Selasa, 21 Februari 2012

[FF] STEP - Part 10




Title : STEP
Author : Puthrie Shairis As
Genre : Romance, Friendship
Lenght : Chaptered
Main cast :  SHINee, Choi Eun Ji, Shin Soo Hyo, Yoo Shin Yeong, Goo Hye Sun, Nam Sang-mi
Support Cast : Park Hyung Seok, Kang Eun Bi
Disclaimer : This story and the plot is originally mine. This story is a FICTION , just my IMAGINARY and the cast is NOT REAL. No bashing, No plagiant and just enjoy it guys ^^V

Part 10
.STEP Onew versi.
- Flashback –
.Onew POV.
Seumur hidupku, aku selalu berprinsip untuk fokus pada sekolah dan akan belajar dengan giat. Aku merasa sulit bergaul dengan anak perempuan karena aku merasa begitu tidak pede, jadi aku memutuskan hanya akan bicara jika ada sesuatu yang memang penting untuk di bicarakan dengan mereka para ‘perempuan’.
Aku tidak pernah peduli dengan gadis-gadis ataupun urusan pernikahan, tapi aku ingin menemukan cinta sejatiku suatu hari nanti, dan itu semua mulai aku rasakan sejak aku bertemu . . . dia.
Memang aneh. Jujur saat itu aku merasa kebingungan. Aku tidak pernah merasakan hal seperti... Hmm.. Mereka biasanya menyebutnya dengan cinta. Tak pernah terpikir olehku saat itu, bahwa aku, benar-benar akan menyukai seseorang. Sedikit terasa ada yang mengganjal, tapi aku merasa cukup nyaman.
Masih terekam jelas di kepalaku hari itu, hari di mana pertama kalinya aku bertemu dengannya. Nae Hoobae.
Saat itu aku masih duduk di kelas 2 SMP. Hampir setiap hari aku datang keperpustakaan sekolah walau hanya untuk sekedar membaca beberapa buku ilmiah. Yah, saat itu aku sangat terobsesi untuk menjadi ilmuan.
Di tengah keasyikkan ku, bisa aku rasakan, seseorang terus menatapku dari kejauhan. Aku memberanikan diriku untuk melihatnya, tatapannya membuatku risih. Tapi saat aku melihat, dengan cepat orang, ah tidak, maksudku yeoja itu menunduk sehingga aku kesulitan untuk melihat wajahnya.
Setiap hari selalu aku rasakan dia terus mengamatiku. Rasanya ruang gerakku terbatasi, aku jadi harus berpikir berpuluh-puluh kali setiap kali ingin bergerak, bahkan hanya untuk sekedar menggaruk hidungku pun aku harus berpikir keras. Aku sudah hampir frustasi saat tiba-tiba akhirnya pada suatu hari ia datang menghampiriku.
Dia tampak asing. Aku belum pernah melihatnya sebelumnya.
“Oppa. . .” mulainya.
Oh. Mendengar itu aku tau. Dia pasti Hoobaeku.
“Aku.. selalu mendengarmu bernyanyi di kelas seni. Suaramu sangat bagus, apa kau pernah berpikir untuk menjadi seorang penyanyi kelak?”
“Ne?” seruku kaget.
Apa? Dia barusan bilang... penyanyi? Aku?
“Ee—kau harus menjadi seorang penyanyi. Kau memiliki bakat. Suaramu sangat indah. Sungguh” lanjutnya antusias.
Jinjja? Ah.. ini memalukan. Jadi dia benar-benar mendengarnya? Oh dia bilang selalu mendengarku? Apa selama ini dia selalu menguping saat aku bernyanyi di kelas seni?
***
Sejak hari itu, setiap kali di kelas seni, entah kenapa mataku selalu saja melirik ke luar kelas, dan benar saja, dia benar-benar ada di sana. Dia berdiri di dekat pintu masuk dan berjongkok untuk bersembunyi. Saat aku mulai bernyanyi, bisa aku lihat ia memejamkan matanya dan tersenyum.
DEG
Ah astagah. Lagu yang kunyanyikan nyaris hancur berantakan karena saat itu tiba-tiba saja ku rasakan wajahku merona dan jantungku tiba-tiba menjadi berdegup kencang tak beraturan. Apa yang terjadi padaku?
Mulanya aku merasa mungkin aku gugup karena terus di perhatikan. Tapi semakin lama aku merasa itu salah. Bukan karena itu. Setiap kali aku keperpustakaan setelah itu, aku selalu bisa melihatnya yang terus memperhatikanku, dan setiap kali aku berusaha untuk membalas tatapannya itu pulalah aku bisa merasakan debaran jantungku yang lagi-lagi berdegup cepat di luar kendali hingga akhirnya aku hanya bisa diam dan berpura-pura sibuk dengan buku yang aku baca.
Entah bagaimana bisa, tapi diam-diam aku jadi memperhatikannya. Selama satu tahun penuh! Saat aku lulus dari SMP dan harus melanjutkan ke SMA, aku merasa sedikit kecewa karena tak bisa melihatnya lagi. Tapi, ini suatu keajaiban, saat penerimaan siswa baru tahun berikutnya, aku melihatnya lagi. Dia kembali menjadi hoobae ku. Aku sangat senang.
Di mulai sejak saat itu, aku kembali mengamatinya. Mengamati gayanya berbicara, bahkan tawa dan senyuman khasnya yang begitu manis. Aku selalu merasakan tiba-tiba aku ikut tersenyum melihatnya. Entahlah, aku masih belum bisa mengerti dengan jelas perasaanku. Aku bahkan tidak bisa memberanikan diri walau hanya untuk sekedar menyapanya. Aku tidak pandai berhadapan dengan wanita.
Hingga sore itu, hujan deras tiba-tiba turun. Untung saja aku membawa payung. Aku sudah bergegas untuk pulang saat tiba-tiba manik mataku menangkap sosoknya yang terlihat kebingungan karena hujan. Aku sempat terdiam di tempatku berdiri selama beberapa menit hingga akhirnya aku kembali tersadar saat melihatnya yang berusaha nekat hendak berlari menerobos hujan.
Entah keberanian dari mana, tiba-tiba saja aku bersuara. Untuk pertama kalinya sejak di perpustakaan saat itu, aku kembali bicara padanya dan aku yang memulainya. Akulah yang mengajaknya bicara.
“Jangan begitu, nanti kau bisa sakit”
“Eh?!” dia menoleh. Tampak begitu terkejut.
Apa? Ada apa? Apa aku mengagetkannya? Atau.. apa ada yang aneh dengan wajahku?
“Ini, kau bisa pakai payungku” lanjutku tetap berusaha tenang.
Padahal, lagi bisa kurasakan debaran jantungku. Ah.. aku memang payah. Benar-benar tidak bisa berhadapan dengan perempuan, terutama... dia.
Dia tampak diam beberapa saat hingga akhirnya ia menjawabku, “O-o.. ne.. Ghamsa... Ah~”
Aku semakin merasa gila, entah kenapa tiba-tiba aku berlari begitu saja meninggalkannya menerobos hujan. Tapi aku tidak benar-benar pergi, aku bersembunyi di balik pintu gerbang sekolah dan membuntinya hingga ku pastikan ia naik bus dengan aman. Tak ku pedulikan hujan ataupun angin dingin yang berusaha membekukan kulitku. Mereka bukan sesuatu yang berarti saat aku merasakan kehangatan di hatiku. Rasanya begitu hangat, aku merasa sangat beruntung bertemu dengannya. Itulah yang aku pikirkan sepanjang malam.
***
Aku berdiri gelisah sambil sesekali mengintip ke balik tembok tikungan koridor untuk memastikan dia tetap berada pada jalurnya. Tadi, dari kelasku di lantai 2 bisa aku lihat dia terjatuh saat jam olahraga. Kakinya terkilir dan ia terlihat begitu kesakitan. Saat melihat itu aku benar-benar tersentak kaget dan ketakutan. Apa dia tidak apa-apa? Ah rasanya aku ingin sekali turun ke sana dan membawanya ke ruang kesehatan untuk di obati. Tapi aku tidak bisa. Aku terlalu malu untuk itu. Memangnya aku siapa?
Sekarang saatnya. Saat aku dengar langkah kakinya yang tertih-tatih itu semakin berjalan mendekat, aku menarik nafas dalam dan kembali berjalan.
Buughh            
Aku menabraknya. Tepat seperti yang aku rencanakan. Aku berusaha tak menyakitinya, tapi di luar dugaan ternyata saat itu ia sedang berlari, dan dengan kaki yang SEPERTI itu! Aku melotot kaget. Apa dia gila? Kakinya sedang terluka dan dia.. berusaha untuk lari?
“Aww!” Ia meringis pelan saat jatuh terduduk di lantai.
Aku ikut meringis kecil mendengar jeritannya. Oh, Maafkan ku. Aku mengulurkan tanganku bermaksud untuk membantunya berdiri.
 “Mi.. Mianhae sunbae..” ucapnya tiba-tiba.
“Aww...” ia kembali menjerit kesakitan. Aku melirik pergelangan kakinya, astagah, luka memar itu sudah terlihat membiru. Apa dia tidak peduli kesehatannya sendiri?
“Ani. Seharusnya aku yang minta maaf, tadi aku terburu-buru” elakku cepat. Aku harus berpikir. Aku harus mencari alasan agar bisa membawanya ke ruang kesehatan untuk di obati.
“Kau terluka. Maafkan aku” lanjutku kemudian.
“Oh. A..anio.. luka ini aku dapatkan karena terjatuh di jam olahraga tadi, bukan karena... itu” jawabnya tertunduk.
“Oh.. tapi lukamu tampaknya semakin parah. Itu harus segera di obati. Aku akan membantumu pergi ke ruang kesehatan” tunjukku lagi.
“Ne?!” ia tampak terkejut.
“Aku bilang, aku akan membantumu. Naiklah” lagi-lagi, itu terjadi begitu saja. Tiba-tiba aku berbalik dan membungkuk, aku berusaha untuk menggendongnya.
“Kau tidak akan bisa berjalan dengan luka seperti itu. Aku akan menggendongmu. Kajja..”
“Ah... ti..tidak perlu sunbae. Aku masih bisa...”
“Aku bilang naiklah!” potongku keras.
Oh Umma....
Aku membentaknya. Apa yang terjadi padaku? Aku pikir aku benar-benar sudah gila. Mulanya kupikir ia akan menjadi enggan karena perkataanku barusan, tapi di luar dugaan, tiba-tiba kurasakan tangan halusnya memeluk leherku dari belakang.
Aku tertuduk. Wajahku memanas, pasti saat itu sudah memerah seperti udang rebus. Jantungku berdegup cepat. Semoga dia tidak menyadarinya. Semoga dia tidak tau kegugupanku saat ini.
 “Gomawo.. oppa..” bisiknya kemudian.
Seperti tersengat listrik. Aku merasakan sekujur tubuhku merinding mendengar suara lembutnya. Seandainya saja aku mempunyai sedikit saja keberanian untuk berbicara lebih banyak dengannya...
***
“Kau gila!”
Yup. Benar. Aku memang sudah gila.
“Kau gila. Jinki, kau benar-benar gila” kalimat itu terus di ulang puluhan kali oleh Tae Jun, teman sebangsa dan setanah airku -__-“
“Kau gila”
Aku hanya tersenyum tipis dan kembali berusaha menyibukkan diri dengan rubikku. Apa boleh buat. Memang beginilah yang menimpaku. Sudah hampir datang hari kelulusanku dan aku...
“Bahkan belum tau namanya? Ck.. Kau ini!!” Tae Jun menjitakku gemas.
“Mau bagaimana lagi, aku terlalu malu untuk mengajaknya berkenalan” jawabku sekenanya. Tetap berusaha tenang, padahal jauh di dalam lubuk hatiku, aku merasa begitu gelisah. Bagaimana bisa aku tidak tau namanya??!
“Kau sudah mengamatinya sejak.. 4 tahun.. yang lalu? Benarkan?” Tae Jun melanjutkan. “Dan kau tidak tau namanya?”
Baiklah. Ini sudah yang ke 13 kalinya hari ini dia mengulang kalimat yang sama.
“Kau harus membuang sifat jaim mu itu Jinki-ah. Kalau kau memang menyukainya, harusnya kau katakan saja langsung padanya sebelum kelulusan nanti. Ck... Kau ini benar-benar menyedihkan”
“Yah... memang...” gumamku kecil.
***
Hari ini hari kelulusan kami. Aku tidak mau menyesal, jadi aku memberanikan diri datang menghampirinya untuk mengucapkan kalimat perpisahan. Kami belum pernah berkenalan secara resmi, jadi. . . ini kesempatanku.
Dari kejauhan bisa aku lihat dia berbincang bersama temannya dan...
“Tae Jun?” seruku kaget.
“Omo... apa yang dia lakukan?” seruku panik dan mulai celingak-celinguk mencari tempat bersembunyi yang aman. Aku melangkah lebar-lebar dan merapatkan punggungku ke tembok di tikungan koridor untuk bersembunyi, “Jangan cemburu!!” tiba-tiba Tae Jun sudah berdiri di sampingku.
“Ya!! Apa yang kau...”
“Dalee.. namanya Kim Dalee~” potong Tae Jun cepat.
Aku terdiam. Dalee?
“Aku sudah bertanya langsung, kekeke~ Kau harus berterima kasih padaku untuk itu” lanjut Tae Jun nyengir. Tak kupedulikan kata-katanya. Saat itu, yang terus saja berputar-putar di benakku hanya satu nama. Kim Dalee.
.Onew P.O.V End.
- Flashback End –
Ini aneh. . . Aku sangat yakin. Itu dia. Tapi dia bilang namanya Eun Ji... Aku pikir itu benar dia, Kim Dalee~’ pikir Onew frustasi.
Lagi, Onew memikirkan Eun Ji entah untuk yang keberapa kalinya hari ini. Onew merasa begitu tidak asing. Walaupun Eun Ji tampak terlihat lebih dewasa, tapi sejak pertama kali melihat yeoja itu di lobi gedung SMent, Onew sudah bisa mengenali bahwa dia adalah Dalee~ yeoja cinta pertamanya.
Saat itu Onew merasa begitu terkejut sekaligus gembira, lagi-lagi karena kebetulan ia bisa bertemu lagi dengan yeoja itu. Tapi Onew di buat kebingungan saat berpapasan dengan yeoja itu dan dia tampak cuek seakan tak pernah mengenalnya. Di tambah lagi nama mereka berbeda.
Choi Eun Ji.
Kim Dalee.
Itu sangat jelas berbeda. Saat Onew betanya-tanya akan kebingungannya dan meminta pendapat yang lain, akhirnya ia menyerah. Ia berusaha untuk meyakinkan dirinya bahwa Eun Ji memang bukan Dalee.
“Hyung, di dunia ini ada banyak orang yang terlihat mirip. Bahkan persis sama. Sudah sangat jelas nama mereka berdua jauh berbeda, mana mungkin Eun Ji noona orang yang kau maksud” jelas Key panjang lebar.
“Benar. Mungkin kau salah mengenali orang hyung” lanjut Taemin.
“Aku juga pernah mengalami hal yang sama, aku pikir dia Taemin, ternyata dia Jongin, puahaha...” Jonghyun terbahak keras. Taemin ikut terkekeh geli, sementara Key tampak cemberut kesal dan bergerak untuk menjitak Jonghyun. “Jangan bercanda! Mereka jelas berbeda!” bantah Key sewot.
“Aigo~ Key, kau masih marah padanya hanya karena kau mendapati dia berduaan dengan yeoja itu waktu itu? Shin Yeong?” sindir Jonghyun nyengir.
Key baru akan bergerak untuk menjitak Jonghyun tapi seakan bisa terbaca olehnya, Jonghyun dengan cepat mengelak dan menghindar. Key kesal setengah mati, namja itu mulai terlihat komat-kamit ngedumel kesal.
“Jadi... itu bukan dia?” tanya Onew lagi, namja itu terlihat kebingungan.
“Hyung, jangan berekspresi seperti itu. Kau terlihat aneh” tegur Taemin. “Biasanya kau tertawa dan ceria, menjadi murung seperti ini membuatku takut” lanjut si maknae yang di ikuti ancungan jempol dari si tukang tidur, Minho.
Sementara Key dan Jonghyun  memutar kedua bola mata mereka gemas, “Hyung....!!!” seru mereka serempak.
***
Eun Ji meregangkan tubuhnya sekaligus menarik nafas dalam-dalam menghirup udara segar pegunungan pagi itu. Dia yang pertama. Disaat semua trainee lain sedang asyik terlelap tidur di balik selimutnya, Eun Ji sudah terlebih dahulu bangun dan sedikit berolahraga di perkarangan depan villa.
Eun Ji sedang asik dengan peregangannya saat tiba-tiba di rasakannya seseorang tampak mengamatinya di belakang. Spontan Eun Ji menghentikan aktifitasnya dan menoleh.
DEG
Onew. Namja bermata sipit itu juga tampak terkejut karena ketahuan sedang menatap kearahnya. Eun Ji bisa merasakan jantungnya mendadak kembali berdebar, terlebih saat namja itu pelan-pelan terlihat berjalan mendekatinya.
Onew tampak sedikit salah tingkah di buatnya. Namja itu menggaruk-garuk kepalanya bingung. Karena tidak bisa mengelak lagi, akhirnya Onew pun memutuskan untuk duduk di sebuah kursi istirahat tak jauh dari tempat Eun Ji berdiri.
Hening.
Tak ada satu orangpun selain kedua orang ini di sana. Onew dan Eun Ji saling diam. Keduanya tampak begitu canggung dan malu. Onew terlihat berusaha menyibukkan diri dengan berpura-pura memijat-mijat kakinya sesekali. Sementara Eun Ji tampak kembali melanjutkan aksi peregangannya walau tidak se’ekstream sebelumnya.
Selama beberapa saat terus begitu hingga akhirnya Onew memberanikan diri untuk bersuara. “Se..lamat pagi, Eun Ji-ssi” tegurnya, yah walaupun sudah benar-benar terlambat untuk menyapa yeoja itu sekarang.
“Se..selamat pagi” balas Eun Ji sedikit menunduk.
Hening.
Lagi-lagi keduanya tampak kebingungan untuk melanjutkan pembicaraan. Di saat Eun Ji bergerak untuk melirik Onew, namja itu terlihat kembali sibuk dengan kegiatan memijatnya, lalu setelah Eun Ji mengalihkan pandangannya pada pemandangan lain di depannya, di saat itulah Onew juga bergerak untuk meliriknya.
Sshh... Rasanya aneh. Dia benar-benar terlihat seperti Dalee~’ pikir Onew.
“Umm.. Eun Ji-ah..” panggil Onew tiba-tiba.
Eun Ji menoleh, “Ee~ aku.. hanya ingin ehm... bertanya sedikit. Dimana kau berseko...”
Derrttt...Deerttt...Deerrtt...
Pertanyaan Onew terpotong saat tiba-tiba secara bersamaan ponselnya dan ponsel Eun Ji bergetar. Keduanya merogoh ponsel mereka masing-masing, ada telpon masuk.
“Yeoboseyo...” jawab keduanya bersamaan saat menerima telpon.
***
“Reuni?” ulang Shin Yeong dan Sang-mi bersamaan.
Eun Ji mengangguk kecil tanpa mengalihkan pandangannya dari cermin sedikit pun. Yeoja itu terlihat kembali merapikan rambut dan pakaiannya.
“Apa Mr.Kim benar-benar mengijinkanmu untuk pergi?” tanya Shin Yeong was-was.
“Ne, unnie sudah mendapatkan ijin darinya pagi ini. Kemungkinan unnie baru akan pulang nanti malam” jawab Eun Ji sekenanya seraya menyambar hand bag nya dan kembali memeriksa ponselnya.
“Unnie, bukankah itu artinya kau akan bisa bertemu kembali dengan teman-teman lamamu?” sambung Sang-mi penasaran.
Eun Ji tersenyum manis dan mengangguk. “Tentu saja. Ini akan sangat menyenangkan”
“Waa~ itu hebat” balas Sang-mi ikut senang.
“Unnie, aku harap kau pulang membawa kabar gembira” sambung Shin Yeong lagi. Eun Ji menoleh, keningnya berkerut tanda tak mengerti. “Aku dengar Onew oppa juga akan menghadiri reuni sekolah hari ini. Mungkin kalian akan bisa pulang bersama nanti malam, kekeke~” tiba-tiba Shin Yeong terkekeh geli.
“Ne?!” Eun Ji tampak tersentak kaget.
“Jinki oppa juga?” ulangnya ragu.
***
“Ya’ Jinki!!!” panggil seseorang keras.
Onew yang baru saja menginjakkan kakinya di lingkungan sekolahpun mendadak mendongak dan mendapati seorang namja yang terlihat begitu tidak asing baginya itu setengah berlari menghampirinya.
“Jinki-ah... Oh temanku... lama sekali tak melihatmu” Tae Jun memeluk Onew beberapa saat. “Ah anio. Bukan. Aku selalu melihatmu di tv. Itu keren, kau seorang leader” ralat Tae Jun kemudian seraya melepaskan pelukannya.
Onew menyeringai lebar dan balas merangkul Tae Jun, “Aku seorang leader, dan itu artinya aku tampan, kekeke~”  Onew mulai berusaha melucu.
Tae Jun tersenyum geli, “Jangan bercanda.. Satu-satunya kelebihan dari seorang leader adalah usiamu yang tua, puahaha~” balas Tae Jun terbahak di ikuti cengiran Onew.
Maka hari itupun acara reuni di lalui dengan semua guratan dan senyuman gembira semua orang. Saling menyapa dan bercerita tentang karir mereka sekarang, juga kenangan-kenangan masa lalu yang terasa begitu menyenangkan.
Dimulai dari di putarnya film pendek saat acara kelulusan hingga foto-foto jadul yang membuat semua orang terbahak sendiri olehnya, hingga acara makan siang dan berfoto bersama hingga sore.
Onew sedang asik berbincang bersama teman-teman lamanya saat secara tidak sengaja manik matanya menangkap sosok seorang yeoja yang begitu di kenalnya berdiri tak jauh dari tempatnya berdiri. Semua gerak sikap Onew terhenti, namja itu terdiam terpaku di tempatnya berdiri. Matanya menatap lurus sosok yeoja itu tanpa berkedip.
Tae Jun yang menyadari perubahan sikap Onew mendadak ikut diam. Namja itu mengikuti arah pandang Onew, “Ini hari keberuntunganmu, anak-anak angkatan Dalee juga datang untuk mengikuti acara reuni sekolah. Oh, apa kau masih menyukainya?” seru Tae Jun tiba-tiba.
“Kalian pasti sudah lama tidak bertemu, benar kan? Aku dengar dia belajar di luar negeri. Aku harap dia datang. Tapi sepanjang acara aku tidak ada melihatnya. Sayang sekali...” Lanjut Tae Jun yang mulai celingak-celinguk mencari yeoja yang dia maksud.
Sementara Onew masih diam di tempatnya. Meskipun dia tidak merespon, tapi ia menyimak dengan baik semua perkataan namja itu barusan. Keningnya berkerut.
Apanya yang tidak datang? Bukankah itu dia? Dia disana. Berdiri di sana. Eun Ji.. Ah bukan. Kali ini pasti dia, Dalee~ Tapi... aigo~ dia benar-benar terlihat seperti Eun Ji... Apa mereka kembar?’ pikir Onew frustasi.
Sementara itu...
Eun Ji sedang asik berbicara dengan teman-teman lamanya saat secara tak sengaja manik matanya menangkap sosok Onew yang tampak mengamatinya dari kejauhan. Eun Ji tersentak kaget. Mendadak bisa di rasakannya kedua pipinya bersemu merah, benar apa yang dikatakan Shin Yeong. Onew juga datang.
Tatapan Eun Ji dan Onew bertemu. Keduanya tampak begitu canggung dan salah tingkah. Tapi semua kegugupan itu tertutupi karena tiba-tiba Eun Ji sedikit membungkuk memberi salam dan melemparkan senyum.
Sekarang, apa oppa mengenaliku? Ah.. ani. Apa dia ingat padaku?’ pikir Eun Ji bertanya-tanya.
***
Kini jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Acara reuni sekolah sudah berakhir dan semua orang bergegas untuk kembali pulang. Eun Ji yang sejak tadi terus mengamati Onew secara diam-diam mendadak berlari cepat menghampiri namja itu saat di lihatnya Onew bergerak masuk ke dalam mobil bermaksud untuk pulang.
“Oppa...!!” tahan Eun Ji.
Gerak Onew berhenti. Namja itu terlihat begitu terkejut akan kedatangan Eun Ji. “Nn..ne?” jawab Onew gelagapan.
Dalee... dia menyapaku? Oh.. aku pikir dia tidak ingat padaku. Tapi.. sedekat ini... dia benar-benar terlihat seperti Eun Ji. Bahkan suaranya..’ pikir Onew bingung sekaligus kaget.
“Chankkamaneyo oppa..” Eun Ji mencoba meyakinkan Onew untuk tidak terlebih dahulu pulang dan diam sebentar di tempatnya. Eun Ji berlari berbalik menghampiri teman-temannya dan mengambil sebuah payung berwarna hitam lalu kembali menghampiri Onew.
“Ini.. aku belum sempat mengembalikannya waktu itu. Jeongmall Ghamsahamnida untuk bantuanmu waktu itu” Eun Ji menyerahkan payung hitam yang Onew pinjamkan padanya saat masih sekolah dulu.
Onew terlihat semakin salah tingkah mengingat yeoja yang berdiri di depannya saat ini adalah yeoja yang sama dengan cinta pertamanya dulu. Malu-malu Onew mengambil alih payung tadi dari tangan Eun Ji. “A..ku bahkan lupa pernah memiliki ini. Kau merawatnya?” tebak Onew yang melihat payung lamanya itu masih tampak mulus seperti baru.
Mendengar itu Eun Ji hanya bisa menunduk malu. Tentu saja ia merawat payung itu dengan sangat baik.
“Ee~ kau... maksudku, aku pernah bertemu dengan seseorang yang benar-benar mirip denganmu.. Hehehe... itu lucu. Kalian terlihat sama persis... seperti kembar” ucap Onew kemudian.
“Ne?!” Eun Ji tampak kaget sekaligus bingung.
“Jeongmall?”
“Iya. Dia... Mmm... kau tau? Dia adalah salah satu trainee di SMent, Choi Eun Ji. Namanya Choi Eun Ji” lanjut Onew kemudian.
“Ha?!” Eun Ji tampak semakin bingung.
Apa yang oppa bicarakan? Choi Eun Ji? Bukankah itu aku?’ Eun Ji menggaruk-garuk tekuknya.
“Oppa... aku tidak mengerti... Choi Eun Ji itu...”
“Oh.. aku dengar kau melanjutkan sekolah di luar negeri, itu hebat..” potong Onew linglung. Namja itu tampak berusaha untuk memperpanjang pembicaraan.
“Ne?! Sekolah... di luar negeri?” Eun Ji menunjuk dirinya sendiri.
“Ee~ itu...” Onew tampak kehabisan kata-kata.
Eun Ji hanya bisa berdiri diam penuh kebingungan dengan berjuta-juta tanda tanya di kepalanya. Apa yang Onew bicarakan sebenarnya?
***
Onew merapatkan mobilnya ke tepian menghampiri Tae Jun yang sejak tadi terus menelponnya dan memintanya untuk datang. Onew menurunkan kaca jendela mobilnya dan memandang Tae Jun heran.
“Jinki-ah, aku punya kejutan...” bisik Tae Jun sok misterius.
Kening Onew kembali berkerut, “Kejutan?” ulangnya.
Tae Jun menyeringai lebar penuh arti. Namja itu terlihat memainkan kedua alisnya naik turun. “Aku membawa Dalee kemari, kau pasti ingin sekali bertemu dengannya kan?” Tae Jun membuka pintu mobil Onew lalu menarik namja itu keluar.
“Mwo? Aa~ Dalee? Tadi aku baru saja berte....”
“Dalee-ssi, kemarilah!!” seruan Tae Jun mematahkan kata-kata Onew.
Onew mengikuti arah pandangan Tae Jun, dan benar saja, setelah namja itu memanggil nama ‘Dalee’, tiba-tiba seorang yeoja dengan rambut blonde muncul dan berjalan mendekatinya.
Onew memandangi yeoja misterius itu aneh. Siapa? Yeoja itu benar-benar terlihat asing di matanya. Apa mereka pernah bertemu sebelumnya?
“Annyeong oppa...” sapa yeoja itu ramah.
Onew yang masih kebingungan sekaligus heran hanya bisa membalas dengan sedikit membungkuk, “Nugu? Ee~ apa kita saling mengenal? Hehehe~” jawab Onew nyengir kuda.
“Heh?!” mendengar pertanyaan Onew barusan benar-benar menarik perhatian Tae Jun. “Ya’!! Jinki!! Apa maksudmu? Dia Dalee~ bukankah dia cinta pertamamu? Yeoja yang kau sukai selama bertahun-tahun saat di SMA dulu?” tanya Tae Jun kaget.
“Mwo??  Tae Jun-ah, jangan bercanda” Onew dengan cepat mengelak.
“Bukan dia... tapi...” Mendadak Onew terdiam. Sesaat ia dan Tae Jun saling bertukar pandang. “Hey.. Jangan bilang...” Onew dan Tae Jun saling menunjuk satu sama lain.
“Waeyo? Oppa... aku pikir kau menyukai Eun Ji?” sambung Dalee tiba-tiba.
***
“Mianhae Jinki-ah, aku pikir kau menyukai Dalee. Ternyata kau menyukai temannya, si Choi Eun Ji itu” ucap Tae Jun berusaha menjelaskan.
“Yaisshh!! Kau ini!! Kalau kau tidak tau kenapa tidak bertanya dan memastikannya dulu? Aku bertahun-tahun terus mengingat nama itu! Bagaimana kau bisa salah?!” Onew tampak kesal dan tanpa berpikir panjang lagi segera memutuskan hubungan telponnya.
Onew melemparkan ponselnya ke sembarang tempat di kursi belakang kemudi sementara matanya tetap berusaha fokus pada jalan raya di depannya. Onew mengemudikan mobilnya dengan kecepatan penuh menuju halte tempat di mana ia dan Eun Ji berpisah tadi.
Onew tampak panik dan pucat pasi. Sekarang semua kejanggalan itu terjawabkan. Benar. Tidak ada dua Eun Ji. Mereka memang hanya ada satu. Itu dia. Eun Ji. Yeoja yang selama ini terus menghantui hatinya selama beberapa tahun terakhir. Seharusnya dia tau, seharusnya Onew bisa menyadarinya dari awal.
Semua ini hanya karena kesalah pahaman. Tae Jun berpikir Onew menyukai Dalee, sahabat terdekat Eun Ji yang selalu bersamanya saat masih di SMA dulu. Pantas saja semuanya tampak begitu rumit. Onew merasa begitu malu dan idiot mengingat apa yang ia katakan pada Eun Ji tadi. Yeoja itu pasti benar-benar kebingungan sekarang.
Terbesit di benak Onew kata-kata Dalee tadi. Bahwa sebenarnya Eun Ji juga menyukainya, bahkan jauh sebelum Oew menyadari perasaannya pada yeoja itu. Antara Senang dan takut. Onew tampak begitu was-was. Senang rasanya mengetahui Eun Ji juga menyukainya, tapi apa sekarang masih berlaku? Jika memang Eun Ji masih menyukainya, kenapa yeoja itu tidak mengajaknya untuk berjalan lebih jauh? Selama trainee bukankah mereka selalu bertemu? Bahkan hampir setiap hari.
Onew merapatkan mobilnya ke tepian dan bergegas berlari mengejar bus yang baru saja bergerak meninggalkan halte. Hanya terlambat beberapa detik. Baru saja ia melihat Eun Ji masuk ke dalam bus tadi.
Entahlah. Onew bahkan merasa tak bisa mengenali dirinya sendiri. Ia bahkan tidak percaya bahwa namja yang sekarang sedang berlari mengejar bus demi seorang yeoja ini adalah dia. Seorang Onew. Seorang Lee Jinki.
Onew berteriak berkali-kali dan menggedor pintu bus agar berhenti berjalan. Onew sudah hampir menyerah saat tiba-tiba bus itu akhirnya benar-benar berhenti. Pintu bus terbuka, membiarkan namja kelelahan ini masuk.
Nafas Onew masih memburu dan tak beraturan saat manik matanya menemukan sosok Eun Ji yang tampak menatapnya kebingungan. Onew berjalan menghampiri yeoja itu di tempat duduknya.
“Choi Eun Ji. . .” panggil Onew di sela-sela nafasnya.
“Ne?!” jawab Eun Ji kaget.
“Wa..waeyo oppa?”
Bukannya menjawab, Onew justru menyeringai lebar lalu bergerak menyingkap rambutnya yang basah karena keringat. “Ketemu...” ucapnya kemudian.
“Ne?!” Eun Ji masih tampak kebingungan.
Onew menggeleng kecil, “Naega, Lee Jinki imnida” tiba-tiba Onew menyodorkan tangannya untuk bersalaman. “Hah?” Eun Ji tampak semakin aneh.
“Kita belum pernah benar-benar berkenalan secara resmi. Sekarang, biarkan kita memulai semuanya dari awal...” lanjut Onew.
Eun Ji mulanya hanya diam dan memandangi tangan halus Onew dalam keheningan, tetapi setelah menimbang-nimbang, akhirnya yeoja itu menyambut uluran tangan Onew dan membalas, “Naega, Choi Eun Ji imnida...”
Onew kembali menyeringai lebar, melihat tingkah misterius Onew, mendadak membuat Eun Ji ikut tersenyum menahan tawa. “Oppa, kau aneh...” sindir Eun Ji.
Onew bergerak duduk di samping Eun Ji, “Eun Ji-ah, kau tau kenapa aku selalu mengatakan aku tidak tertarik pada yeoja dan cinta di depan media?” ucap Onew tiba-tiba.
Eun Ji menoleh, untuk pertama kalinya ia melihat sisi dewasa Onew. Namja itu tersenyum begitu manis, “Karena... aku menunggu seseorang, yang begitu spesial..” lanjutnya tanpa menunggu balasan Eun Ji.
Walaupun tidak sepenuhnya Eun Ji mengerti, entah kenapa bibirnya tetap saja tertarik untuk menyunggingkan seutas senyuman manis. Semuanya baru akan di mulai.
.STEP Onew versi End.
TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar