Title : STEP
Author : Puthrie Shairis As
Genre : Romance, Friendship
Lenght : Chaptered
Main cast :
SHINee, Choi Eun Ji, Shin Soo Hyo, Yoo Shin Yeong, Goo Hye Sun, Nam
Sang-mi
Support Cast : Park Hyung Seok, Kang Eun Bi
Cameo : Kim Jongin (KAI EXO)
Disclaimer : This story and the plot is originally mine.
This story is a FICTION , just my IMAGINARY and the cast is NOT REAL. No bashing, No plagiant
and just enjoy it guys ^^V
Part
5
“A...aku tidak tau kalau itu menyinggungnya. Aku tertawa
begitu saja, itu refleks!” Key membela diri.
“Hyung.. tapi tetap saja, kau keterlaluan...” bisik
Taemin.
Key akhirnya menyerah. Harus ia akui ia memang salah.
Mendadak ingatan akan raut wajah dan tangis Shin Yeong tadi kembali terbesit di
otaknya. Key merasa sangat menyesal. Ia benar-benar sudah membuat yeoja itu
menangis.
“Taemin-ah, kita juga harus pergi. Kita harus memastikan
yeoja itu berhasil terkejar, dan kau Key, kau harus segera minta maaf dengan
apa yang telah kau lakukan padanya!” seru Onew tiba-tiba.
Key meringis pelan, ia dan Taemin saling melirik satu
sama lain. “Kajja hyung, Onew hyung benar. Hyung memang harus minta maaf” ucap
Taemin akhirnya seraya mengikuti gerak Onew yang ikut berlari beberapa meter di
belakang Eun Ji, Sang-mi dan Soo Hyo yang lebih dahulu berlari mengejar Shin
Yeong di depan.
“Baiklah! Arraseo...” balas Key pasrah akhirnya.
***
“Shin Yeong-ah, berhenti! Berhenti sebentar!” teriak Eun
Ji keras, berusaha untuk menahan yeoja itu. Tapi Shin Yeong tak peduli, ia
masih terus saja menangis dan berlari tanpa arah dan tujuan yang jelas.
Eun Ji, Sang-mi dan Soo Hyo terus mencoba untuk menyusul
yeoja itu, tapi lari Shin Yeong terlalu cepat. Hingga saat Shin Yeong mencapai
tikungan koridor, yeoja itu menghilang begitu saja. Eun Ji, Sang-mi dan Soo Hyo
kehilangan jejak. Yeoja itu menghilang tanpa bekas.
“Hhh..Hhh.. gawat.. kita kehilangan dia” gumam Eun Ji
yang masih terus saja berjalan cepat menyusuri lorong gedung sementara matanya
terus bergerak ke sana kemari berusaha menemukan sosok Shin Yeong di antara
orang-orang yang berlalu lalang.
“Unnie, ottokhae? Shin Yeong unnie pasti akan terus
menangis” ucap Sang-mi cemas. Eun Ji menoleh, tepat di belakang mereka,
terlihat Onew, Taemin dan Key berlari mendekat.
“Kalian kehilangan dia?” tebak Onew begitu berhenti di
depan ke-3 yeoja itu.
Eun Ji mengangguk, “Dia berlari begitu cepat, tapi kita
harus tetap menemukannya!” tegasnya.
Onew mengangguk, sejenak ia mengedarkan pandangannya ke
seluruh penjuru lorong, begitu banyak jalan bercabang di sana. “Kalau mencari
bersama-sama, hanya akan membuang-buang waktu. Jadi lebih baik kita berpencar.
Key, kau dengan...” Onew memandang Soo Hyo ragu.
“Soo Hyo, Shin Soo Hyo” jawab Soo Hyo seakan mengerti.
“Ne, Key kau bersama Soo Hyo mencari ke atas. Lalu Taemin
dan ...” Lagi-lagi kata-kata Onew menggantung. Sesaat ia memandang Eun Ji, Eun
Ji yang mengerti baru ingin angkat bicara untuk menyebutkan namanya, tiba-tiba
Onew beralih menatap Sang-mi.
“Eh? A..aku?” seru Sang-mi kaget.
Onew mengangguk. Sang-mi meringis, sekilas ia melirik
Taemin. Namja itu juga terlihat sedikit terkejut, tetapi ia tetap berusaha
untuk melemparkan senyum. Sejurus dengan itu, Eun Ji justru merasakan
keterkejutan yang sama. Tapi dia pikir, Onew tadi menujuknya. Lalu kenapa?
“Taemin, kau dan nona ini mencari ke bawah. Sementara aku
dan nona ini, mencari di sekitar sini” lanjut Onew lagi seraya menujuk dirinya
dan Eun Ji. Begitu menerima intruksi, akhirnya merekapun berpencar.
***
Shin Yeong masih terus menangis dan mengumpat kesal. Ia
membuka pintu di ujung tangga untuk mencapai atap gedung dengan kasar. Masih
dengan air mata yang berhamburan jatuh di pipinya, Shin Yeong pun berjalan
menuju pembatas gedung untuk melampiaskan semua amarahnya.
Shin Yeong menghentak-hentakkan kakinya kuat ke lantai
setiap kali ia melangkah. Jari-jari tangannya mengepal kuat, sementara makian
dan runtukkan terus terdengar keluar dari bibirnya.
“Kau pikir kau bisa segalanya huh?! Kau benar-benar
kejam! Kau mempermalukanku!!” ucap Shin Yeong geram.
“Aku tidak percaya... dia bahkan tertawa sampai begitu
keras.. hiks..” langkah Shin Yeong mendadak berhenti. Kedua telapak tangannya
kini menutupi wajahnya yang basah karena air mata. Shin Yeong menangis
sesegukan. Ia bahkan sempat berteriak dan menangis dengan lantang persis
seperti seorang bayi.
“Memang apa salahnya jika aku gagal audisi sebanyak 45
kali?! Toh aku sekarang sudah berada disini!! Kyaaaa... Umma!!! Namja itu..
juga yeoja sombong itu.. MENYEBALKAN!!!” pekik Shin Yeong keras seraya
memberikan tendangan di udara dengan penuh luapan kemarahan di hatinya. Tepat
di saat ia menendangkan satu kakinya, karena begitu kuat, tiba-tiba sepatunya
terlepas (?) dan melayang di udara.
“Akh!!” pekik seseorang tiba-tiba.
“Heh?!” Shin Yeong tersentak kaget. Pekikkan itu berasal
dari sebuah tempat duduk panjang beberapa meter di depannya. Shin Yeong
mendelik, takut-takut ia berjalan mendekat. Matanya membola begitu mendapati
seorang namja tengah meringis kesakitan sambil sesekali mengelus-ngelus
kepalanya yang ternyata menjadi tempat mendaratnya sepatu Shin Yeong yang
terlepas tadi.
Namja itu berbaring di kursi, punggung kursi yang cukup
tinggi itu membuat Shin Yeong tidak mengetahui keberadaan namja itu sejak tadi.
Namja itu bangkit dan duduk, sementara Shin Yeong masih melongo di tempatnya.
Kini namja itu memunggunginya. Shin Yeong yang penasaran
sedikit demi sedikit mulai bergeser dan memiringkan sedikit tubuhnya agar bisa
melihat wajah namja misterius itu. Tepat di saat yang sama, tiba-tiba namja itu
menoleh ke arahnya.
Shin Yeong terkesiap. Namja itu begitu tampan, hidungnya
mancung dan tatapan matanya begitu dalam dan menenangkan. Di tambah lagi bentuk
tulang rahangnya yang kukuh dan bibirnya pink nya yang seksi (?) semakin menyempurnakan
paras namja tampan itu.
Di saat yang bersamaan, namja itu juga tampak mengamati
Shin Yeong. Mulai dari sepatu yang hanya satu di kakinya, baju yang sedikit
berantakkan juga wajah kucel dan hidung yang berair juga raut wajah inconect
yang terus menatap ke arahnya.
“Nugu..seyo?”
tanya namja itu ragu.
Shin Yeong tersentak kaget, lamunan nya buyar. Ia tampak
sedikit salah tingkah, tapi tanpa rasa malu sedikitpun ia justru berjalan
mendekat dan mengambil posisi duduk tepat di samping namja tadi.
“Aku sedang kesal!! Seseorang menertawakan ku di depan
semua orang!! Sroott” Shin Yeong menarik kembali cairan yang mengalir keluar
dari hidungnya. Namja itu sedikit meringis, “Dia tertawa begitu keras seperti
orang gila! Rasanya aku ingin sekali menyumpalnya dengan kaos kaki!! Oh, naega
Yoo Shin Yeong imnida.. dan kau tau? Aku pikir aku sudah gila tapi rasanya aku
ingin melompat saja dari sini! Aku ingin orang-orang itu menyesal! Jadi ketika
aku mati nanti, aku akan menghantui mereka sampai mereka bersujud dan minta
maaf!” cerita Shin Yeong menggebu-gebu.
Namja itu masih diam dan memandang Shin Yeong dengan
tatapan yang begitu sulit untuk di artikan. “Tapi.. aku belum mau mati.. hiks..
aku sudah berusaha agar bisa masuk ke sini. Lalu kenapa aku harus bunuh diri
hanya karena mereka menertawakanku? Hiks..”
Raut
wajahnya bisa berubah dengan sangat cepat’ pikir namja itu dalam hati.
“Oh..”
tiba-tiba Shin Yeong menoleh dan menatap namja itu penasaran. “Nugu?” tanya nya
polos. “Ne?!” seru namja itu kaget, “Kim.. Jongin..?” jawabnya ragu. Perubahan
sikap Shin Yeong yang begitu cepat berubah sepertinya benar-benar mengejutkan
namja tampan ini.
“Jongin? Ah~ iya. Sepatuku. Apakah sakit?” cecar Shin
Yeong yang lagi-lagi membuat namja itu terkejut. Jongin menggeleng ragu,
“Jinjja? Lalu kenapa tadi kau berteriak?”
“Mwo?” Jongin tampak semakin kebingungan menghadapi Shin
Yeong.
“Oh lalu? Ah~ itu dia.. Omonna.. ku pikir aku akan
kehilangan dia!” Shin Yeong tiba-tiba bangkit dari duduknya dan memungut
sepatunya yang tergeletak di lantai tak jauh dari tempatnya.
Namja itu masih terus mengamati tingkah laku Shin Yeong
yang bisa terbilang sedikit kekanak-kanakkan. Beberapa menit yang lalu yeoja
itu menangis dan berteriak, tapi sekarang?
Dia
lucu’ pikir Jongin
tersenyum tipis.
***
“Soo Hyo-ssi” panggil Key ragu. Soo Hyo yang sejak tadi
sibuk mencari keberadaan Shin Yeong mendadak berhenti. Ia beralih memandang
Key, “Ne?”
“Bagaimana kalau kita cari di atap gedung?” usul Key
tiba-tiba.
“Baiklah” jawab Soo Hyo singkat lalu melenggang pergi
menuju anak tangga untuk naik ke atap begitu saja. “Chakkaman!” tahan Key lagi.
Soo Hyo kembali berhenti, “Apa lagi?!” Soo Hyo mulai terlihat kesal. Pasalnya
sejak tadi Key terus saja bawel dan menganggu kegiatannya. Soo Hyo benar-benar
khawatir dengan kondisi Shin Yeong sekarang, dia tidak ada waktu untuk meladeni
namja ini.
“Karena gedung ini berbentuk L, jadi kau periksa atap
gedung dari sisi ini, dan aku dari sisi yang satu lagi. Di sebelah sana” Key
menujuk pada atap gedung di sisi yang lain melalui jendela.
Soo Hyo tampak berpikir, “Arraseo..” jawabnya pendek dan
mulai menaiki anak tangga bagiannya dengan cepat. Key menggaruk tekuknya, bisa
ia rasakan kekesalan Soo Hyo terhadapnya. Key benar-benar menyesal atas
kejadian tadi, tapi waktu tidak bisa di putar ulang. Apalagi yang bisa ia
lakukan sekarang?
“Hhh... Baiklah. Aku akan minta maaf. Yeoja itu pasti
masih menangis sekarang” Key memutar arahnya dan berlari menuju sisi gedung
yang lain. Firasatnya bilang, ia akan menemukan Shin Yeong di sana.
***
“Gwenchana?” tanya Minho lagi entah untuk yang ke berapa
kali nya hari ini. Hye Sun yang sejak tadi sibuk membersihkan diri dari
telur-telur berlendir itu mendadak berhenti, ia kembali menoleh dan memang
Minho yang tampak cemas.
Kini ia dan Minho memutuskan untuk duduk dan beristirahat
sejenak di taman air mancur tak jauh dari perempatan jalan tadi.
“Aku tidak apa-apa oppa. Kau sudah menanyakan itu
sebanyak 25 kali dan ini jawabanku yang ke-26” jawab Hye Sun. Minho tersenyum
tipis, “Jinjja? Ah.. Mian” balasnya.
Hye Sun balas tersenyum, yeoja itu tampak menggeleng
kecil. “Anio oppa. Seharusnya aku lah yang minta maaf. Jaketmu ikut terkena
lemparan telur itu untuk melindungiku. Mianhae...” sergah Hye Sun tampak
menyesal.
“A..anio.. ini bukan kesalahanmu. Kenapa... jadi kau yang
harus minta maaf?” kalimat terakhir Minho terdengar begitu pelan. Hye Sun terus
memandangi Minho dalam. Di tengah keheningan di atara keduanya, Hye Sun tampak
sangat leluasa untuk mengamati setiap garis wajah Minho. Namja itu begitu
tampan, bentuk tubuhnya juga sangat bagus. Namja ini benar-benar sosok namja
yang di idam-idamkan semua yeoja. Teringat kembali olehnya alasan yang
membawanya masuk ke dalam situasi seperti sekarang, kenapa ia tiba-tiba
menerima tawaran untuk menjadi trainee SM saat itu.
Oppa..
sungguhkah ini? Aku mengagumimu sejak pertama kali aku melihatmu debut, dan
sekarang impianku untuk bertemu denganmu terwujud. Bahkan kau mengenalku. Kau
juga menolongku, aku sangat senang...
“Umm.. Gomawo oppa, atas pertolonganmu hari ini..” gumam
Hye Sun tiba-tiba. Minho mendadak kembali menoleh untuk melihat Hye Sun, yeoja
itu tampak tersenyum tipis, namun ucapan terima kasihnya barusan terdengar
begitu tulus dan lembut di telinga Minho.
Entah kenapa, mendadak Minho bisa merasakan kehangatan
dari ucapan Hye Sun barusan. Minho balas tersenyum manis, “Jangan terlalu di
pikirkan. Itu bukan apa-apa. Sekarang, kita harus kembali ke lokasi pemotretan.
Kita bisa membersihkan diri di sana. Kajja...” tiba-tiba Minho berdiri dari
duduknya.
Hye Sun mengangguk, ia pun ikut berdiri dan mulai
berjalan di samping namja tampan itu. Mulanya semuanya tampak normal, tapi
lambat laun bisa mereka rasakan tatapan orang-orang perlahan-lahan mulai
tertuju pada mereka. Minho dan Hye Sun saling bertukar pandang. Entah bagaimana
bisa, sepertinya mereka mempunyai pemikiran yang sama, untuk menghindari gosip,
refleks keduanya saling berjalan menjauh.
Hye Sun berjalan sedikit lebih lambat sementara Minho
tampak sedikit cepat. Sesekali Minho tampak melirik Hye Sun di belakang, yeoja
itu tampak tenang mengikutinya.
“Huufftt...” Minho tampak mendesah.
Mereka terus seperti itu, mulanya semua lancar, Hye Sun
masih dapat melihat Minho beberapa meter di depan. Tetapi semakin lama jalan
ini tampak semakin ramai, pasalnya mereka kini sudah mulai memasuki kawasan
pertokoan.Beberapa kali Hye Sun tampak tersenggol dan terdorong oleh
orang-orang yang berlalu lalang.
Konsentrasi Hye Sun mendadak buyar. Saat ia kembali
mengalihkan pandangannya untuk melihat Minho, tiba-tiba namja itu sudah
menghilang. Ia tidak ada di depan. Langkah Hye Sun mendadak melambat, “Oppa...”
panggilnya pelan.
“Ne?” jawab Minho yang tiba-tiba sudah berjalan di
sampingnya. Hye Sun mendongak, yeoja itu tampak sedikit terkejut begitu melihat
Minho yang kini bersamanya.
“Aku tidak bisa membiarkan kau berjalan sendiri. Kajja,
kita akan jalan bersama. Tundukkan saja kepalamu, tak kan ada yang
memperhatikan kita di tengah keramaian seperti ini” Minho mengulurkan
tangannya, bermaksud ingin menggandeng yeoja itu.
Hye Sun tampak diam sesaat. Mulanya ia tampak ragu, tapi
akhirnya ia pun manyambut uluran tangan Minho. Minho merasa seperti terkena
sengatan listrik saat tangan halus Hye Sun menyentuhnya.
Keduanya pun mulai kembali berjalan, begitu dekat hingga
lengan mereka saling bersentuhan satu sama lain. Minho menggenggam lengan Hye
Sun lembut, keduanya saling tertunduk. Tentu saja dengan dalih agar tak ada
yang mengenali mereka, padahal kenyataannya, keduanya hanya berusaha untuk
menuutupi seutas senyum yang tersungging di kedua sudut bibir mereka
masing-masing.
Hangat’ pikir Hye Sun dan Minho bersamaan.
***
Kreekkk...
Soo Hyo membuka pintu di ujung tangga untuk mencapai atap
gedung. Sesaat ia mendongak, ia memandang berkeliling. Atap gedung itu tampak
sangat sepi dan senyap. Kelihatannya tak ada siapa pun di sana. Mulanya Soo Hyo
hendak berbalik pergi dan bermaksud untuk mencari ke tempat yang lain, tapi di
saat yang sama tiba-tiba ia mendengar suara isak tangis dari sana.
Kening Soo Hyo berkerut, Shin Yeong kah?’ pikirnya.
Pelan-pelan Soo Hyo melangkah keluar pintu anak tangga
tadi, hembusan angin kencang mulai menerpanya, membuat rambutnya melayang
mengikuti angin. Soo Hyo menepis setiap helaian rambutnya yang menganggu
wajahnya, ia kembali memandang berkeliling.
Ada! Manik matanya berhasil menemukan seseorang di sana.
Seseorang yang berdiri di dekat pagar pembatas atap gedung dan menatap lurus
pemandangan pemukiman di sekitar gedung.
Soo Hyo menyipitkan matanya. Itu bukan Shin Yeong. Orang
itu seorang namja! Sesekali namja itu terlihat menunduk dan menyeka air
matanya. Soo Hyo terdiam. Namja mana yang menangis sendirian? Bukan. Menangis
saja itu sudah sangat aneh di matanya. Seorang namja menangis?
Soo Hyo melangkah mendekat. Sesekali ia sedikit
memiringkan tubuhnya agar bisa melihat wajah namja misterius itu. Semakin
dekat, dekat, dekat, dekat hingga akhirnya matanya membola begitu mengetahui
siapa dia. Seorang namja yang begitu tidak asing.
“Oppa?!” seru Soo Hyo tiba-tiba.
Refleks Jonghyun menoleh. Namja itu tampak sedikit
tersentak kaget. Dengan gerak cepat Jonghyun membuang muka menghapus air
matanya lalu kembali memandang Soo Hyo yang terlihat sama terkejutnya
dengannya.
“Kau.. yeoja yang waktu itu...” suara Jonghyun terdengar
begitu serak dan parau.
“Oppa.. Gwenchanayo? Kau menangis?” Soo Hyo berjalan
mendekat menghampiri Jonghyun. “A..ani..” Jonghyun mencoba mengelak.
Soo Hyo tak mencoba membalas. Ia tau Jonghyun benar
menangis tadi! Mendadak tatapan Soo Hyo berubah keruh, ia menunduk dan mulai
bergumam kecil. “Apa kau sedih karena kau dan Sekyung unnie putus? Dan itu
karena.. aku?”
Sekali lagi Jonghyun tersentak kaget di buatnya. “Karena
saat itu oppa melarikan diri dari para paparazi itu denganku dan meninggalkan Sekyung
unnie sendirian. Benar begitu?” lanjut Soo Hyo lagi.
Jonghyun tak menjawab, namja itu lebih memilih diam dan
melemparkan pandangannya ke langit. Soo Hyo melirik, yeoja itu menggigit bibir.
Pasti benar! Jonghyun sama sekali tak mencoba untuk mengelak. Mendadak perasaan
Soo Hyo menjadi gelisah. Ia baru saja membuat seseorang berpisah dengan
pacarnya!
Hening. Soo Hyo dan Jonghyun tampak tak ada yang ingin
memulai pembicaraan. Keduanya masih saling diam dan sibuk dengan pikirannya
masing-masing. Terus begitu selama beberapa menit hingga akhirnya Jonghyun
tiba-tiba angkat bicara.
“Tidak begitu. Jangan menyalahkan dirimu sendiri. Ini
semua tidak ada hubungannya denganmu. Keputusan ini kami buat bersama-sama. Dia
sibuk dengan filmnya, dan aku sibuk dengan pekerjaanku. Jadi... kami lebih
memilih untuk menjadi teman” jelas Jonghyun.
Soo Hyo menyimak dengan baik. “Begitukah? Oppa yakin
bukan karena aku?” tanya nya lirih. Jonghyun lagi-lagi diam. Soo Hyo mendadak
ingin menangis. Kenapa ia bisa begitu bodoh? Mungkin seharusnya malam itu ia
tak usah menyelinap keluar dari asrama sehingga semua kejadian seperti ini tak
akan pernah terjadi.
“Mian...” gumam Soo Hyo pelan dengan suara yang mulai
bergetar.
“Gwencahana, jangan menangis” tiba-tiba Jonghyun mengacak-acak
rambut Soo Hyo gemas. Refleks Soo Hyo mendongak, Jonghyun terlihat melemparkan
senyuman manisnya seperti biasanya padanya.
“Sudah ku bilang ini bukan kesalahanmu. Malam itu kami
memang sedang membahas keputusan ini. Saat itu dia memang sedikit kesal karena
aku meninggalkannya begitu saja, tapi setelah itu ia mengerti. Ini sama sekali
tidak ada hubungannya denganmu” Jelas Jonghyun lagi.
Nada bicaranya terdengar begitu ramah. Membuat semua
perasaan gelisah di hati Soo Hyo mendadak lenyap begitu saja. Meskipun masih
bisa Soo Hyo lihat sisa air mata di sudut mata Jonghyun, namja itu tetap saja
menunjukkan senyuman manisnya dan berusaha tampak baik-baik saja.
“Jadi.. siapa namamu? Apa yang kau lakukan di sini? Oh~
Apakah kau salah satu trainee?” ucap Jonghyun mengalihkan pembicaraan.
Soo Hyo mengangguk kecil, “Ne.. dan aku, Soo Hyo. Shin
Soo Hyo”
“Soo Hyo-ssi? Itu manis sekali” puji Jonghyun yang
berhasil membuat Soo Hyo tertunduk malu. “Tapi.. oh~ jika kau trainee.. lalu..
malam itu? Bukankah seharusnya kau berada di asrama?” seru Jonghyun tiba-tiba.
“Ne?!” kali ini Soo Hyo tersentak kaget.
Benar! Bagaimana dia bisa lupa?! Gawat... aku ketahuan...!!’ runtuk Soo Hyo dalam hati. Sementara
itu, melihat raut wajah Soo Hyo yang berubah dalam hitungan detik, mendadak
membuat senyuman lebar terukir indah di kedua sudut bibir Jonghyun.
“Aku bisa jaga rahasia. Tapi kau juga, ssttt... jangan
katakan pada siapapun, kalau kau melihatku menangis hari ini. Arra?” ucap
Jonghyun tiba-tiba mencoba membuat sebuah kesepakatan. Ia tahu, sebesar apapun
ia mencoba untuk mengatakan bahwa ia tidak menangis, Soo Hyo pasti akan tetap
mengetahuinya. Ia tau yeoja itu sudah memergokinya menangis lebih dulu.
“Jeongmall?!” balas Soo Hyo tiba-tiba. Jonghyun
mengangguk kecil lalu kembali menyeringai lebar. “Apa yang kau lakukan malam
itu? Apa kau pergi menemui pacarmu?!” tanya Jonghyun dengan nada menggoda.
“M..mwo?! A..anio.. Aku hanya pergi untuk makan mie.
Sungguh. Aku berani bersumpah!” Soo Hyo membentuk huruf V dengan jari telunjuk
dan jari tengahnya untuk meyakinkan Jonghyun.
Jonghyun menyeringai lebar, “Kenapa kau harus begitu
panik? Biarpun benar, aku kan sudah bilang kalau aku akan tutup mulut”
Soo Hyo semakin salah tingkah di buatnya. Jonghyun hanya
mengumbar senyum, namja itu lalu kembali melemparkan pandangannya pada hamparan
langit biru sore itu. Tatapan matanya kembali sendu, masih tetap saja terasa
ada sesuatu yang mengganjal di hatinya. Ia ingin mengeluarkan semua emosinya,
tapi tak ada tempat yang cukup aman untuknya.
Di saat yang sama Soo Hyo bisa merasakan kesedihan
Jonghyun. Namja itu hanya berusaha untuk terlihat kuat. “Oppa... kalau kau
ingin menangis. Menangis saja. Aku juga akan tutup mulut. Orang bilang,
kesedihan sebaiknya si ekspresikan agar bebanmu akan terasa lebih ringan...”
gumam Soo Hyo pelan.
Jonghyun menoleh. Soo Hyo tampak melemparkan pandangannya
ke sembarang arah. Bahkan tiba-tiba yeoja itu berputar memunggunginya. “Menangislah.
Aku takkan mengintip” lanjutnya lagi.
Medengar itu, mendadak air mata yang sejak tadi Jonghyun
tahan kembali menggenang di kedua pelupuk matanya. Tak butuh waktu lama,
tiba-tiba Jonghyun sudah kembali menangis.
Di tengah keheningan, Soo Hyo bisa mendengar suara pilu
tangisan jonghyun yang begitu menyesakkan dadanya. Hanya dengan mendengar, Soo
Hyo seakan tertarik ke dalam kesedihan dan luka di hati namja itu. Tanpa Soo
Hyo sadari, ia juga ikut menangis dalam diam. Tak ada yang tau, tangisan ini, hanya
akan menjadi rahasia mereka berdua.
***
Eun Ji dan Onew saling bekerja sama untuk memeriksa ke
setiap ruangan yang mereka lewati. Mengintip dari jendela, memastikan bahwa
Shin Yeong tidak ada di dalam ruangan-ruangan itu.
“Di sini juga tidak ada” ucap Eun Ji cemas.
“Di sana juga tidak” balas Onew yang berjalan menghampiri
Eun Ji seraya menunjuk ruangan yang baru saja dia singgahi tadi.
Eun Ji mengigit bibir, yeoja itu kembali
celingak-celinguk untuk mencari. Onew yang juga bisa merasakan kecemasan dan
kegelisahan Eun Ji mencoba menghibur. “Jangan khawatir. Dia pasti tidak akan
melakukan hal-hal yang ceroboh. Kita juga pasti akan bisa menemukan dia. Kajja,
kita belum mencari di sebelah sana!” Onew memberi intruksi.
Eun Ji mengangguk kecil. Ia dan Onew pun berjalan bersama
menuju sisi lantai 3 yang lain. Keduanya tampak sibuk mengedarkan pandangan ke
seluruh penjuru. Tak ada satupun dari mereka yang bicara pada satu sama
lainnya.
Karena begitu serius, Eun Ji tidak menyadari bahwa sejak
tadi sesekali Onew terus melirik ke arahnya. Namja itu terlihat mengamati Eun
Ji, ada sesuatu yang membuat Onew penasaran, tapi ia sama sekali tak ingin
mencoba untuk bertanya. Ia justru berusaha menyibukkan diri untuk mencari
walaupun matanya tetap saja tertarik untuk melihat yeoja di sampingnya itu.
“Sepertinya tidak ada di sini. Bagaimana kalau kita
mencari di lantai bawah menyusul Taemin? Nona...” kata-kata Onew menggantung.
Ia tak yakin, tapi Onew rasa ia belum mengetahui nama yeoja ini.
“Eun Ji. Choi Eun Ji” jawab Eun Ji kemudian.
“Oh iya. Eun Ji-ssi...” ulang Onew sambil mengangguk-angguk
kecil. Onew dan Eun Ji kembali saling diam, “Ee~ apakah kita pernah bertemu
sebelumnya?” tanya Onew tiba-tiba.
Eun Ji tampak tersentak kaget, “Ma..maaf?”
“Ah~ anio. Bukan apa-apa. Tapi rasanya... wajahnya tampak
tak asing..mungkin..” gumam Onew di akhir kalimatnya.
Dia
sungguh tidak ingat padaku.. tapi, ini pertama kalinya ia bertanya namaku.
Akhirnya, oppa bertanya...’
- Flashback –
“Mwo? Kau bercanda? Hari ini Jinki sunbae akan pergi ke
universitas dan bahkan ia sama sekali tak bertanya siapa namamu?!” pekik Dalee
shock.
Eun Ji hanya tersenyum tipis, “Dia tidak bertanya.
Mungkin aku tidak begitu penting. Kami hanya beberapa kali bertemu dan itupun
karena ketidak sengajaan. Kenapa dia harus bertanya siapa namaku?” Eun Ji
membela Onew.
“Tentu saja harus! Kau sudah memperhatikan Jinki sunbae
sejak kita di SMP. Kau menyukainya hampir selama 5 tahun tapi bahkan sampai
sekarang tak ada perkembangan sedikitpun. Dia bahkan tak mengetahui namamu.
Lalu kau pikir, kau bisa mendekatinya?!” Dalee tampak semakin gemas.
“Tapi... menyukai Jinki sunbae seperti ini sudah
membuatku senang. Aku tidak pernah bermimpi ia akan balas menyukaiku...”
“Ck! Kau ini! Kau sama sekali tak pernah berharap lebih?
Menjadi pacarnya misalnya? Ah~ baiklah. Jinki sunbae memang terlihat tak suka
bergaul dengan para yeoja, tapi dia tidak begitu padamu. Dia memperlakukanmu
dengan baik, menurutmu kenapa Jinki sunbae selalu ada di saat kau kesulitan?
Aku yakin, dia pasti diam-diam memperhatikanmu!” jelas Dalee menyimpulkan.
“M..mwo? A..apa yang kau katakan?! Tentu saja itu tidak
mungkin! Kami tidak pernah saling berbicara. Bahkan saat bertemupun Jinki
sunbae melintas begitu saja, aku tidak terlalu penting untuk di ingat. Semua
pertolongan dan pertemuan kami hanya kebetulan” elak Eun Ji.
“Huh. Geurae. Terserah apa yang kau katakan. Kisah
cintamu benar-benar tragis. Beginikah cinta bertepuk sebelah tangan? Ani. Ini
bahkan lebih parah. Dia tidak tau namamu, jadi mungkin suatu hari nanti, jika
kalian bertemu lagi, Jinki sunbae takkan mengingatmu. Ah, mungkin walaupun dia
ingat. Dia akan segan untuk menyapamu, menurutmu bagaimana ia bisa menyapamu?
Apa kau pikir dia akan memanggilmu, ‘Nae hoobae!! Ya kau. Kau hoobae’
begitukah? Ck..”
– Flashback End –
Dalee-ssi,
kau tau? Sekarang oppa mengetahui namaku, walaupun dia tidak ingat.. Aku pikir
itu wajar. Kami tidak pernah berteman secara resmi. Hanya sebatas Sunbae yang
menolong Hoobaenya. Aku mengatakan ini karena aku yakin kau pasti akan
membantah kata-kataku jika kau ada di sini’ pikir Eun Ji.
“Oh.. Hyung Seok-ssi?” tegur Onew tiba-tiba, membuyarkan
lamunan Eun Ji. Eun Ji menoleh, di lihatnya seorang namja berjalan lambat
menghampirinya dan Onew.
“Dia.. anak yang waktu itu...” gumam Eun Ji
mengingat-ngingat wajah Hyung Seok.
“Hyung, kau memanggilku?” tanya Hyung Seok begitu sudah
berdiri di depan Eun Ji dan Onew. Sesekali Hyung Seok terlihat melirik Eun Ji,
tapi begitu tatapan mereka bertemu, dengan cepat Hyung Seok mengalihkan
pandangannya pada Onew. Namja itu terlihat sedikit gugup dan salah tingkah.
“Kau melihat Taemin?” tanya Onew to the point.
“Taemin?” ulang Hyung Seok ragu. “Sepertinya... dia
berada di lantai 1, di sekitar...”
“Antarkan kami. Kau tidak sedang sibuk kan?!” potong Onew
tiba-tiba.
“Mm..mwo?!” seru Hyung Seok terkejut. Lagi, mendadak
Hyung Seok melirik Eun Ji, yeoja itu terlihat melemparkan senyuman manisnya.
“Kau yang waktu itu. Kau ingat aku?” tegur Eun Ji berusaha ramah.
Hyung Seok menahan nafas, ia tak sanggup menjawab. Namja
itu hanya mengangguk kecil lalu kembali memalingkan wajahnya. “Kajja..” Onew
kembali berjalan dan memberi intruksi pada Hyung Seok dan Eun Ji untuk
mengikutinya.
***
Sang-mi dan Taemin terus saja saling diam. Bahkan Sang-mi
terlihat berjalan sedikit lebih cepat, untuk menghindari Taemin. Canggung.
Itulah yang di rasakan keduanya karena keheningan yang tengah menyelimuti
mereka sekarang.
Taemin mempercepat langkahnya, bermaksud untuk menyusul Sang-mi,
tapi sedetik setelah itu, mendadak langkahnya kembali melambat. Taemin terlihat
ragu, tanpa di beri tahupun Taemin tau bahwa Sang-mi tengah menghindari kontak
fisik dengannya.
“Sang mi-ah, apa aku melakukan sesuatu yang salah?” tanya
Taemin memberanikan diri.
“Tidak. Oppa, kita harus mencari di mana Shin Yeong
unnie. Jangan mengajakku bicara” jawab Sang-mi tanpa menoleh untuk memandang
Taemin sedikitpun. Sebenarnya bukan Taemin yang benar-benar ingin Sang-mi hindari,
melainkan pertanyaan itu, tentang battle semalam. Sang-mi tau, Taemin suatu
saat pasti akan bertanya padanya dan ia masih bingung harus memutuskan. Sang-mi
paling benci ketika ia harus menilai dan memilih. Menurutnya setiap orang pasti
mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Taemin kembali diam. Namja ini terlihat menggaruk
tekuknya, dan matanya terus aja melirik Sang-mi seakan mencoba membaca apa yang
yeoja itu pikirkan. Ia hanya penasaran, ah tidak, mungkin ia gelisah. Ia tidak
yakin apa itu, tapi ia hanya ingin mendengar Sang-mi mengatakan ia jauh lebih
baik ketimbang Hyung Seok.
“Ee~ Sang mi-ssi, tentang battle kemarin. Bagaimana
menurutmu?” tanya Taemin akhirnya.
Sang-mi menunduk dalam langkahnya, bibirnya mulai
bergerak menggerutu, dalam hati itu meruntukki kesialannya hari ini. “Bagus.
Kalian benar-benar keren” jawab Sang-mi sekenanya.
“Be..gitukah? Baguslah” balas Taemin canggung.
“Ah tapi, siapa yang lebih baik?” cecar Taemin lagi.
Ya
ampun oppa! Kau bertanya di saat yang tidak tepat. Aku harus mengatakan apa?
Aku tidak pandai jika harus menjadi juri, terakhir kali aku menjadi juri saat
pekan olahraga di sekolah, aku memberikan juara 1 pada tiga orang peserta
renang indah sekaligus! Dan aku terus di kritik karena itu!’ runtuk Sang-mi dalam hati.
Di saat yang sama, tiba-tiba manik mata Sang-mi menemukan
sosok Eun Ji, Hyung Seok dan Onew di kejauhan. Ketiga orang itu tampak berjalan
menghampiri ia dan Taemin.
Sejurus dengan itu, kening Taemin tampak berkerut.
Matanya berhasil menangkap sikap tak biasa Onew yang tampak memperhatikan Eun
Ji dan Hyung Seok di depannya. Benar, Eun Ji dan Hyung Seok terlihat berjalan
bersama sementara Onew tertinggal di belakang. Ada sesuatu yang kelihatannya
menarik perhatian hyung nya itu. Di tambah lagi, Eun Ji sesekali terlihat
melirik Onew di belakang, dan ketika tatapan keduanya bertemu, mereka hanya
saling melemparkan senyuman ramah yang terlihat sedikit ‘berbeda’.
Belum lagi Taemin menganalisis keadaan, tiba-tiba manik
matanya juga berhasil melihat ke anehan pada sikap Hyung Seok. Namja itu
terlihat gugup dan sesekali mencuri-curi pandang untuk melirik Eun Ji.
“Apa ada sesuatu?” bisik Taemin pada Sang-mi seraya
menujuk ke arah Hyung Seok dan Eun Ji. “Entahlah, tapi Shin Yeong unnie bilang
Hyung Seok menyukai Eun Ji unnie...” jawab Sang-mi ragu.
“Unnie!!” Sang-mi tiba-tiba berlari menghampiri Eun Ji di
depan.
Sementara Taemin masih tampak diam di tempatnya, ia
berusaha mencerna arti dari kata-kata Sang-mi barusan. “Hyung Seok.. menyukai..
Eun Ji noona?” ulangnya ragu.
“Ah! Bukankah itu artinya.. ..”
TBC
Trailers for next part
“Key, kau sudah minta maaf?” tanya Onew curiga.
“Tidak! Dan tidak akan pernah! Aku sudah berusaha meminta
maaf secara baik-baik, tetapi dia malah pergi bersama namja itu begitu saja! Aku
sudah tidak peduli lagi!” teriak Key jutek.
“Namja? Siapa?” sambung Taemin penasaran.
“Kim Jongin!” jawab Key sebal.
<skip>
“Camp? Tunggu sebentar, Tahan!” potong Key kaget.
“Maksud hyung.. kami harus ikut perkemahan? Bersama para
trainee? Selama seminggu?” Onew tampak tak kalah terkejut.
<skip>
“Soo Hyo-sii?” tegur Jonghyun tiba-tiba.
Langkah Soo Hyo mendadak berhenti, nafasnya tertahan.
Takut-takut Soo Hyo menoleh, “Kau mau kabur lagi?” tebak Jonghyun tepat
sasaran.
Trailers End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar