembira, lagi-lagi karena kebetulan ia bisa bertemu lagi
dengan yeoja itu. Tapi Onew di buat kebingungan saat berpapasan dengan yeoja
itu dan dia tampak cuek seakan tak pernah mengenalnya. Di tambah lagi nama
mereka berbeda.
Choi Eun Ji.
Kim Dalee.
Itu sangat jelas berbeda. Saat
Onew betanya-tanya akan kebingungannya dan meminta pendapat yang lain, akhirnya
ia menyerah. Ia berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa Eun Ji memang bukan
Dalee.
“Hyung, di dunia ini ada
banyak orang yang terlihat mirip. Bahkan persis sama. Sudah sangat jelas nama
mereka berdua jauh berbeda, mana mungkin Eun Ji noona orang yang kau maksud”
jelas Key panjang lebar.
“Benar. Mungkin kau salah
mengenali orang hyung” lanjut Taemin.
“Aku juga pernah mengalami hal
yang sama, aku pikir dia Taemin, ternyata dia Jongin, puahaha...” Jonghyun
terbahak keras. Taemin ikut terkekeh geli, sementara Key tampak cemberut kesal
dan bergerak untuk menjitak Jonghyun. “Jangan bercanda! Mereka jelas berbeda!”
bantah Key sewot.
“Aigo~ Key, kau masih marah
padanya hanya karena kau mendapati dia berduaan dengan yeoja itu waktu itu?
Shin Yeong?” sindir Jonghyun nyengir.
Key baru akan bergerak untuk
menjitak Jonghyun tapi seakan bisa terbaca olehnya, Jonghyun dengan cepat
mengelak dan menghindar. Key kesal setengah mati, namja itu mulai terlihat
komat-kamit ngedumel kesal.
“Jadi... itu bukan dia?” tanya
Onew lagi, namja itu terlihat kebingungan.
“Hyung, jangan berekspresi
seperti itu. Kau terlihat aneh” tegur Taemin. “Biasanya kau tertawa dan ceria,
menjadi murung seperti ini membuatku takut” lanjut si maknae yang di ikuti
ancungan jempol dari si tukang tidur, Minho.
Sementara Key dan
Jonghyun memutar kedua bola mata mereka
gemas, “Hyung....!!!” seru mereka serempak.
***
Eun Ji meregangkan tubuhnya
sekaligus menarik nafas dalam-dalam menghirup udara segar pegunungan pagi itu. Dia
yang pertama. Disaat semua trainee lain sedang asyik terlelap tidur di balik
selimutnya, Eun Ji sudah terlebih dahulu bangun dan sedikit berolahraga di
perkarangan depan villa.
Eun Ji sedang asik dengan
peregangannya saat tiba-tiba di rasakannya seseorang tampak mengamatinya di
belakang. Spontan Eun Ji menghentikan aktifitasnya dan menoleh.
DEG
Onew. Namja bermata sipit itu
juga tampak terkejut karena ketahuan sedang menatap kearahnya. Eun Ji bisa
merasakan jantungnya mendadak kembali berdebar, terlebih saat namja itu
pelan-pelan terlihat berjalan mendekatinya.
Onew tampak sedikit salah
tingkah di buatnya. Namja itu menggaruk-garuk kepalanya bingung. Karena tidak
bisa mengelak lagi, akhirnya Onew pun memutuskan untuk duduk di sebuah kursi
istirahat tak jauh dari tempat Eun Ji berdiri.
Hening.
Tak ada satu orangpun selain
kedua orang ini di sana. Onew dan Eun Ji saling diam. Keduanya tampak begitu
canggung dan malu. Onew terlihat berusaha menyibukkan diri dengan berpura-pura
memijat-mijat kakinya sesekali. Sementara Eun Ji tampak kembali melanjutkan
aksi peregangannya walau tidak se’ekstream sebelumnya.
Selama beberapa saat terus
begitu hingga akhirnya Onew memberanikan diri untuk bersuara. “Se..lamat pagi,
Eun Ji-ssi” tegurnya, yah walaupun sudah benar-benar terlambat untuk menyapa
yeoja itu sekarang.
“Se..selamat pagi” balas Eun
Ji sedikit menunduk.
Hening.
Lagi-lagi keduanya tampak
kebingungan untuk melanjutkan pembicaraan. Di saat Eun Ji bergerak untuk
melirik Onew, namja itu terlihat kembali sibuk dengan kegiatan memijatnya, lalu
setelah Eun Ji mengalihkan pandangannya pada pemandangan lain di depannya, di
saat itulah Onew juga bergerak untuk meliriknya.
Sshh... Rasanya aneh. Dia benar-benar terlihat seperti
Dalee~’ pikir Onew.
“Umm.. Eun Ji-ah..” panggil
Onew tiba-tiba.
Eun Ji menoleh, “Ee~ aku..
hanya ingin ehm... bertanya sedikit. Dimana kau berseko...”
Derrttt...Deerttt...Deerrtt...
Pertanyaan Onew terpotong saat
tiba-tiba secara bersamaan ponselnya dan ponsel Eun Ji bergetar. Keduanya
merogoh ponsel mereka masing-masing, ada telpon masuk.
“Yeoboseyo...” jawab keduanya
bersamaan saat menerima telpon.
***
“Reuni?” ulang Shin Yeong dan
Sang-mi bersamaan.
Eun Ji mengangguk kecil tanpa
mengalihkan pandangannya dari cermin sedikit pun. Yeoja itu terlihat kembali
merapikan rambut dan pakaiannya.
“Apa Mr.Kim benar-benar
mengijinkanmu untuk pergi?” tanya Shin Yeong was-was.
“Ne, unnie sudah mendapatkan
ijin darinya pagi ini. Kemungkinan unnie baru akan pulang nanti malam” jawab
Eun Ji sekenanya seraya menyambar hand bag nya dan kembali memeriksa
ponselnya.
“Unnie, bukankah itu artinya
kau akan bisa bertemu kembali dengan teman-teman lamamu?” sambung Sang-mi
penasaran.
Eun Ji tersenyum manis dan
mengangguk. “Tentu saja. Ini akan sangat menyenangkan”
“Waa~ itu hebat” balas Sang-mi
ikut senang.
“Unnie, aku harap kau pulang
membawa kabar gembira” sambung Shin Yeong lagi. Eun Ji menoleh, keningnya
berkerut tanda tak mengerti. “Aku dengar Onew oppa juga akan menghadiri reuni
sekolah hari ini. Mungkin kalian akan bisa pulang bersama nanti malam, kekeke~”
tiba-tiba Shin Yeong terkekeh geli.
“Ne?!” Eun Ji tampak tersentak
kaget.
“Jinki oppa juga?” ulangnya
ragu.
***
“Ya’ Jinki!!!” panggil
seseorang keras.
Onew yang baru saja
menginjakkan kakinya di lingkungan sekolahpun mendadak mendongak dan mendapati
seorang namja yang terlihat begitu tidak asing baginya itu setengah berlari
menghampirinya.
“Jinki-ah... Oh temanku...
lama sekali tak melihatmu” Tae Jun memeluk Onew beberapa saat. “Ah anio. Bukan.
Aku selalu melihatmu di tv. Itu keren, kau seorang leader” ralat Tae Jun
kemudian seraya melepaskan pelukannya.
Onew menyeringai lebar dan
balas merangkul Tae Jun, “Aku seorang leader, dan itu artinya aku tampan,
kekeke~” Onew mulai berusaha melucu.
Tae Jun tersenyum geli,
“Jangan bercanda.. Satu-satunya kelebihan dari seorang leader adalah usiamu
yang tua, puahaha~” balas Tae Jun terbahak di ikuti cengiran Onew.
Maka hari itupun acara reuni
di lalui dengan semua guratan dan senyuman gembira semua orang. Saling menyapa
dan bercerita tentang karir mereka sekarang, juga kenangan-kenangan masa lalu
yang terasa begitu menyenangkan.
Dimulai dari di putarnya film
pendek saat acara kelulusan hingga foto-foto jadul yang membuat semua orang
terbahak sendiri olehnya, hingga acara makan siang dan berfoto bersama hingga
sore.
Onew sedang asik berbincang
bersama teman-teman lamanya saat secara tidak sengaja manik matanya menangkap
sosok seorang yeoja yang begitu di kenalnya berdiri tak jauh dari tempatnya
berdiri. Semua gerak sikap Onew terhenti, namja itu terdiam terpaku di
tempatnya berdiri. Matanya menatap lurus sosok yeoja itu tanpa berkedip.
Tae Jun yang menyadari
perubahan sikap Onew mendadak ikut diam. Namja itu mengikuti arah pandang Onew,
“Ini hari keberuntunganmu, anak-anak angkatan Dalee juga datang untuk mengikuti
acara reuni sekolah. Oh, apa kau masih menyukainya?” seru Tae Jun tiba-tiba.
“Kalian pasti sudah lama tidak
bertemu, benar kan? Aku dengar dia belajar di luar negeri. Aku harap dia
datang. Tapi sepanjang acara aku tidak ada melihatnya. Sayang sekali...” Lanjut
Tae Jun yang mulai celingak-celinguk mencari yeoja yang dia maksud.
Sementara Onew masih diam di
tempatnya. Meskipun dia tidak merespon, tapi ia menyimak dengan baik semua
perkataan namja itu barusan. Keningnya berkerut.
Apanya yang tidak datang? Bukankah itu dia? Dia disana.
Berdiri di sana. Eun Ji.. Ah bukan. Kali ini pasti dia, Dalee~ Tapi... aigo~
dia benar-benar terlihat seperti Eun Ji... Apa mereka kembar?’ pikir Onew frustasi.
Sementara itu...
Eun Ji sedang asik berbicara
dengan teman-teman lamanya saat secara tak sengaja manik matanya menangkap
sosok Onew yang tampak mengamatinya dari kejauhan. Eun Ji tersentak kaget.
Mendadak bisa di rasakannya kedua pipinya bersemu merah, benar apa yang
dikatakan Shin Yeong. Onew juga datang.
Tatapan Eun Ji dan Onew
bertemu. Keduanya tampak begitu canggung dan salah tingkah. Tapi semua
kegugupan itu tertutupi karena tiba-tiba Eun Ji sedikit membungkuk memberi
salam dan melemparkan senyum.
Sekarang, apa oppa mengenaliku? Ah.. ani. Apa dia ingat
padaku?’ pikir Eun Ji bertanya-tanya.
***
Kini jam sudah menunjukkan
pukul 5 sore. Acara reuni sekolah sudah berakhir dan semua orang bergegas untuk
kembali pulang. Eun Ji yang sejak tadi terus mengamati Onew secara diam-diam
mendadak berlari cepat menghampiri namja itu saat di lihatnya Onew bergerak
masuk ke dalam mobil bermaksud untuk pulang.
“Oppa...!!” tahan Eun Ji.
Gerak Onew berhenti. Namja itu
terlihat begitu terkejut akan kedatangan Eun Ji. “Nn..ne?” jawab Onew
gelagapan.
Dalee... dia menyapaku? Oh.. aku pikir dia tidak ingat
padaku. Tapi.. sedekat ini... dia benar-benar terlihat seperti Eun Ji. Bahkan
suaranya..’ pikir Onew bingung sekaligus kaget.
“Chankkamaneyo oppa..” Eun Ji
mencoba meyakinkan Onew untuk tidak terlebih dahulu pulang dan diam sebentar di
tempatnya. Eun Ji berlari berbalik menghampiri teman-temannya dan mengambil
sebuah payung berwarna hitam lalu kembali menghampiri Onew.
“Ini.. aku belum sempat
mengembalikannya waktu itu. Jeongmall Ghamsahamnida untuk bantuanmu waktu itu”
Eun Ji menyerahkan payung hitam yang Onew pinjamkan padanya saat masih sekolah
dulu.
Onew terlihat semakin salah
tingkah mengingat yeoja yang berdiri di depannya saat ini adalah yeoja yang
sama dengan cinta pertamanya dulu. Malu-malu Onew mengambil alih payung tadi
dari tangan Eun Ji. “A..ku bahkan lupa pernah memiliki ini. Kau merawatnya?”
tebak Onew yang melihat payung lamanya itu masih tampak mulus seperti baru.
Mendengar itu Eun Ji hanya
bisa menunduk malu. Tentu saja ia merawat payung itu dengan sangat baik.
“Ee~ kau... maksudku, aku
pernah bertemu dengan seseorang yang benar-benar mirip denganmu.. Hehehe... itu
lucu. Kalian terlihat sama persis... seperti kembar” ucap Onew kemudian.
“Ne?!” Eun Ji tampak kaget
sekaligus bingung.
“Jeongmall?”
“Iya. Dia... Mmm... kau tau?
Dia adalah salah satu trainee di SMent, Choi Eun Ji. Namanya Choi Eun Ji”
lanjut Onew kemudian.
“Ha?!” Eun Ji tampak semakin
bingung.
Apa yang oppa bicarakan? Choi Eun Ji? Bukankah itu aku?’ Eun Ji menggaruk-garuk
tekuknya.
“Oppa... aku tidak mengerti...
Choi Eun Ji itu...”
“Oh.. aku dengar kau
melanjutkan sekolah di luar negeri, itu hebat..” potong Onew linglung. Namja
itu tampak berusaha untuk memperpanjang pembicaraan.
“Ne?! Sekolah... di luar
negeri?” Eun Ji menunjuk dirinya sendiri.
“Ee~ itu...” Onew tampak
kehabisan kata-kata.
Eun Ji hanya bisa berdiri diam
penuh kebingungan dengan berjuta-juta tanda tanya di kepalanya. Apa yang Onew
bicarakan sebenarnya?
***
Onew merapatkan mobilnya ke
tepian menghampiri Tae Jun yang sejak tadi terus menelponnya dan memintanya
untuk datang. Onew menurunkan kaca jendela mobilnya dan memandang Tae Jun
heran.
“Jinki-ah, aku punya
kejutan...” bisik Tae Jun sok misterius.
Kening Onew kembali berkerut,
“Kejutan?” ulangnya.
Tae Jun menyeringai lebar
penuh arti. Namja itu terlihat memainkan kedua alisnya naik turun. “Aku membawa
Dalee kemari, kau pasti ingin sekali bertemu dengannya kan?” Tae Jun membuka
pintu mobil Onew lalu menarik namja itu keluar.
“Mwo? Aa~ Dalee? Tadi aku baru
saja berte....”
“Dalee-ssi, kemarilah!!”
seruan Tae Jun mematahkan kata-kata Onew.
Onew mengikuti arah pandangan
Tae Jun, dan benar saja, setelah namja itu memanggil nama ‘Dalee’, tiba-tiba
seorang yeoja dengan rambut blonde muncul dan berjalan mendekatinya.
Onew memandangi yeoja
misterius itu aneh. Siapa? Yeoja itu benar-benar terlihat asing di matanya. Apa
mereka pernah bertemu sebelumnya?
“Annyeong oppa...” sapa yeoja
itu ramah.
Onew yang masih kebingungan
sekaligus heran hanya bisa membalas dengan sedikit membungkuk, “Nugu? Ee~ apa
kita saling mengenal? Hehehe~” jawab Onew nyengir kuda.
“Heh?!” mendengar pertanyaan
Onew barusan benar-benar menarik perhatian Tae Jun. “Ya’!! Jinki!! Apa
maksudmu? Dia Dalee~ bukankah dia cinta pertamamu? Yeoja yang kau sukai selama
bertahun-tahun saat di SMA dulu?” tanya Tae Jun kaget.
“Mwo?? Tae Jun-ah, jangan bercanda” Onew dengan
cepat mengelak.
“Bukan dia... tapi...”
Mendadak Onew terdiam. Sesaat ia dan Tae Jun saling bertukar pandang. “Hey..
Jangan bilang...” Onew dan Tae Jun saling menunjuk satu sama lain.
“Waeyo? Oppa... aku pikir kau
menyukai Eun Ji?” sambung Dalee tiba-tiba.
***
“Mianhae Jinki-ah, aku pikir
kau menyukai Dalee. Ternyata kau menyukai temannya, si Choi Eun Ji itu” ucap
Tae Jun berusaha menjelaskan.
“Yaisshh!! Kau ini!! Kalau kau
tidak tau kenapa tidak bertanya dan memastikannya dulu? Aku bertahun-tahun terus
mengingat nama itu! Bagaimana kau bisa salah?!” Onew tampak kesal dan tanpa
berpikir panjang lagi segera memutuskan hubungan telponnya.
Onew melemparkan ponselnya ke
sembarang tempat di kursi belakang kemudi sementara matanya tetap berusaha
fokus pada jalan raya di depannya. Onew mengemudikan mobilnya dengan kecepatan
penuh menuju halte tempat di mana ia dan Eun Ji berpisah tadi.
Onew tampak panik dan pucat
pasi. Sekarang semua kejanggalan itu terjawabkan. Benar. Tidak ada dua Eun Ji.
Mereka memang hanya ada satu. Itu dia. Eun Ji. Yeoja yang selama ini terus
menghantui hatinya selama beberapa tahun terakhir. Seharusnya dia tau,
seharusnya Onew bisa menyadarinya dari awal.
Semua ini hanya karena kesalah
pahaman. Tae Jun berpikir Onew menyukai Dalee, sahabat terdekat Eun Ji yang
selalu bersamanya saat masih di SMA dulu. Pantas saja semuanya tampak begitu
rumit. Onew merasa begitu malu dan idiot mengingat apa yang ia katakan pada Eun
Ji tadi. Yeoja itu pasti benar-benar kebingungan sekarang.
Terbesit di benak Onew
kata-kata Dalee tadi. Bahwa sebenarnya Eun Ji juga menyukainya, bahkan jauh
sebelum Oew menyadari perasaannya pada yeoja itu. Antara Senang dan takut. Onew
tampak begitu was-was. Senang rasanya mengetahui Eun Ji juga menyukainya, tapi
apa sekarang masih berlaku? Jika memang Eun Ji masih menyukainya, kenapa yeoja
itu tidak mengajaknya untuk berjalan lebih jauh? Selama trainee bukankah mereka
selalu bertemu? Bahkan hampir setiap hari.
Onew merapatkan mobilnya ke
tepian dan bergegas berlari mengejar bus yang baru saja bergerak meninggalkan
halte. Hanya terlambat beberapa detik. Baru saja ia melihat Eun Ji masuk ke
dalam bus tadi.
Entahlah. Onew bahkan merasa
tak bisa mengenali dirinya sendiri. Ia bahkan tidak percaya bahwa namja yang sekarang
sedang berlari mengejar bus demi seorang yeoja ini adalah dia. Seorang Onew.
Seorang Lee Jinki.
Onew berteriak berkali-kali
dan menggedor pintu bus agar berhenti berjalan. Onew sudah hampir menyerah saat
tiba-tiba bus itu akhirnya benar-benar berhenti. Pintu bus terbuka, membiarkan
namja kelelahan ini masuk.
Nafas Onew masih memburu dan
tak beraturan saat manik matanya menemukan sosok Eun Ji yang tampak menatapnya
kebingungan. Onew berjalan menghampiri yeoja itu di tempat duduknya.
“Choi Eun Ji. . .” panggil
Onew di sela-sela nafasnya.
“Ne?!” jawab Eun Ji kaget.
“Wa..waeyo oppa?”
Bukannya menjawab, Onew justru
menyeringai lebar lalu bergerak menyingkap rambutnya yang basah karena
keringat. “Ketemu...” ucapnya kemudian.
“Ne?!” Eun Ji masih tampak
kebingungan.
Onew menggeleng kecil, “Naega,
Lee Jinki imnida” tiba-tiba Onew menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Hah?”
Eun Ji tampak semakin aneh.
“Kita belum pernah benar-benar
berkenalan secara resmi. Sekarang, biarkan kita memulai semuanya dari awal...”
lanjut Onew.
Eun Ji mulanya hanya diam dan
memandangi tangan halus Onew dalam keheningan, tetapi setelah
menimbang-nimbang, akhirnya yeoja itu menyambut uluran tangan Onew dan
membalas, “Naega, Choi Eun Ji imnida...”
Onew kembali menyeringai
lebar, melihat tingkah misterius Onew, mendadak membuat Eun Ji ikut tersenyum
menahan tawa. “Oppa, kau aneh...” sindir Eun Ji.
Onew bergerak duduk di samping
Eun Ji, “Eun Ji-ah, kau tau kenapa aku selalu mengatakan aku tidak tertarik
pada yeoja dan cinta di depan media?” ucap Onew tiba-tiba.
Eun Ji menoleh, untuk pertama
kalinya ia melihat sisi dewasa Onew. Namja itu tersenyum begitu manis,
“Karena... aku menunggu seseorang, yang begitu spesial..” lanjutnya tanpa
menunggu balasan Eun Ji.
Walaupun tidak sepenuhnya Eun
Ji mengerti, entah kenapa bibirnya tetap saja tertarik untuk menyunggingkan seutas
senyuman manis. Semuanya baru akan di mulai.
.STEP
Onew versi End.
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar